8

386 33 2
                                    


"Gue minta sembunyiin telepon rumah apapun itu yang bikin dia lolos," ucap Fourth pada wanita muda yang membungkukkan setengah badan dihadapannya.

Setelah berkata demikian Fourth bergegas menjemput Gemini keluar dari kamar serta tidak lupa melepaskan borgol angka delapan. Walau sempat kebingungan Gemini hanya menunjukkan raut muka netral menatap ke seluruh penjuru rumah. Tidak ada hal mencurigakan dan Fourth nampak tidak menunjukkan senyum anehnya.

Keduanya turun dan berhenti sejenak, bertatapan satu sama lain bermaksud melontarkan pertanyaan yang kemudian dilanjutkan dengan duduk di kursi meja makan. Fourth begitu bahagia sebelumnya hingga memesan beberapa hidangan yang ia ketahui Gemini pasti akan menyukainya.

"Ayo sarapan," ajak Fourth mempersilahkan. Ia tidak menyentuh sendok sebelum Gemini melahap duluan.

"Terimakasih." Gemini ragu-ragu menciut badannya dan mulai menyendok makanan ke dalam mulut. Tidak berselang lama barulah Fourth menyendokkan makanan di depannya.

Keheningan terjadi selama dua puluh menit selesai sarapan. Perut mereka sama-sama membesar karena kelebihan makan, menatap canggung satu sama lain. Lantas Fourth memanggil seorang wanita tua yang kemudian mendengarkan apa perintah dari Fourth dan bergegas pergi.

Melihat Gemini menyeritkan alis heran serta ketakutan nampak di wajah rupawan tersebut membuat Fourth menaikkan sudut bibir, tersenyum kecil. Mengetahui pikiran-pikiran negatif dari Gemini.

"Lu pikir wanita tua kayak begitu bisa bunuh orang?" Fourth melirik tangan Gemini yang tidak bisa diam. Menggaruk-garuk ujung meja dengan kuku jarinya.

Setelah menunggu beberapa saat wanita tua itu kembali. Membawa aneka macam makanan ringan yang manis manis di antaranya ada muffin, pie, cookies, smoothie, ice cream coklat dan oreo, serta mochi. Semua disajikan di meja tepat di depan Gemini secara langsung.

Wajah keheranan bercampur senang nampak binar di matanya. Fourth bisa melihat kepuasan di raut muka Gemini akan tetapi disangkal oleh sang oknum dengan berpura-pura cemberut dan bertanya macam-macam pada dirinya.

"Buat lu."

"Buat gue?" Gemini memastikan, tangannya saling bertautan menatap hidangan di depannya kemudian beralih menatap Fourth.

"Iya, buat lu."

"Beneran?" Gemini memastikan sekali lagi.

Fourth menangguk pelan dan mempersiapkan orang di depannya untuk melahap hidangan yang ada. Ia sekali-kali terkekeh melihat Gemini bingung dan bimbang untuk memilah mana yang harus dimakan dahulu. Akhir-akhir ini hubungan mereka berangsur-angsur mendekat dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama walau sekadar sarapan dan membawa makan malam berupa mie rebus di jam sembilan malam.

Nampak juga Gemini sudah tidak mengungkit ungkit tentang hal yang Fourth lakukan padanya. Bahkan Fourth sempat berpikir dalam jika Gemini lupa seharusnya berusaha untuk keluar dari rumahnya. Tapi dengan ini juga lebih menguntungkan, Gemini tidak se-agresif dulu.

"Itu muffin rasa mint." Fourth berucap menunjuk pada muffin yang berada di ujung piring.

"Oh." Gemini ber-oh ria kemudian mengambilnya dan dilahap habis dalam empat kali gigitan. "Kayaknya lu tau apa yang gue suka," lanjut Gemini dengan suara lirihnya.

"Karena lu sendiri yang ngasih tau." Fourth yang sama lirihnya sehingga tidak dapat didengar oleh Gemini secara jelas.

Kala melamun Fourth dapat melihat kilasan masa lalunya yang begitu menyenangkan tapi juga begitu menyeramkan secara bersamaan. Di sana, di masa itu Fourth merasa jika ia berdiri sendiri tanpa adanya seseorang mendampingi. Dapat dilihat juga sebuah pohon beringin berhembus kencang dan tidak kemudian dirinya merasakan beban di punggung semakin lama semakin berat sehingga Fourth kecil terjatuh di tanah lapang.

Obsesi De Marley || FourthGemini [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang