Bab XI: Puri Tertidur

55 7 0
                                    

Benjamin menyingkirkan ranting-ranting dari depannya, mata berbinar ketika melihat sesuatu dari sana, yang membuat Emmanuel berjalan ke arahnya.

Keduanya tengah memutuskan untuk menjelajahi lingkup Istana Rabani. Jika tak ada yang mampu memberikan petunjuk di lingkar utama, baik Benjamin maupun Emmanuel sangat yakin bahwa mereka akan menemukan sesuatu jika berjalan lebih jauh.

Dia menghela nafas. "Itu hanya kelinci," ucapnya.

"Yah," dia bergumam. "Jarang sekali ada kelinci di Istana Rabani. Bahkan para burung api enggan untuk berada disini dan ranting berjalan enggan untuk masuk."

"Pernahkah kau berpikir bahwa itu karena segel perlindungan Atsila?" dia menatap teman sekamarnya. "Tidak ada hewan spiritual yang bisa masuk kemari."

Gemeretak ranting tak jauh dari mereka terdengar, dan Benjamin meraih Emmanuel ke sampingnya, menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Crystalbone itu berusaha untuk menyingkirkannya, namun memutar mata ketika dia tak bergeming sama sekali.

Mungkin dia bisa menjilatnya hingga dia melarikan diri. Oliver selalu menyerah ketika dia menjulurkan lidahnya. Namun dia tak tahu sampai mana kegilaan Benjamin, membuatnya ragu untuk melakukan itu.

Keduanya mengerutkan dahi, memperhatikan depan mereka. Kelinci kecil itu hendak melarikan diri ketika seseorang mengangkatnya dari bokongnya, mengusap punggungnya dengan hati-hati.

Emmanuel menarik tangan itu terlepas. "Nona Vernifelon," dia memanggil, membuat gadis itu berbalik pada mereka. "Apa yang kau lakukan disini?"

Sang tapak dara mundur, memeluk kelinci tersebut. "Apa yang kalian lakukan disini?"

Gemerisik muncul kembali dan mereka dapat melihat seorang laki-laki berjalan, membawa sebuah bunga liar yang bahkan Emmanuel tak tahu namanya.

Dia terdiam ketika memperhatikan mereka, menoleh pada teman sekamarnya. "Ben?"

"Jean?" Emmanuel menoleh padanya, membuatnya menunjuk laki-laki tersebut. "Johannes Regalshade," dia memperkenalkan. "Dia berada di kelas pendekar yang lain."

Johannes meletakkan pedang di antara tangannya, memberikan salam, membuat Emmanuel membalasnya. "Apa yang kalian lakukan disini?" dia bertanya. "Berdua?"

"Apa yang kami lakukan," dia menyindir. "Apa yang kau lakukan bersama Nona Vernifelon disini?"

Gadis itu berusaha membuka mulut, membela dirinya sendiri. Dan Crystalbone itu berpikir bahwa dia memiliki lebih dari satu pertemuan dengan Johannes Regalshade. Mungkin itu adalah pertemanan yang menjalar lebih di antara keduanya.

Atau mungkin bahkan mereka memiliki hubungan cinta dengan satu sama lain.

Johannes menyingkirkan tudingan tangan temannya. "Kami hanya berjalan-jalan," dia membela diri. "Claire mendengar bahwa ada beberapa hewan berkeliaran bebas disini. Dia ingin melihat."

"Dan kau berinisiatif menemaninya?" ucap Benjamin. "Kau benar-benar mantan tunangan yang baik, Johannes Regalshade."

Samar-samar, Emmanuel dapat mendengar si tapak dara bergumam. "Kau tak perlu menyebut mantan dengan keras."

Dan bahkan dengan dirinya yang sekarang ini, sang mawar putih dapat menangkap rasa tak nyaman dari gadis itu, membuatnya berdeham. "Hewan apa yang ingin kau lihat, Nona Vernifelon?"

"Clarity tak apa," ucapnya. "Atau Claire."

Dia mengangguk, membalasnya. "Noel."

Gadis itu tersenyum. "Aku mendengar ada beberapa kelinci dan cerpelai disini. Aku hanya menemukan satu — aku yakin ada beberapa yang bersembunyi di tempat lain."

Under the Sky and Moon • sunsun • end •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang