4

524 42 18
                                    

Fourth menunggu di depan pintu masuk dengan kedua tangan di depan dada. Tidak Sabaran hingga hampir setiap detiknya memeriksa waktu di jam tangan yang melingkari lengan. Ini sudah dua jam lebih tapi para bawahannya belum juga tiba, tidak seperti yang dijanjikan.

Sudah berulang-ulang kali Fourth mencoba menghubungi tetapi selalu saja tidak ada balasan. Mereka membuatnya sangat muak dengan menunggu tiada henti. Beruntung setelah lima menit Fourth berhenti mengumpat ada sekelompok pria tinggi kekar membawa seorang wanita berambut pendek sebahu dengan kacamata bertengger.

Air mata nampak turun dari pelupuk mata indah dengan suara isak tangis di balik kain yang menutupi mulutnya. Fourth tidak menyangka dengan pakaian seindah mawar akan tetapi bernasib naas seperti ini. Pasti habis bertemu dengan seseorang makanya terlihat sangat cantik. Namun sayang, kedua lutut gadis itu nampak memerah meninggalkan bercak darah yang mulai mengering.

Kala suda bertatapan satu sama secara langsung Fourth mengembangkan senyum. Tangannya bergerak membelai sepanjang rahang yang hampir sempurna tiada cacat, serasa halus saat bersentuhan dengan kulit putih yang basah. Beberapa kali wanita itu terus mengelak akan sentuhan yang diberikan Fourth membuat Fourth mengeram pelan.

"Di mana lu nemuin dia?" tanya Fourth menatap salah satu dari sekelompok pria berpakaian hitam tersebut.

"Jauh dari yang bos katakan, dia di mall." Dia menyahut dengan suara serak enggan menatap Fourth dalam waktu yang lama.

Fourth tentunya tidak merespon melainkan memberi isyarat untuk membawa masuk ke dalam bangunan yang ia tinggali. Sempat beberapa kali wanita itu memberontak tapi segera terdiam sesaat setelah Fourth merangkul dengan penuh suka cita. Pergerakan hawa itu terbatas dikarenakan kedua tangannya yang terikat di belakang badan. Hanya mampu menangis tanpa air mata karena sudah mengering.

Baru sampai di ruang tamu tapi Fourth sudah mengusir sebagian dari bawahannya dan hanya meninggalkan satu orang saja. Mereka pergi menaiki anak tangga menuju pada ruangan yang memiliki pintu coklat di lantai atas sana. Fourth dapat merasakan lama-kelamaan tubuh wanita yang ia rangkul gemetar ketakutan membuat senyumnya terbit seketika. Fourth berpikir jika ini adalah kejutan yang menyenangkan bagi Gemini di dalam sana.

Pintu terbuka memperlihatkan keadaan mengenaskan Gemini tanpa alas untuk menyanggah-kan diri. Tubuh pria itu terkulai lemas dengan mata memerah seakan tidak kuat untuk hidup, suaranya serak tetapi begitu tajam di telinga Fourth. Dan sepertinya Gemini tidak menyadari kehadiran wanita yang Fourth bawa saat ini.

"Lu udah cinta sama gue?" tanya Fourth mendekat sembari mendorong wanita di sampingnya yang enggan sekali untuk menggerakkan kaki.

Tidak seperti biasanya Gemini hanya menggeleng lemas sembari menutup mata. Fourth lupa memberi pria berzodiak Gemini itu makan selama dua hari terakhir ini.

Karena tidak tega Fourth menyuruh bawahannya untuk membawakan air mineral dan tidak berselang lama sesuatu yang ia minta sudah di dapatkan. Fourth dengan perlahan membantu Gemini untuk minum walaupun sudah di dorong dengan kekuatan separo, Fourth tetap kekeh memberikan air agar Gemini tidak merasakan dahaga lagi.

Setelah beberapa saat menunggu seperti yang diharapkan Gemini mulai energik seperti biasa. Memberi caci makian pada Fourth dan mungkin sepertinya masih belum menyadari keberadaan orang lain yang menatap sedih sekaligus terkejut secara bersamaan.

"Ngapain lu ke sini? Bukannya ini yang lu mau, gue mati terus kenapa lu malah bantuin gue tadi?" sentak Gemini bertubi-tubi.

"Itu bukan tujuan gue," balas Fourth dengan santai.

Suara isak tangis kecil kembali terdengar dari mulut bungkam wanita tadi. Menangis dengan suara menyuarakan nama Gemini secara tidak jelas.

"Nara?" Gemini langsung menoleh ke arah samping mendengar suara tak asing di indera pendengarannya.

Obsesi De Marley || FourthGemini [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang