10. Tears of pain

136 22 1
                                    

Happy Reading^^
jangan lupa vote and comment...

.
.
.

Air mata Jia perlahan turun dan membasahi kepipinya

"Jia"

Jia menangis sejadi-jadi saat melihat kearah Galen yang tepat didepannya

"Jia" panggil Galen lagi

masih terus menangis sambil menatap jasad yang ada di depannya

Jasad itu memakai gelang putih berliontin bunga Aster ungu seperti yang Jia berikan kepada bunda Ina

Gelang yang berwarna putih itu kini telah berlumuran oleh darah

"bunda?" Air mata Jia terus mengalir keluar tanpa henti

Jia ingin mendatangi jasad itu dan berharap itu bukan bunda Ina

"BUNDAAAA" teriak Jia histeris

Galen memeluk Jia yang terus memberontak

"bundaa" panggil Jia dengan suara yang lirih "itu bukan bunda kan Len?" tanya Jia sembari memukul dada Galen

"enggak mungkin itu bunda, tadi aku masih telponan sama bunda" ujarnya dengan wajah yang telah dipenuhi oleh air mata

"aku mau liat bunda Len" ucap Jia

Galen mengangguk "iya ayo liat" Galen memberi kode pada Sandi untuk membuka penutup wajah nya agar Jia bisa melihat

Jia mendekat perlahan kearah jasad yang mulai perlahan terlihat wajahnya

"BUNDAAA" Jia terduduk saat melihat wajah bunda yang ada dibalik kain itu

"BUNDA KENAPA NINGGALIN JIA" Histeris Jia dan langsung ditenangkan oleh Galen

"Jia, aku tau kamu gak bisa terima apa yang sudah terjadi"

"Galen... tuhan gak sayang ya sama aku? tuhan sudah ambil ibu aku, terus sekarang kenapa bunda juga di ambil"

"engga, tuhan sayang sama kamu, kamu masih punya Jio" ucap Galen

Jia terus menangis didalam dekapan Galen hingga akhirnya ia kehilangan kesadaran

****

Setelah jasad bunda di autopsi, akhirnya bunda di makamkan ditempat yang jaraknya tidak jauh dari toko bunga Jia.

Dari semalam Tio hanya menyalahkan Jia atas kematian Bunda Ina.

"gara-gara kamu, bunda jadi meninggal. coba kamu gak nekat nganter pesanan malam-malam, bunda pasti masih hidup sampai sekarang" ucap Tio membuat Jia terus merasa bersalah

"Mas, ini bukan salah Jia, ini sudah jadi takdir tuhan" nasehat sang istri

"GAK! INI TETAP SALAH JIA!" teriak Tio lalu meninggalkan area pemakaman

"Kamu jangan dengerin kata mas kamu ya, ini bukan salah kamu" ucap Jihan sebelum menyusul kepergian sang suami

Jia hanya diam tak menjawab ucapan Jihan ia hanya menatap kearah makam bunda Ina.

"Ini salah aku"
"aku yang sudah bunuh bunda"
"seharusnya aku aja yang mati" gumam Jia beberapa kali

'sudah ku bilang kematian selalu mengikutimu'

"aku yang salah, aku yang sudah bunuh bunda" gumam Jia sambil terus menangis

Sebuah tangan menggenggam tangan Jia "ini bukan salah kamu Jia, jangan salahin diri kamu atas kematian bunda. Bunda sayang sama kamu, bunda bertemu ibu kamu disini"

Beautiful Flower - Jeno x GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang