Bab 16

110 3 1
                                    

Hari demi hari Nadya lewati sebagai seorang ustadzah. Sudah seminggu Nadya menjadi ustadzah, Nadya sangat senang menjadi ustadzah meskipun hanya sementara.

Saat ini Nadya sedang berada di kantor dan bersiap untuk ngajar di salah satu kelas. Nadya membereskan buku yang akan di bawanya nanti.

Saat tengah bersiap tiba-tiba seorang ustadzah mendekatinya, Nadya yang menyadari keberadaan ustadzah itu hanya menatap ustadzah itu sebentar lalu kembali membereskan buku-bukunya.

"Heh anak baru, kalau ada orang di dekatnya liat dong!" Seru ustadzah itu. Nadya yang jengah memilih menatap ustadzah itu.

"Mbak, maaf ya, saya mau ngajar mbak, nggak ada waktu untuk debat sama mbak," ucap Nadya.

Nadya sudah lumayan muak dengan ustadzah di depannya ini, dia selalu ganggu dirinya sejak lima hari yang lalu.

"Saya juga punya kesibukan, saya nggak mau debat sama kamu," ucap ustadzah itu.

"Lalu ada apa ustadzah Dania kemari? Ada masalah apa?" Tanya Nadya kepada ustadzah yang di panggil Dania itu.

"Saya hanya memperingatkan satu kali lagi sama kamu, kamu jangan mendekati Gus Zaidan lagi," ucap Ustadzah Dania.

Nadya mengangkat alisnya, "Emang kenapa? Ada masalah buat mbak?" Tanya Nadya. Nadya berdiri dari duduknya dan berhadapan dengan Dania yang bersedekap dada.

"Oh ya jelas masalah buat saya, kamu nggak tau siapa saya?" Tanya Dania.

"Saya nggak tau dan nggak mau tau mbak, lagian keluarga Gus Zaidan aja menerima saya, kenapa mbak yang sewot?"

"Gini ya, saya sudah bilang dari kemarin hari jika saya itu suka sama Gus Zaidan dan saya nggak mau kamu merebut beliau dari saya!" Ucap Dania dengan menunjuk wajah Nadya.

Nadya tersenyum, "Bagaimana jika sebenarnya Gus Zaidan menyukai saya? Mbak mau berbuat apa?" Tanya Nadya sembari maju mendekati Dania.

Dania yang melihat Nadya yang berbeda menjadi mudur, kali ini Nadya sangat seram menurut Dania karna Nadya yang bersedekap dada dan mengangkat satu alisnya serta jangan lupakan tatapan tajamnya membuat Dania mundur.

"Y-ya, saya akan merebut kembali Gus Zaidan, karna saya nggak pernah rela jika Gus Zaidan menikah dengan cewek lain, yang boleh menikah dengan Gus Zaidan itu hanya saya! Camkan itu!"

Nadya tersenyum devil, "Waw, saya nggak nyangka ternyata seorang ustadzah bisa berbuat hal nekat seperti itu!" Ucap Nadya bertepuk tangan.

Keadaan kantor sudah sepi, hanya menyisakan Dania dan Nadya. "Kamu jangan berani ya sama saya!"

"Udah ah mbak, saya mau ngajar!" Ucap Nadya, Nadya mengambil tas dan buku-bukunya lalu pergi meninggalkan ustadzah Dania sendirian.

Terlihat ustadzah Dania yang sedang menahan amarah lalu ia memutuskan untuk keluar juga dari kantor.

Nadya sudah berada di dalam kelas dan mulai mengajar.

"Assalamualaikum," salam Nadya saat memasuki kelas. Semua santriwati membalas salam Nadya.

Nadya masuk dan duduk di kursi yang memang di khususkan untuk ustad/ustadzah. "Em, maaf ya semua saya telat datang nya," Ucap Nadya.

"Iya, ustadzah!" Ucap para santriwati. Setelah mendengar jawaban dari para santriwati Nadya mulai mengajar di kelas itu.

Catatan penulis: maaf ya semua, di pondok Elzein itu kelas khusus santriwati dan santriwan itu beda ya .... karna mereka bukan mahram, maaf buat kalian yang udah lama bacanya jadi kurang paham dengan alurnya.

ZaiNadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang