Lie: 12' A Big Tree: Ficus Benjamina

145 63 10
                                    

"Siapa yang mau ngabisin browniesnya?" tanya Felix seraya menatap mereka satu-persatu.

Heaven dan Mahesa yang sedang menyalin jawaban dari buku si kembar beda rahim --Felix dan Harsa-- mendadak menulikan pendengaran. Rupanya sang koki abal-abal tidak mau ikut teracuni oleh hasil karya mereka sendiri.

"Evan sama Mahes harus ikut nyobain!" tegas Friday.

"Lo tahu, kan, gue habis disantet dan perut gue masih agak nyeri. Evan aja, deh." Mahesa segera mengelak sebelum didahului oleh Heaven.

"Dasar nggak gentle. Muka sangar, mental Dora," cibir Heaven. Tangannya terulur meraih sepotong brownies, lalu menyodorkannya ke mulut Mahesa.

"Tenang. Nggak bikin koma kok, paling cuma meninggal," sahut Friday.

Mau tidak mau Mahesa membuka mulutnya dan melahap adonan panggang berwarna cokelat tersebut. Jangankan rasa cokelat, rasa asin dari telurnya justru lebih banyak mendominasi.

"Kampret! Asin banget!"

Friday, Felix, dan Harsa tergelak bersama. Lucu sekali melihat ekspresi keasinan Mahesa yang menyipitkan mata. Laki-laki berbibir tebal itu berniat balas dendam dengan menjejalkan browniesnya ke Heaven.

"Mahes kambing!"

Mahesa tertawa tanpa dosa, kemudian kembali melanjutkan tugasnya. "Eh, Sup, kok lo bisa kenal Dokter Orchids? Emang dia paman lo?" tanyanya masih sambil menunduk, menatap goresan pena di buku catatannya.

Friday melayangkan tatapan datar setengah muak. "Lo ngomong sama siapa sih, bangke?"

"Elo, Supri."

"Cih." Friday merotasikan bola matanya. "Bisa aja, soalnya beliau kenalan kakak gue. Tapi beliau bukan paman gue, itu cuma panggilan akrab," jawabnya.

"Lo punya kakak?" tanya Harsa.

"Ar, lo udah tahu, kan? Ngapain nanya?"

"Eh, ha'ah lah."

"Gue baru tahu Supri punya kakak," sahut Heaven penasaran. Tatapannya seakan mengisyaratkan sebuah tanda tanya. "Siapa namanya?"

"Kak Christ."

"Christ siapa? Cowok apa cewek?"

Friday praktis mendelik. "Cowok, woy! Cewek mana yang namanya Christopher?!"

Heaven merespon dengan membentuk huruf o pada bibirnya. "Christopher siapa? Columbus?"

"Evan kalau nanya lagi gue kutuk jadi Komeng, ya?" Friday menarik sudut bibirnya, mencetak senyuman misterius.

"Hehe, ampun."

Drrt! Drrt!

Tiba-tiba ponsel milik Friday berdering yang sukses menarik atensi mereka semua. Dia meraih ponselnya dan melihat nama Dr. Orchids yang terpampang di layar.

"Halo, Dok?" sahut Harsa usai Friday menggeser tombol hijau di layar. Ini bukan ajang mempromosikan sebuah aplikasi kesehatan, ya, teman-teman.

"Friday, apa kamu lagi bareng sama Nathan?" tanya Dr. Orchids dari seberang sana.

"Enggak, kenapa?"

"Saya nggak sengaja menemukan mayatnya."

"Mayat?!" Tiba-tiba Heaven menggebrak meja. "Di mana?"

Terdapat jeda beberapa detik sebelum Dr. Orchids menjawab. "Kamu tahu Taman Kakao, kan?"

Mereka yang ada di situ reflek mengangguk, padahal sang lawan bicara tidak akan bisa melihatnya. "Iya, tahu," jawab Friday mewakili yang lain.

The Dead Friendship || 00L ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang