Bab 25

153 5 0
                                    

Hari semakin sore, acara pernikahan Nadya dan Zaidan sudah selesai, para tamu mulai berkurang. Karna sudah tidak ada pada tamu dan mereka merasa capek jadi Nadya dan Zaidan memutuskan untuk istirahat di kamar.

Sebelumnya juga Hanum sudah berpamitan dengan Nadya dan semuanya untuk pulang. Saat ini Nadya dan Zaidan sedang melepas gaun dan tuxedo nya.

Zaidan membantu Nadya melepas jarum yang ada di hijab Nadya, Nadya melihat ketelatenan Zaidan melalui kaca yang ada di depannya.

Nadya tak berhenti mengucap syukur, ia sangat bahagia dan beruntung memiliki suami seperti Zaidan.

Setelah jarum terbuka dan hanya menyisakan satu jarum saja yang berada bawah dagu tiba-tiba pintu diketuk oleh seseorang.

"Sebentar ya Nad, saya mau buka pintu dulu," ucap Zaidan yang di angguki Nadya, Zaidan membuka pintu setengah agar si pelaku tidak bisa melihat keadaan di dalam.

Nadya yang melihat Zaidan tengah membuka pintu ia berniat ke kamar mandi yang ada di sana untuk mengganti pakaiannya.

"Maaf tuan, tadi nyonya menyuruh saya kesini untuk mengantarkan koper milik tuan, saya taruh disini ya?" Ucap sang pembantu, rupanya yang mengetuk pintu adalah pembantu.

Zaidan mengangguk, "Iya bik, makasih ya." Ucap Zaidan, pembantu itu mengangguk, "Kalau begitu saya permisi tuan, maaf kalau menganggu," ucap pembantu itu.

Lalu sang pembantu pergi dari kamar itu, Zaidan mengambil koper yang terletak didepannya dan menyeretnya kedalam.

Setelah menutup pintu dan saat berbalik Zaidan bingung kemana pergi istrinya itu? Kenapa sudah tidak ada didepan meja rias?

"Kemana Nadya?" Gumam Zaidan, saat tengah celingak-celinguk mencari keberadaan Nadya, pintu kamar mandi terbuka dan nampaklah Nadya yang tengah membawa gaun yang di pakainya tadi.

Nadya menatap Zaidan sembari berjalan mendekati Zaidan, "Gus nya cari apa? Butuh bantuan Nadya?" Tanya Nadya.

Zaidan menepuk jidatnya, "Saya nggak lagi cari barang Nadya," ucap Zaidan, Nadya mengernyitkan dahinya, "Lalu?" Tanya Nadya.

"Saya lagi cari kamu," ucap Zaidan, "Hah?" Nadya tambah bingung, maksudnya apa? Nadya belum paham.

"Gus nya cari saya? Ada apa? Apa Gus nya butuh sesuatu? Mau di buatkan kopi? Teh? Atau diambilkan minuman?" Tanya Nadya.

"Tidak perlu Zaujati, saya hanya menghawatirkan mu, karna tadi kamu duduk di kursi lalu tiba-tiba hilang entah kemana," ucap Zaidan.

Nadya tersenyum, "Nadya kira Gus nya butuh sesuatu," ucap Nadya, Zaidan menggeleng. Zaidan menarik Nadya untuk duduk di atas kasur.

"Bentar Gus, saya mau taruh ini di keranjang kotor," ucap Nadya, "Sini biar saya saja, kamu duduk di kasur saja dan tunggu saya," ucap Zaidan.

Nadya menurut, ia memberikan gaun tadi ke Zaidan dan duduk di atas kasur, sedangkan Zaidan menuju keranjang kotor depan kamar mandi.

Setelah menaruh gaun itu Zaidan menghampiri Nadya, "Nad, saya mau tanya, apa ini kamar kamu? Kenapa banyak sekali kasur nya?" Tanya Zaidan.

Nadya melihat sekeliling, "Kalau misalnya iya, kenapa?" Tanya Nadya, sebenarnya Nadya berbicara seperti itu hanya mengetes jawaban Zaidan saja karna sebenarnya mereka masih berada di kamar khusus sepupu perempuan.

"Ya nggak papa, nggak masalah, hanya saja saya nggak mau pisah ranjang dari kamu," ucap Zaidan.

Nadya tersenyum meledek, "Emang kalau pisah ranjang kenapa?" Nadya memancing Zaidan.

Zaidan duduk disamping Nadya, "Nggak boleh, kita kan udah suami istri, harus satu ranjang," ucap Zaidan dengan sedikit sewot.

Nadya cengengesan, "Hehe. Nggak kok Gus, ini bukan kamar aku," ucap Nadya. "Lalu?" Tanya Zaidan sembari mengangkat satu alisnya.

ZaiNadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang