Komen gak?! (Just kidding ygy)
×××
Pada akhirnya, mereka bertiga melaporkan penemuan jasad Ray kepada sang pemilik kost sebelum dilaporkan ke pihak kepolisian. Pak Wahyu sempat ingin menginterogasi Heaven, tetapi mereka segera menuturkan mengenai berita bunuh diri si surai hitam pagi ini. Saat itu, Friday mewakili si kembar mengatakan bahwa awalnya mereka mengunjungi kediaman Heaven untuk sekadar main-main saja. Selebihnya mereka bungkam, tak bisa memberikan keterangan lebih detail sebab sedang berperan sebagai orang awam, bukan pemain permainan mafia.
Tak jauh berbeda dengan Mahesa, selanjutnya mereka serahkan kepada pihak berwajib. Entah itu diautopsi, diselidiki, atau dikubur. Kemudian mereka anggap bahwa kasus Ray telah selesai, meski faktanya masih menimbulkan banyak tanda tanya.
Di waktu yang tersisa sebelum menjelang malam kesembilan, Friday masih memikirkan tindakan apa yang harus dia ambil nanti. Sebab malam ini merupakan malam penentuan antara memangsa atau dimangsa.
"Kali ini kenapa?"
Friday mendongak dan melihat sosok kakaknya yang berdiri tak jauh dari pintu. Lagi-lagi, dia melamun selama perjalanan ke rumah.
"Diem, gue mau mandi," jawabnya ketus sambil berjalan cepat melewati si surai putih.
"Tindakan kriminal jenis apa yang lo lakuin sehingga dapet perban di kepala?" tanya Christ sekali lagi.
"Gue nggak ngapa-ngapain!"
"Bohong."
Sang adik berdecak malas seraya berbalik menghadap kakaknya. "Jatuh dari atap sekolah."
Christ melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan datar sekaligus tajam yang menyertai. "Lo gila apa nggak waras, sih?" sindirnya.
"Terserah—"
"Kakak dapet kabar dari Hougan, ada siswa bunuh diri di sekolah. Inisial Heaven, ya? Bukannya itu temen lo? Jangan bilang lo jatuh bareng dia? Atau ... berniat membunuh, tapi gagal?" Christ sengaja menghujam sang adik dengan pertanyaan bertubi-tubi. Nada bicaranya tetap rendah sekaligus tenang, tetapi terdengar mengintimidasi di saat bersamaan.
Mengingat kejadian semalam membuat kekesalan yang berusaha Friday kubur kembali naik ke permukaan. Dia menaruh tas ranselnya dengan kasar sebelum menjawab, "Kalau iya, kenapa?!"
"Bukankah kita baru bahas masalah itu kemarin? Lo lupa sama peringatannya?"
"Jangan membunuh mereka yang nggak bersalah, kan?"
"Terus?" Christ menaikkan sebelah alisnya, meminta penjelasan sedetail mungkin dari si surai cokelat.
Friday menghela napas sejenak, berusaha menetralkan emosinya. "Gue cuma nggak terima, Kak. Gue ngasih kepercayaan, dia berkhianat. Dia cari simpati sambil cerita masa lalu, seolah paling menderita. Dikira cuma dia yang sakit? Padahal ... padahal ayahnya sendiri yang salah. Gue cuma mau dia membayarnya, Kak," ungkapnya sedikit menggebu-gebu. Seolah ada sebuah rantai yang melilit hati Friday, hingga menimbulkan rasa sesak di dada.
Christ menyimak setiap untaian kalimat Friday dengan seksama. Memfokuskan penglihatannya hanya ke netra sang adik, sehingga dapat menangkap kepedihan yang tersirat di sana. Bahkan Christ tetap paham meski pelafalan Friday sedikit berantakan.
"Sekarang terbukti, kan? Lo balas dendam kalau Kakak ngasih tahu." Laki-laki bersurai putih itu mendekati yang lebih muda seraya memegang sebelah bahunya. "Kesalahan yang diperbuat ayahnya, maka akan dipertanggungjawabkan ayahnya juga. Anak bukan alat untuk menebus dosa orang tua mereka, Sky. Evan hanya korban. Evan juga nggak pernah minta mau lahir dari orang tua yang seperti apa," jelas Christ.
![](https://img.wattpad.com/cover/336672608-288-k280457.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dead Friendship || 00L ✓ [TERBIT]
Misterio / Suspenso"Ini prestasi baru. Sejak main mafia, kita jadi rajin nongkrong di kuburan." Penuh kebohongan, pengkhianatan, dan prasangka buruk. Antara mengorbankan pertemanan demi memenangkan permainan atau menjaga pertemanan tersebut, tetapi akan membuat nyawa...