5

538 41 13
                                    


"Udah kelamaan lu nangisnya!" Fourth menarik lengan Nara dengan kuat.

Gemini yang terkejut dan Nara yang kini merasakan lengannya diremas kuat hingga memerah padam. Fourth nampak tidak peduli dengan ekspresi memohon serta tangan Gemini yang kini menahan kaki kanannya agar tidak bisa pergi ke mana-mana.

Rasanya ingin sekali menginjak kaki Gemini tapi Fourth tidak cukup tega untuk itu. Hanya menatap datar menunggu Gemini melepaskannya, satu bodyguard yang tadi mengikuti langsung maju untuk berdekatan dengan Fourth. Mencondongkan tubuh kemudian berbisik di telinga lalu diangguki oleh Fourth.

Tidak lama setelah percakapan singkat dan berbisik tersebut Fourth melihat bodyguard itu berlari keluar dari ruangan. Tanda tanya terlihat jelas di raut muka Gemini begitupun Nara, sebenarnya Nara lebih ke takut. Seolah mengerti isi pikiran Fourth. Tubuh wanita itu semakin kaku dengan kaki sulit sekali bergerak, bahkan tidak ingat untuk berkedip sekalipun hingga harus Gemini yang mengejutkannya.

"F-Fourth gue mohon biarin Nara pergi," pinta Gemini memeluk kaki kanan Fourth dengan kencang. Tidak ingin Fourth pergi.

Mata bulat seperti anak anjing itu hampir saja menghipnotis Fourth jikalau Nara tidak berteriak marah dan memaki Gemini. Seolah-olah Gemini adalah sumber dari semua masalah yang ia alami sekarang.

"Gemini bilangin di-dia gue gak mau! Gue bukan siapa siapa lu please bilangin gue gak mau, Gemini." Tatapan Nara penuh arti dan sangat dalam. Gemini tidak dapat memahami mata tersebut hanya terdiam beberapa saat kemudian menatap Fourth dengan bingung seakan bertanya apa yang dimaksud oleh Nara.

Tentu Fourth tidak menjawab melainkan tersenyum kecil dan mengedipkan satu mata pada Gemini seolah-olah Fourth tengah bercanda. Wajah resah nan dibanjiri ketakutan itu membuat Fourth sangat teramat tertarik, terlihat lucu.

"Gemini! Lu masih gak ngerti? Gue mau mati Gem gue mati mati!" Nara kesal. Saking kesalnya sampai menangis setelah sebelumnya air mata telah kering.

Darah di kedua lututnya sudah berhenti mengalir akan tetapi masih membekas bercak merah kering di sepanjang kaki dan lantai membasahi. Nyerinya masih terasa oleh karena itulah Nara sesekali meringis kesakitan sembari mengigit bibir bawah khawatir.

Setelah Nara berucap demikian, Fourth tidak membiarkan Gemini membalas dan langsung menarik wanita tersebut keluar dari ruangan. Menutup pintu keras-keras menimbulkan suara nyaring. Fourth menyeret Nara menuruni tangga meninggalkan suara-suara teriakan memohon di seluruh penjuru rumah.

Kala sampai di pintu keluar Nara gemetar mencoba menahan kakinya itu tetap diam di tempat akan tetapi tidak berhasil. Salah satu pria berpakaian hitam yang membawanya ke sini mendekat dan mengajak Fourth untuk memasuki mobil. Dari bekalang keduanya ada satu pria lagi mengikuti bermaksud agar Nara tidak dapat kabur.

Senyum kepuasan Fourth tunjukkan di sepanjang perjalanan yang penuh tangisan pilu dari wanita yang akan meninggalkan tempat bersinggah. Diam-diam Fourth merekam suara merdunya di handphone untuk dijadikan kenang-kenangan Gemini.

Agar Gemini tidak terlalu sedih.

Sampai di lokasi tujuan mereka kemudian turun. Sebuah bangunan tua dengan daun-daun kering berserakan di mana-mana. Nampak sangat menyeramkan bagi Nara, wanita itu menoleh ke sana ke mari tapi hanya menemukan tatapan seringai dari para ajudan Fourth. Mereka parkir di belakang degung jauh dari keramaian jalan.

Fourth berjalan duluan dengan Nara di dalam genggamannya kemudian barulah di ikuti ketiga pengawalnya. Masuk dari pintu belakang menuju ke lantai paling atas sendiri, lantai tiga. Melihat beberapa pejalan kaki dan pedagang kaki lima lewat di bawah mereka seakan tidak menyadari menampakkan mengejutkan pada gedung yang di anggap angker oleh orang-orang.

Obsesi De Marley || FourthGemini [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang