1

1.5K 72 4
                                    

"Kak gausah marah-marah, gue minta maaf."

"Minta maaf lu gak cukup buat gue, lu kira selama ini gue kerja buat siapa? Buat lu. Buat lu doang karena emang udah gak punya siapa siapa." Gadis mendorong tubuh lelaki di depannya. Menabrak meja hingga vas bunga mawar jatuh ke lantai membuat pecahan dari benda tersebut berserakan di mana-mana.

Keduanya sama-sama terkejut, lelaki dengan kulit kopi susu itu langsung gelagapan meminta maaf dan berusaha membersihkan pecahan vas. Seluruh ruangan terlihat sangat buruk dengan semua barang berantakan di mana-mana. Bekas krim kue juga menempel di lantai seperti tidak sengaja dijatuhkan.

Melihat kondisi ini semua orang pasti sudah menduga jika ada pertengkaran besar telah terjadi di antara keduanya. Si gadis berkuncir kuda itu terus berteriak meluapkan semua emosi yang ada sementara orang lain diam menunduk. Ini bukanlah yang pertama akan tetapi inilah yang paling kacau di antara semua pertengkaran yang telah mereka alami.

Semua orang tidak berteriak pada lelaki itu akan tetapi hanya wanita bernama Ailona saja yang berteriak padanya. Membentak, mengacaukan semua barang, mencakar, dan memukul.

"Gue benci lu Gem, gue benci banget sama lu!" teriak Ailona frustasi memukul kepalanya sendiri dengan sangat sadis.

"Terus kakak ngapain masih mau biayain hidup gue? Kakak benci kan sama gue? Kenapa gak kakak usir dari dulu," tanyanya secara bertubi-tubi. Dia mendekat menyentuh bahu Ailona berharap mendapatkan jawaban yang diinginkan.

"Lu tanya'kan kenapa gue masih mau ngurus hidup lu? Karena gue sayang sama Gerry makanya gue masih ngurusin lu," sahut Ailona.

Air mata itu terus mengalir sementara Gemini, lelaki itu terdiam menerung setiap kata yang terucap dari mulut kakak iparnya.

Apa ini salah Gemini jika Gerry tidak bisa hidup sampai sekarang? Apakah salahnya?

Gemini bahkan tidak tau jika hal itu akan merengut nyawa kakak dan ibunya. Jika Gemini tau dia pastinya tidak akan meminta mereka untuk datang.

"Andai mereka gak nurutin kemauan lu, ibu sama Gerry pasti masih bikin kue di dapur." Ailona berucap menatap nanar ke arah adik iparnya itu. "Tapi mereka gak dengerin gue," lanjutnya.

"Itu kecelakaan, gue gak tau kak kalau itu bakalan kejadian."

"Tapi mereka mati itu gara-gara nurutin kemauan lu! Asal lu tau itu."

"Mereka mati karena ulah mereka sendiri bukan gue!" sentak Gemini menarik kedua bahu Ailona mendekat.

Membawa kakak iparnya itu ke dinding dan menahannya. Mata Gemini sudah memerah karena terlalu banyak menahan air mata yang hendak keluar, tangannya juga bergetar tak kuasa menatap tatapan tajam dari Ailona. Gemini tau dia akan selalu kalah dengan mata tersebut jika terus menerus bertatapan.

Gemini sangat menyayangi kakak iparnya itu. Ailona adalah keluarga satu-satunya yang Gemini miliki, walaupun sering bertengkar hebat.

Dan sekarang Gemini tidak tau harus berbuat apa. Dia melepaskan Ailona dan berjalan ke arah pintu keluar dan beranjak pergi, ingin mencari udara segar agar dapat menjernihkan pikiran. Baru beberapa langkah melewati jalanan namanya sudah diserukan oleh seseorang dari rumah sebrang. Senyum tipis muncul di bibirnya. Gemini langsung melangkahkan kaki menuju asal suara dan mendapati seorang lelaki tinggi melambaikan tangan ke arahnya.

Dia berhenti tepat di depan pria tersebut yang nampaknya kini tau apa yang baru saja Gemini alami. Seseorang bernama Jiro itu hanya menepuk bahunya guna menyemangati tetangga dekatnya. Tentu saja Gemini merasa sangat tersanjung dan sejenak lupa akan perkataan Ailona. Keduanya memutuskan untuk duduk di teras rumah berbincang-bincang dengan santai sesekali bercanda satu sama lain.

Obsesi De Marley || FourthGemini [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang