24 Give Him Back!

2.2K 249 9
                                    

24 Give Him Back

"Aku selalu yakin jika kamu yang menolongku malam itu. Kamu selalu hadir di mimpiku, menarikku ke permukaan. Terima kasih, Rain. Aku tidak tahu jadi apa aku tanpamu." Kia memeluk jemari Rain yang bertengger di perutnya. Pria itu memeluknya erat dari belakang, menikmati semilir angin di atas kapal pesiar.

Ya, mereka memilih untuk menaiki kapal dan melawan trauma mereka tentang kejadian buruk malam itu. Angin laut yang segar membawa kenangan baru, yang akan menggantikan trauma masa lalu dengan kebahagiaan baru.

"Aku tidak pernah peduli mau kamu mengetahuinya atau tidak. Yang jelas, aku akan selalu melindungimu. Orang yang sangat aku cintai!" Rain berkata dengan tulus, suaranya penuh cinta dan kepastian.

"I love you!" Kia menolehkan kepalanya, lalu mencium bibir Rain dengan lembut. Ia lalu masuk ke dalam pelukannya, merasa aman dan dicintai.

Rain membalas ciuman Kia dengan penuh kasih, menikmati momen keintiman di bawah langit sore yang indah. Mereka berdiri di dek kapal pesiar, membiarkan angin laut membawa semua rasa takut dan keraguan menjauh. Dengan setiap hembusan angin, mereka merasa semakin dekat, semakin kuat, dan semakin yakin bahwa cinta mereka akan mengatasi segala rintangan.

Rain menatap dalam ke mata Kia, seolah mencari kepastian bahwa inilah momen yang tepat. Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu meraih saku jaketnya. Dengan hati-hati, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil beludru biru.

"Kia," katanya, suaranya bergetar dengan emosi. "Sejak pertama kali kita berinteraksi di hutan kala itu, aku telah tertarik padamu. Kamu adalah cinta pertamaku, aku tahu kamu adalah orang yang akan selalu ada di hatiku. Kamu adalah segalanya bagiku."

Kia menatap Rain dengan mata berkaca-kaca, hatinya berdebar-debar tak menentu. "Rain, apa yang kamu lakukan?" bisiknya.

Rain berlutut di depan Kia, membuka kotak beludru itu dan memperlihatkan sebuah cincin berlian yang berkilau indah di bawah cahaya sunset. "Kia, maukah kamu menikah denganku? Maukah kamu menjadi pendamping hidupku, sekarang dan selamanya?"

Airmata Kia mengalir deras, namun senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya. Dengan tangan yang gemetar, ia mengangguk, lalu berkata, "Ya, Rain. Aku mau. Aku mau menikah denganmu."

Rain tersenyum lebar, lalu dengan hati-hati menyematkan cincin itu di jari manis Kia. Setelah cincin terpasang dengan sempurna, ia bangkit berdiri dan menarik Kia ke dalam pelukan hangatnya. Mereka berciuman dengan penuh cinta, merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Lautan yang dulu membuat keduanya trauma, kini menjadi saksi indah perjalanan cinta mereka. Menjadi saksi ketulusan keduanya satu sama lain. Angin laut yang semilir dan suara ombak yang tenang seakan turut merayakan momen bahagia itu.

"Kamu tahu, Rain," Kia berbisik pelan, "Aku tidak pernah membayangkan akan memiliki momen seindah ini. Kamu selalu tahu cara membuatku merasa istimewa."

Rain mengecup kening Kia dengan lembut. "Kamu memang istimewa, Kia. Dan aku akan selalu berusaha membuatmu merasa demikian, setiap hari, sepanjang hidup kita."

Saat Rain dan Kia menikmati momen kebahagiaan mereka, suara langkah kaki yang berat terdengar mendekat. Tanpa disadari, Asher yang menyamar sebagai awak kapal telah berhasil menyelinap mendekati mereka. Dengan tatapan penuh kebencian dan tangan yang menggenggam pisau dengan erat, ia mengendap-endap mendekati Rain.

Rain, yang selalu waspada, merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Ia menolehkan kepalanya, dan saat itulah ia melihat Asher yang sudah sangat dekat. Wajah Asher penuh dengan amarah dan kebencian yang membara.

"Asher, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Rain dengan tegas, mencoba melindungi Kia yang berdiri di belakangnya.

"Ini belum berakhir, Rain! Kamu sudah menghancurkan segalanya untukku!" Asher berteriak dengan penuh kemarahan, matanya bersinar dengan kegilaan. "Kamu mengambil semuanya dariku, sekarang aku akan mengambil sesuatu yang sangat berarti bagimu!"

Rain tahu bahwa situasinya sangat berbahaya. Ia mundur perlahan, memastikan Kia tetap berada di belakangnya, terlindungi dari serangan Asher. "Kamu sudah membuat pilihan yang salah, Asher. Ini bukan cara untuk menyelesaikan masalah."

Asher tidak mendengarkan. Dengan cepat, ia mengayunkan pisaunya ke arah Rain. Rain berhasil menangkis serangan itu, tetapi Asher tidak berhenti. Mereka berdua terlibat dalam perkelahian sengit, dengan Rain berusaha melindungi Kia. Sementara Asher, terus menyerang dengan kegilaan yang semakin menjadi-jadi.

Kia, yang melihat perkelahian itu, merasa takut dan cemas. Namun, ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk membantu Rain. Dengan cepat, ia mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata. Di dekatnya, ia menemukan sebuah tabung pemadam kebakaran.

Tanpa ragu, Kia melompat ke depan dan dengan cepat meraih tabung itu. Dengan kekuatan yang tak terduga, ia memukul Asher dari belakang.

BUGH!!!!

Asher terkejut dan terjatuh, kehilangan keseimbangan. Sementara itu, Rain segera mengambil kesempatan untuk mengamankan pisau yang dipegang Asher dan memastikan keamanan sekitar.

Namun, sebelum mereka bisa bernapas lega, Asher dengan cepat mengeluarkan pisau lain dari balik punggungnya. Dengan ekspresi penuh kebencian, ia menusuk Rain dengan cepat. Rain pun tersungkur ke belakang.

"Matilah bersamaku, Kak! Jika aku tidak bahagia, kamu juga tidak boleh bahagia!" desis Asher dengan nada mengancam, menarik Rain agar ikut terjatuh bersamanya ke dalam lautan.

Kia melihat semua ini terjadi dalam sekejap. Tanpa berpikir panjang, dia berteriak histeris ketika Rain dan Asher terjatuh ke dalam lautan yang tenang. Sore yang tadinya cerah seketika menjadi mendung, hujan turun dengan lebatnya mengguyur tubuh gemetar Kia.

"Rain!" teriaknya dengan putus asa, sambil mencoba meraih mereka berdua. Namun kehadiran awak kapal yang akhirnya menyadari ada keributan, mencegah Kia untuk menyusul ke dalam lautan.

Polisi yang berjaga di pelabuhan segera datang saat mendapat laporan. Mereka bergabung dengan tim SAR untuk memulai pencarian Asher dan Rain. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menemukannya.

Kia, dalam keadaan shock dan gemetar hebat, tenggelam dalam gelombang emosional yang mendalam. Dia dikelilingi oleh awak kapal dan petugas polisi, menunggu dengan hati yang hancur, berharap untuk mendengar berita bahwa Rain masih hidup dan bisa diselamatkan.

Hening merajai saat itu, hanya suara hujan yang mengguyur dan ombak yang terus bergulung di tepi pantai yang sunyi. Kia duduk termangu, tatapan kosongnya terpaku pada samudra yang kini menyembunyikan Rain darinya. Dalam keheningan malam yang suram, Kia berharap dan memohon agar samudra luas itu tidak merebut Rain darinya.

Setiap tetes hujan yang jatuh di wajahnya terasa seperti rintihan hati yang terluka. Air mata Kia bergabung dengan hujan yang tak kenal lelah. Dia merasa hampa, tidak dapat membayangkan hidupnya tanpa Rain, sosok yang begitu mencintainya dan selalu melindunginya dengan penuh kasih sayang.

Perlahan, tubuh Kia gemetar bukan hanya karena dinginnya hujan, tapi juga karena kesedihan yang tak terperi. Dia menolak segala bantuan dari orang sekitar dan memilih menyelami rasa sakitnya sendiri.

Dalam keputusasaan dan kecemasan yang melanda, Kia berharap keras bahwa ini hanya mimpi buruk, bahwa suatu saat nanti dia akan terbangun dan menemukan Rain di sampingnya.

"Hujan, jangan hapus Rain dari hidupku. Samudra, jangan rebut Rain dariku. Aku mohon! Kembalikan dia!" serunya dengan suara penuh getar, sebelum matanya menggelap dan kesadarannya perlahan memudar.

****

Yang mau baca cepat silahkan kunjungi karya karsa dan googleplay yah🥰

PDF hub 085727338248

*****

Baca cerita baruku juga ya

Baca cerita baruku juga ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
In Bed Your Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang