6

466 37 4
                                    

Hujan melanda kota dalam dua jam ini. Banyak kemacetan serta banjir di mana-mana, Fourth hanya bisa menatap kencangnya angin serta lebatnya air turun dari langit. Udara dingin terus menerpa dalam waktu senja yang hilang ini. Dari kejauhan Fourth menatap sebuah batu nisan yang nampak masih baru dengan ukiran nama cantik tertulis.

Seseorang di sampingnya menangis dalam diam menatap gundukan tanah tiada arti. Diam-diam Fourth merasa sangat muak dan memijat pelipis yang terasa pusing, seakan dunia berputar seiring suara tangis menyedihkan. Awalnya ia hendak menghindari
agar tidak mendengarkan suara menyakitkan telinga itu tapi segera diurungkan. Mungkin memang sepertinya harus dibiarkan.

Memang kehilangan orang dicintai membuat hati serta pikirannya terpuruk. Fourth dapat mengerti, ia juga dapat mengetahui perasaan campur aduk pria itu akan tetapi di sisi lain Fourth merasa senang. Memiliki kepuasan batin tersendiri melihat seseorang menangis pilu.

'Melianara Winata Gyeon'

Seorang wanita yang dicintai hebat oleh dua pria dalam waktu yang bersamaan. Di mana Nara hanya mencintai salah satunya, seseorang dengan kehidupan di landa kemiskinan. Orang itu sedang duduk di sampingnya.

"Gue mau ngucapin terimakasih karena lu udah bantu makamin Nara tadi," ucapnya sendu.

Fourth menatap sejenak kemudian tersenyum kecil. Kedua tangannya bertautan dan melepaskan nafas panjang di udara dingin itu, menatap langit hitam yang menurunkan rintik hujan tiada henti. Ia tidak berniat menjawab ujaran pria miskin itu.

"Gue belum tau nama lu." Meski sudah tidak merintihkan air mata akan tetapi suara serak nan bergetar serta mata memerah sudah menjelaskan semuanya.

"Fourth De Marley, Fourth." Sahutan Fourth terdengar santai.

Tidak sekalipun Fourth menoleh padanya. Sembari menunggu hujan yang hampir mereda itu, Fourth juga membuka handphone melihat dari camera CCTV yang ia pasang di ruangan redup tempat Gemini berada.

Melihat seseorang yang ia cintai menangis memanggil nama Nara setiap detiknya bahkan sampai mencoba untuk melepaskan borgol yang ia pasang. Beruntung seseorang di sampingnya tidak menyadari. Fourth melanjutkan kegiatannya itu dengan sukarela, tidak ada bodyguard atau satu orang pun yang masuk ke dalam ruangan tempat Gemini berada. Yang artinya sangat aman tiada tindakan yang mencurigakan dari para bawahannya.

Pengingat terakhir kalinya Yinli saat itu. Mencoba melepaskan Gemini lalu berani menjawab perkataan yang keluar dari mulutnya. Namun, jujur saja Fourth hampir setiap waktu mengingat Yinli serta masakan nasi goreng khasnya.

Saat Fourth tersadar dari lamunan barulah ia tahu hujan telah mereda dan jalanan mengenang air. Dan sepertinya seseorang di sampingnya itu juga baru menyadari dilihat dari raut wajahnya. Nampak ragu-ragu ingin berpamitan sampai akhirnya Fourth membuka mulut untuk berpamitan lebih awal membuat lega orang tersebut.

"Gue pulang, hujannya udah reda." Fourth berucap setelahnya berdiri dan merenggangkan badannya yang hampir kaku tidak bergerak.

"Gue ngerti thanks buat yang tadi, btw gue Braii," ujarnya memperkenalkan diri sekaligus kata berpamitan setelah mengulurkan tangan.

Fourth juga mengulurkan tangan dan berjabat tangan. "Braii?"

"Braii James Black," papar seseorang yang mengaku dirinya bernama Braii.

"Oh gue inget, gue kenal keluarga lu."

Braii yang mendengarnya hanya tersenyum. Tidak heran jika Fourth mengenal keluarganya, dulu yang memiliki perusahaan besar di kota serta memiliki anak sulung yang mempunyai kasus hingga masuk dalam sel tahanan. Hal itu membuat bangkrut.

Setelah di jemput salah satu anak buahnya dengan selamat hingga sampai ke kediaman nyamannya. Fourth segera membersihkan diri dengan berendam air hangat selama tiga puluh menit dan keluar kaos santai serta celana pendek.

Saat di landa kelaparan Fourth hanya mampu merebus mie instan untuk dirinya juga Gemini. Ketidakhadiran Yinli dalam kehidupannya merubah segala hal apalagi pembantu wanita tua yang bertugas memasak di dapur saat ini sangat tidak becus. Memasak nasi goreng tidak bisa apalagi dengan menu makanan lain. Alhasil Fourth memesan satu kardus mie instan untuk dua minggu menunggu pengganti Yinli yang baru. Yang lebih layak dari wanita tua tersebut.

"Terserah yang penting jadi," batin Fourth memasukan bumbu mie instan ke dalam air mendidih.

Tidak lama setelah itu makanan istimewa tersebut selesai di hidangkan. Fourth memilih makan duluan dan menaruh milik Gemini di meja untuk ia berikan nanti setelah dirinya selesai.

"Maaf menganggu tapi kita mendapatkan kiriman dari Izumi." Seorang pria bertubuh tegas dan kekar datang memberi salam hormat kemudian menyampaikan maksud dan tujuan menghampiri Fourth saat waktu makan.

Sedangkan Fourth sendiri membeku beberapa saat lalu memberi perintah untuk membawa barang kiriman dari Izumi masuk ke dalam. Meminta agar ditaruh di kamarnya. Selepas itu pria berwajah sangar langsung menghilang secepat kilat.

Butuh beberapa waktu hingga Fourth menaiki tangga dan membuka pintu coklat ruangan tempat Gemini berada. Memang tidak ada bedanya akan tetapi suasananya lebih buruk dari biasa Fourth lihat. Apalagi sosok lelaki itu terkulai lemah menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Saat Fourth mendekat untuk menaruh sepiring mie Gemini dengan cepat bereaksi seakan menyadari keberadaan Fourth.

Tanpa pikir panjang Gemini langsung melempar bantal yang dekat dengan jangkauan agar dapat mengenai Fourth. Berniat mengusir Fourth keluar dari ruangan ini dan menjauh darinya.

"PERGI LU! GUE GAK BUTUH MAKAN GUE GAK MAU DI SINI!"

"Lu udah cinta sama gue?" Bukannya menjawab Gemini, Fourth malah mengajukan sebuah pertanyaan.

"Gue gak pernah cinta sama lu! Mau berapa kali gue bilang?" bentak Gemini emosional. Hidungnya memerah membuang muka ke samping.

"Bukannya lu udah hancurin cinta gue lalu kenapa lu terus nanya soal itu setiap harinya? Hari ini Nara gak ada, iya'kan?" lanjut Gemini perlahan-lahan air matanya menetes kembali.

Fourth hanya tersenyum dan meletakkan sepiring mie di samping Gemini tidak lupa dengan segelas air mineral. Sejenak untuk sesaat ia memandangi wajah Gemini dengan begitu intens seakan tidak ada hari esok untuk menatapnya lagi.

"Kalau lu nendang piring ini lu harus makan kayak anjing jalanan," cakap Fourth dengan suara beratnya saat melihat tatapan Gemini terus-menerus tertuju pada piring plastiknya. Seakan mengerti jalan pikirnya.

Berkat ancaman itu Gemini terdiam lalu mengalihkan pandangan ke sisi lain. Melihat tidak ada pemberontakan Fourth langsung merasa bahagia. Mungkin dengan ini Gemini akan mencintainya seperti ia mencintai Gemini.

"Makan gue bakalan balik dua puluh menit lagi," titah Fourth melirik borgol yang memborgol satu tangan Gemini dan satu tangan lainnya bebas.

"Gue gak nafsu," sahut Gemini dengan lemahnya.

"Gue tunggu di luar." Fourth langsung bangkit dan berbalik keluar ruangan.

Ia sempat melirik sesaat saat Gemini menggapai piring tersebut dan mencoba memasukkan mie ke dalam mulutnya. Mungkin Gemini sudah tidak terlalu agresif, Fourth besok akan melepaskannya untuk berkeliaran di setiap penjuru rumahnya dengan pengawasan.

"Gue kembali, Cheri." Fourth memasuki kamar dan membuka tirai merah yang menutupi sebagian kecil dinding kamarnya. Menatap dengan tersenyum puas gambar gambar yang tertempel.

"Mirip banget, ya?"




Halooo di malam kamis~😍💢

Btw keknya gak jadi bunuh Braii deh, biar nanti dia dapet peran😔🤏
Oke gitu aja sih.

Bye byeee~

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!!! 😍😍

Obsesi De Marley || FourthGemini [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang