11 Tempat Ternyaman

6.8K 412 10
                                    

"Kia, aku ingin sekali mempercepat pernikahan kita." Asher menatap Kia yang hanya tersenyum. "Apa yang kamu ragukan dariku? Siapa pria yang membuatmu ragu? Siapa pria yang cintanya lebih besar dari aku dan rela berkorban nyawa untuk menyelamatkanmu seperti yang aku lakukan?"

Asher terus berusaha meyakinkan Kia. Tanpa rasa malu, ia menagih hutang budi yang sebenarnya tidak ia lakukan. Padahal, Rain yang menyelamatkan Kia saat tenggelam beberapa tahun lalu. Rain yang berkorban dan hampir kehilangan nyawa. Tapi sayangnya, Kia tidak tahu kebenaran itu.

"Aku tahu kamu sudah banyak berkorban untukku. Tapi aku masih ragu padamu." Kia berkata dengan senyuman penuh arti. Atau juga berarti sindiran halus untuk Asher agar dia sadar jika kata-kata cintanya itu hanya omong kosong. Dulu iya, Asher tulus mencintainya. Tapi seiring waktu, orang akan berubah dalam sekejap mata.

Asher mengepalkan tangannya dengan frustrasi yang mendalam. "Apa mau Kia sebenarnya? Padahal selama ini dunia Kia itu hanya dirinya, kenapa Kia berubah? Siapa pria yang dia maksud?"

"Kapan kamu kenal pria itu? Perubahanmu itu sangat drastis. Mau dibawa ke mana hubungan kita jika kamu menolak menikah?" Asher menarik Kia dan mencengkeram pundaknya. "Apa kurangku? Bahkan saat ini, walau kamu berkata menyukai pria lain aku tetap dengan sabar menunggu jawabanmu!"

Kia tersenyum melihat Asher begitu resah. Memang itu tujuannya. Dia akan membuat Asher mencari tau pria yang ia maksud. Pria yang tak lain adalah kakaknya sendiri. Memang hanya dia yang bisa bersilat lidah?

"Aku hanya merasa... kita berdua telah berubah. Dan aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya." Kia dengan suara lembut namun mantap. "Pernikahan untuk selamanya, bukan sebuah permainan. Kita harus memikirkannya dengan matang!"

"Apa yang berubah dari kita?"

"Ya aku merasa kita berubah Asher! Kamu bukan Asherku yang dulu lagi. Dulu kamu tidak pernah kasar seperti ini!"

Asher spontan melepaskan cengkeramannya perlahan, tatapannya masih penuh dengan ketegangan. Sungguh, jika bukan karena ambisi untuk menjadi pemimpin seperti yang dijanjikan oleh ayah Kia setelah mereka menikah, Asher mungkin sudah lama meninggalkannya. Kia benar, dia memang sudah bukan Asher yang dulu lagi.

"Aku akan pulang. Pikirkan lagi semuanya, Kia. Setelah semua pengorbananku untukmu, apakah aku pantas diperlakukan seperti ini?" ujar Asher dengan nada tajam, lalu pergi meninggalkan apartemen Kia dengan rasa marah yang tertahankan.

Kia menarik nafas panjang. Lagi-lagi, Asher membahas tentang pengorbanannya. Walau Kia sudah malas membahas kisah cinta mereka yang dulu, ia tetap saja kepikiran dan merasa bersalah.

Kia merenung sejenak, berusaha mencari kedamaian dalam pikirannya yang kacau. Dia tahu bahwa hubungan mereka sudah tidak seperti dulu lagi, dan perasaannya kepada Asher sudah mati. Bahkan tidak akan bisa mekar lagi dengan cara apapun.

"Sudahlah Kia, tidak usah kamu pikirkan masa lalu." Kia memijit pelipisnya. "Yang lalu biarkan saja berlalu. Toh dia juga selingkuh bersama Devina. Dia yang memulai perselingkuhan! Itu berarti, Asher yang sudah mencampakkanmu lebih dulu." Lirihnya pelan.

****

Asher semakin kesal saja dengan segala hal yang terjadi padanya hari ini. Setelah bertengkar dengan Kia, dia juga harus berdebat dengan sang kakak yang marah besar karena dia membuat sebuah kesalahan di kantor. Benar-benar menyebalkan.

"Kenapa sih, kakak selalu berbuat seenak kakak?! Memarahiku, menyuruhku, aku ini bukan babumu!" seru Asher dengan nada penuh amarah.

"Jika kamu mampu dan mengerjakan pekerjaanmu dengan baik, aku tidak akan cerewet. Kamu bisa mimpin dengan bebas anak perusahaan kita yang sudah disiapkan khusus untukmu! Tapi jika pekerjaan simple saja kamu tidak mampu, bagaimana? Apalagi kelak kamu dipercaya memegang perusahaan keluarga Kia jika kalian jadi menikah!" balas Rain dengan tegas.

In Bed Your Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang