Hukuman

1.1K 126 7
                                    

"Zayyan!" Sapa Zeline riang.
Zayyan terkejut dengan kehadiran gadis itu yang tepat berada di depan rumahnya. Dia heran, dari mana Zeline tau alamat rumahnya?. Untuk apa pula pagi pagi ia sudah kemari. Dan bukannya langsung menuju ke sekolah.

"Ayo berangkat bareng!"

"Lo ngapain gak langsung ke sekolah aja? Pake capek capek ke sini segala"
Zayyan menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Gapapa.. lagian searah aja kok! Tapi kaki aku pegel habis jalan. Jadi nebeng kamu aja ya? Hehehehe.." cengirnya.

Mulut Zayyan terbuka lebar. "Hah?! Lo jalan kaki?!"

"Iya" jawab Zeline santai.

Zayyan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Yaudah boleh aja sih.. tapi gue berangkat sama bang Shaqil gapapa?"

"Shaqil udah pulang? Gimana hasilnya?"

Zayyan mengedikkan bahunya. "Gak tau. Pengumuman nya masih nanti katanya "

"Jay! Lo mau roti cok-    eh! Lo ngapain njir! Kesini!" Seru Shaqil terkejut dengan kehadiran Zeline.

"Mau nebeng" jawabnya seraya tersenyum lebar.

"Tiba-tiba amat lo!"

"Biarin lah emang gak boleh?!"

Shaqil memandang Zeline heran. "yaudah, tunggu gue selesai sarapan dulu"

Zeline mengacungkan jempolnya.

Leo yang sedari tadi memperhatikan ketiga nya hanya terduduk diam di sofa. Dari mimik wajahnya sudah terlihat bahwa ia memiliki suatu rencana. Leo mengangkat hp nya dan mendekatkan nya ke telinga.

"Gue punya tugas buat lo"
















"Bentar bentar".  Shaqil menghentikan mobilnya.

"Kenapa bang? Kok berhenti?"

"Kok rasanya mobil gue makin berat?"
Shaqil pun memutuskan turun dari mobilnya untuk memeriksa keadaan ban nya.
Dan dugaannya benar. Ban depan mobilnya mengempes.

"Sial!" Umpat Shaqil kesal.

Zayyan juga ikut turun dari mobil.
"Kenapa bang?"

"Ban kempes!"

"Lha? Kok bisa?"

"Ya gak tau! Nanya gue!" Moodnya buruk hari ini.

"Enggak kamu cek dulu tadi waktu berangkat?" Tanya Zeline.

"Kata bang Ijal tadi mobil gue udah siap pake"

"Ya tu buktinya kempes"

"Diem lu!"

"Terus gimana nasib kita?" Tanya Zayyan kebingungan.

Zayyan mengedarkan pandangannya. Tak ada ojek sekitar sini. Padahal jarak mereka sudah tidak begitu jauh dari sekolah.

"Kita lari?" Usul Zeline.

"Yaudah.. mau gimana lagi kan?" Balas Shaqil.

"Terus mobil lo gimana bang?"

"Gue minta tolong bang Ijal buat ambil nanti"

"Siap? Hitungan ketiga kita lari..." Zayyan memberi aba-aba.

"1...2...3.!!!"

Mereka berlari secepat mungkin.

. . .

"Mampus!! Gerbang..... Udah.. tutup!" Ujar Zayyan ngos-ngosan.

"Capek!" Keluh Zeline. Ia terduduk dan melonjorkan kakinya.

[Fatamorgana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang