Bab 17

99 2 1
                                    

Rania dan Alan terkejut melihat siapa yang bertamu, "Harish?" Tanya Alan, begitupun dengan Rania yang terkejut dengan keberadaan Umi Rena.

"Assalamualaikum, Al." Sapa Abi Harish bangkit dari duduknya. Alan dan Rania mendekati para tamunya, Alan dan Abi Harish saling berjabat tangan.

"Walaikum salam, udah lama, Rish?" Tanya Alan. "Nggak kok, barusan ini," ucap Harish.

"Silahkan duduk!" Ucap Rania, mereka semua duduk dan mengobrol. Saat semuanya sedang asik mengobrol Zaidan tampak sedang mencari keberadaan seseorang.

"Nadya mana ya? Apa dia lagi keluar? Tapi tadi aku liat di jadwal kampus Nadya lagi nggak ada kelas, masa pergi sama temen nya?" Gumam Zaidan.

Mila yang ngerti dengan sikap Zaidan hanya bisa tersenyum, "Pasti Abang sedang cari kak Nadya," batin Mila.

Sedangkan di kamar Nadya, Nadya terbangun karna merasa perutnya laper jadi Nadya mencuci wajahnya dan memasang hijab instan lalu turun ke bawah untuk makan.

Nadya hanya memakai piyama dan hijab instan saja karna masih di dalam rumah. Nadya berjalan ke bawah memakai lift, ia sangat malas jika harus menuruni anak tangga.

Sesampainya di bawah Nadya bingung suara siapa yang ada di ruang tamu, tapi Nadya memilih segera sarapan karna perutnya sungguh sangat lapar.

Nadya makan dengan khidmat di meja makan. "Eh, non, baru bangun?" Tanya salah satu pembantu.

Nadya menoleh, "Hehe, iya bik, oh ya tadi luar ada siapa bik? Klien Ayah, ya?" Tanya Nadya.

"Bibik juga kurang tau non, tapi kalau klien tuan kayaknya bukan deh non, karna tamu itu seperti dari pondok gitu loh, non,"

"Hah? Pondok? Siapa bik?" Tanya Nadya, "Waduh, saya juga kurang tau, non," ucap pembantu itu.

"Ya udah deh bik, nanti Nadya liat sendiri saja," ucap Nadya.

"Iya, ya udah kalau begitu saya ke belakang dulu ya non, nona habiskan saja makanannya," ucap pembantu itu yang di angguki oleh Nadya.

Beberapa menit kemudian Nadya selesai dengan makannya lalu menaruh piring dan gelas kotor di wastafel.

"Eh, udah non, taruh saja di situ, nanti biar bibik yang cuci," ucap pembantu itu ketika melihat Nadya yang ingin mencuci piring.

"Nggak papa kok, biar saya saja, bibik lanjutkan saja masaknya," ucap Nadya. "Tapi non ... " Ucapan pembantu itu terhenti ketika melihat tatapan Nadya.

Sang pembantu menurut saja dan membiarkan Nadya yang mencuci piring. Setelah selesai mencuci piring Nadya berjalan menuju ruang tamu guna melihat siapa yang sedang bertamu.

"Siapa, ya? Kata bibik dari pondok, tapi masa iya keluarga Elzein?" Tanya Nadya. Ketika sudah berada di ruang tamu barulah Nadya dapat melihat siapa tamu itu.

Nadya terlihat terkejut ketika melihat siapa tamunya, "What? Benar, ternyata keluarga Elzein, aduh mana aku belum mandi, gimana ya?" Gumam Nadya.

"Ya udah deh, mandi dulu aja," ucap Nadya. Nadya urung balik badan ketika mendengar panggilan dari sang Bunda.

"Nadya!" Panggil Rania. "Aduh, kalau aku ke sana pasti semua orang melihat ku, tapi kalau nggak ke sana kurang sopan," gumam Nadya.

Akhirnya Nadya memilih membalikkan badannya dan mendekat kearah mereka semua.

"Assalamualaikum, Umi, Abi, apa kabar?" Sapa Nadya sembari menyalami punggung tangan Umi dan Abi.

Umi Rena tersenyum, "Alhamdulillah, kami baik kok nduk, kalau kamu bagaimana?" Tanya Umi Rena.

ZaiNadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang