Masih pada perihal yang sama, ia sebisa mungkin menghindari Jeno ketika bertemu, kejadian itu akan menjadi trauma dalam hidupnya, setiap ia melihat Jeno, maka ia pula akan teringat pada kejadian tempo hari itu lagi.Renjun baru saja selesai membersihkan diri, dibantu oleh Sungmin juga beberapa pelayan yang setia menemaninya. Memakaikan piyama satin transparan berwarna merah muda. Seungmin tersenyum. Meski hanya berbalut dalam pakaian tidurpun mengapa permaisuri masih terlihat cantik.
Tiba-tiba pintu pada kamar renjun terbuka, menampilkan kini Jeno yang berdiri dengan tatapan datar. entah apa yang terjadi sehingga malam ini Jeno datang kekamarnya dan mengatakan ingin tidur bersamanya.
"Aku ingin berdua dengan permaisuri, kalian boleh keluar" ucapan dari tuan jeno langsung diangguki oleh para pelayan juga seungmin, mereka pamit untuk keluar.
Kini hanya tersisa mereka berdua, menyisahkan ruang yang sesak juga sunyi bagi renjun. Kecanggungan itu seakan mendominasi disaat untuk pertama kalinya Jeno kembali menginjakkan kakinya pada paviliun milik permaisurinya.
Aku ingin tidur disini malam ini, juga ada yang ingin aku bicarakan padamu" ucap jeno, ia berjalan melewati renjun, mengambil tempat pada sisi tempat tidur renjun. Memanggil renjun agar ikut berbaring didekatnya.
Meski takut, renjun tetap menuju tempat tidur dimana Jeno kini melepas jubahnya, dan hanya menyisahkan pakaian tidurnya saja.
Jeno dengan pelan menarik renjun kedalam dekapannya, jujur saja ia begitu merindukan renjun, merindukan suaranya merindukan tingkah dan senyumannya, ia begitu merindukan segala hal yang ada dalam diri renjun.
"Aku merindukanmu" ucap Jeno.
Yang renjun lakukan hanyalah diam, ia tak bisa menutup mata jika ia pun merindukan suaminya, ia merindukan pelukan hangat ini, ia begitu merindukan Jeno.
"Aku telah berbuat kasar kemarin, membuat jarak kita semakin terbentang, aku telah membuatmu takut kepadaku, Maafkan aku"
Renjun dengan sekuat tenaga menggigit bibir bawahnya, mendengar perkataan maaf dari jeno semakin membuat hatinya terasa tertimpa beban yang begitu berat. Mengapa Jeno meminta maaf jika hal ini tak akan bisa lagi jeno perbaiki.
Getaran kecil yang ia rasa pada tubuh mungil yang ia peluk membuat Jeno tak berkutik. Ia mengakui kesalahannya.
Membalik tubuh itu untuk ia sembunyikan pada dada bidangnya. "Maaf~~" tak ada yang bisa Jeno ucapkan selain kata itu lagi.
Tangan besarnya kini mengelus surai yang kemarin ia tarik begitu keras dan kuat. Mengecup dengan lama pecuk kepala itu.
"Hiks~~yang mulia....." Suara tangis yang teredam pada dadanya membuat Jeno berlipat kali merasa bersalah.
"t-tolong peluk...aku sebentar saja"
Jeno dengan erat memeluk permaisurinya, mengelus punggung sempit itu dengan lembut, berharap renjun bisa merasa lebih baik. Tangisan renjun tak berhenti hingga larut malam menjemput.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wolf / NoRen
WerewolfTak masalah jika aku harus melawan semua kawananku jika itu demi melindungi mu.