terkena jebakan

914 75 13
                                    

Zeline mengernyit heran. "Kenapa aku?"

Ketiganya menghampiri Zeline dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Kalian ini darimana aja? Masa Zeline udah pulang dari tadi kalian baru pulang sekarang?"

"Maaf ma. Tadi masih ada urusan" Jawab Shaqil sambil nyengir lebar.

"Zeline, keluar bentar" bisik Shaqil agar tak terdengar Zayyan dan mamanya.

"Hah?"

"Udah ayo!" Shaqil langsung menarik tangan Zeline.

"Permisi tan" Davin dan Gevan perlahan mundur keluar ruangan. Zayyan dan Windy hanya memandang mereka dengan heran.

"Apasih narik narik!!" Zeline melepas tangan nya paksa.

"Gue tadi liat lo ngobrol sama Agam di parkiran" kata Shaqil.

"Hah??!" Seru Zeline kaget. "Orang aku langsung kesini kok pulang sekolah. Lagian aku juga gak kenal sama yang namanya..."

"Agam?"

"Iya itu"

"Tapi sumpah! Gue gak boong. Gue liat lo sama tu anak di parkiran sekolah. Siang tadi!! Pake mata gue sendiri" Tambah Davin meyakinkan. Shaqil dan Gevan mengangguk setuju.

"Aku punya kembaran" Ucapan Zeline membuat ketiga nya terkejut.

"Dia satu sekolah sama kita juga?"

Zeline menggeleng. "Papa pisahin sekolah aku sama dia. Karena..." Zeline menggantungkan ucapannya.

"Karena apa?" Tanya Gevan.

"Nggak papa" bales Zeline tersenyum.

"Tapi hubungan dia sama Agam apa?"

Bahkan Zeline yang merupakan saudaranya itu pun ikut berpikir dengan pertanyaan Shaqil.





* * *



"Sini bro" Dirga menyuruh Agam untuk mendekat. Kemudian ia merangkul pundak Agam.

"Lo mau uang gak?" Bisiknya.

"Mau lah!" Seru Agam bersemangat.

"Tapi ada syaratnya"

Agam langsung berdecak kesal. "Ogah ah! Pake syarat syarat. Paling juga imbalannya dikit"

"Eh, ini beda broo!" Dirga mengedipkan satu matanya pada Iwan. Sebagai balasan, Iwan mengangkat kedua jempolnya. Lalu ia merogoh sakunya, dan memperlihatkan selembar uang berwarna merah.

Melihat itu mata Agam langsung berbinar binar. "Beneran itu buat gue?"

"Yoi!! Mau gak?" Tanya Dirga dengan alis yang naik turun.

"Boleh lah.. apa syaratnya?"

Dirga membisikkan sesuatu pada Agam.

Ekspresi Agam sedikit terkejut ketika mendengar nya.

"Gimana? Mau?"

Agam terlihat bimbang. Ia bingung harus bagaimana.
Iwan menggoda Agam dengan menampakan selembaran uang merah itu tepat di depan matanya.

Baiklah Agam menyerah. Ia tergoda terhadap uang itu. Lagipula, orang yang menyuruhnya juga tidak membayar ia sebesar itu.

"Good job!" Dirga menepuk pundak Agam dua kali.





[Fatamorgana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang