25 Bawa Dia Kembali 1

1.1K 165 5
                                    

Kia terus memeluk ayahnya dengan histeris, tubuhnya gemetar dalam pelukan John yang mencoba menenangkannya. Tangisannya pecah berulang kali, setiap kali ia menangis, suaranya meminta keberadaan Rain dengan penuh frustasi dan keputusasaan.

"Di mana Rain, Pa? Dia harus baik-baik saja, bukan?" Kia berseru dengan suara serak, matanya mencari-cari tanda-tanda harapan di wajah ayahnya yang mencoba mempertahankan ketenangan.

John hanya bisa merangkulnya erat, tidak tahu harus berkata apa. Dia sendiri merasakan kekosongan dan kehilangan yang mendalam setelah mengetahui berita tentang Asher. Namun, Kia tidak boleh tahu tentang itu sekarang. 

Bagaimana dia bisa memberitahu putrinya yang terpukul ini bahwa mayat Asher telah ditemukan, sementara Rain mungkin masih terapung di lautan?

Beberapa saat kemudian, setelah Kia sedikit tenang, John mengambil nafas dalam-dalam sebelum berbicara dengan suara yang penuh belasungkawa, "Kia, sayang, Asher... mayatnya sudah ditemukan."

Kia terdiam, matanya membesar dalam kejutan. "Asher?" suaranya gemetar.

"Sementara hanya Asher yang di temukan."

"Tidak Pa! Mereka tidak boleh menemukan mayat Rain! Mereka harus menemukan Rain hidup-hidup! Rain harus kembali! Aku tidak mau Rain diamblil dariku!" Teriaknya histeris dan kembali menggila seperti sebelumnya.

"Kia!"

"Aku harus mencarinya sendiri!" Kia mencoba mencabut infusnya dan turun dari ranjang, namun John menahannya kuat-kuat.

"Papa, jangan larang aku! Aku harus mencari Rain, jangan tahan aku di sini!" Teriaknya.

Dari sejak awal kesadarannya, Kia memang terus berteriak histeris. Dia masih enggan menerima kenyataan bahwa---- Rain mungkin sudah tiada.

John memanggil dokter untuk memberi Kia suntikan obat penenang. Dia meneteskan airmata dan merasakan sakit yang luar biasa melihat putrinya yang biasanya ceria menjadi seperti demikian.

Di bawah pengaruh obat, mata kosong Kia menatap langit-lagit rumah sakit yang mulai buram. Getaran tubuhnya mulai melemah, begitupula dengan cengkraman erat pada baju ayahnya.

Hatinya remuk karena ketidakpastian dan kehilangan yang tak terbayangkan. Namun, ada tambahan penderitaan yang tak terungkapkan: Kia baru saja dinyatakan hamil, sebuah berita yang seharusnya membawa kebahagiaan besar, kini hanya menambahkan luka dalam yang tak terobati. Calon anaknya akan tumbuh tanpa mengenal sosok ayahnya.

John keluar ruangan setelah putrinya kembali tertidur. Ia menemui Grace, Max dan Andrea yang tak berhenti menangis semenjak insiden ini terjadi. Ketiganya juga sudah berbaikan dan melupakan masa lalu. Mereka memilih untuk bersatu melakukan pencarian Rain.

"Bagaimana keadaan Kia? Bayinya?" Grace bertanya dengan suara bergetar.

"Dia dan bayinya baik-baik saja. Hanya saja, mentalnya mungkin masih down."

"Kita harus selalu di sisinya, mungkin akan sangat berat baginya jika terjadi berbagai kemungkinan buruk pada Rain." Andrea terisak penuh penyesalan. Andrea ingin sekali waktu diulang dan berkata pada Rain, betapa Andrea mencintainya walau dia bukan anak yang lahir dari rahimnya. Benar, ini semua salahnya karena terlalu memanjakan Asher, sehingga anak itu tumbuh dengan karakter yang begitu buruk.

"Ayo kita bersiap untuk menyiapkan pemakaman Asher, Pa." Andrea menggandeng suaminya dengan lembut. Max hanya mengangguk pelan mengikuti istrinya.

Grace masih bertahan di tempatnya. Dia sama seperti Kia, Grace tidak tahu bagaimana jadinya jika terjadi kemungkinan terburuk padanya. Mereka baru saja bertemu, Rain baru saja memanggilnya ibu. Dan kini, mereka sudah kembali dipisahkan dengan cara yang sangat menyakitkan.

In Bed Your Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang