04: Makan Malam

280 158 102
                                    

Malam syahdu ditemani gemericik hujan, hidangan makan malam di rumah Dalia siap dihidangkan. Keluarga beranggotakan empat orang siap menyantap masakan khas buatan umma, sup ayam, tahu, tempe, sambal, dan kerupuk. "Bismillah," ucap mereka berempat.

"Dalia, Lila, gimana di sekolah barunya? Sudah seminggu, kan? Sudah betah? Sudah punya teman? Atau ada masalah lain?" Aba membuka bincang makan malam dengan pertanyaan bertubi pada kedua anaknya.

"Aba, satu-satu dong," celetuk Umma sambil memukul pelan lengan suaminya.

"Hahaha, aku aman, kok." Lila menjawab singkat dilanjut dengan tambah lauk.

"Aku ... jujur, aku belum terbiasa. Teman-temanku banyak yang berbuat maksiat. Banyak yang skip salat, pacaran, ngerayain ulang tahun, sentuh-sentuhan yang bukan mahram, banyak, deh. Aku takut, Ba. Takut keikut maksiat kalau berteman dengan mereka. Takut juga dapet dosa karena gak mengingatkan mereka, bingung," curhat Dalia dengan wajah masam. Makannya jadi melambat.

Semua terdiam, hanya rintik hujan yang bergemuruh. Tapi untungnya hal itu tidak berlangsung lama, Lila mengelus pundak kakaknya. Umma menambahkan sup ayam ke piring Dalia. Aba menjawab, "Maafin Aba ya, Dalia, Lila, Umma. Keadaan ekonomi keluarga kita jadi turun drastis sejak Aba dipecat. Kita jadi pindah ke rumah ini. Mobil dijual buat modal buka toko roti. Dalia dan Lila jadi pindah sekolah. Umma jadi berhenti ikut kelas memasak. Tapi, ingat sama Surah Al-Insyirah. fa inna ma'al-'usri yusraa, inna ma'al-'usri yusraa. Artinya apa, Dalia?"

"Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan," sahut Dalia.

"Nah, disebutkan dua kali, kan? Ingat, Allah gak pernah ingkar janji. Dalam Surah Al-Baqarah ayat terakhir juga kita dikasih semangat yang bunyinya, Laa yukallifullaahu nafsan illa wus'ahaa. Artinya Allah gak akan membebani seseorang kecuali menurut kesanggupannya. Insyaallah Dalia bisa ngelewatin masa-masa sulit ini.

"Gak masalah kalau masih belum mampu menasihati mereka yang bermaksiat, yang penting Dalia tidak membenarkan, tidak mendukung, dan tidak menganggap itu sesuatu yang wajar. Nanti perlahan-lahan coba nasehatin pake candaan, sambil santai gitu bahasanya. Tetap berdoa sama Allah biar hati mereka jadi lunak dan Dalia diberi kemudahan sama Allah untuk amar ma'ruf nahi munkar," nasihat Aba penuh kesabaran dan kelembutan.

"Tapi aku gak mau temenan sama mereka. Mereka penuh dosa," celetuk Dalia sambil cemberut.

"Astagfirullah," kaget ketiganya berbarengan.

Kali ini umma ikut menasihati Dalia, "Dalia, kita gak tahu apa isi hati mereka, pahala mereka, dosa mereka, karena kita sama-sama manusia yang pernah melakukan dosa. Kita gak pantes bilang mereka penuh dosa. Apalagi manusia itu cepat berubah, entah berubah menjadi lebih baik atau sebaliknya. Jangan sampai kita merasa lebih baik cuma karena melihat dosa yang saat ini mereka kerjakan. Siapa tahu ke depannya mereka berubah, bahkan bisa jadi pahala mereka lebih banyak.

"Selain itu, manusia kan makhluk sosial. Selalu butuh bantuan orang lain. Bahkan saat meninggal pun, kita butuh orang lain untuk memandikan jenazah kita, menyalati, dan menguburkan. Emangnya bisa jalan sendiri ke kuburan saat sudah jadi mayat?"

"Astaghfirullahal adziim, iya juga ya, Umma. Astagfirullah. Tapi gimana caranya berbaur sama mereka, Umma? Takutnya gak sefrekuensi."

"Itu kan masih pikiran kamu saja. Coba dulu temenan sama mereka seperti biasanya, dulu kamu bisa, kan?" jawab Umma lalu melahap sesuap nasi.

Dalia mengangguk paham. Keluarga cemara itu melanjutkan obrolan yang lebih ringan sambil menghabiskan makan malam. Setelah ludes, mereka membantu umma membersihkan meja makan dan dapur. Kemudian mereka menuju aktivitas selanjutnya. Aba dan umma menyusun apa saja yang harus disiapkan untuk toko rotinya, sedangkan Dalia dan Lila belajar di kamarnya masing-masing.

"Bentar, deh. Dulu waktu di sekolah lama perasaan aku gampang-gampang aja buat temenan. Bahkan satu sekolah yang putri kayak kenal semua," ujar Dalia bermonolog saat dia sudah menyelesaikan tugas sekolahnya. Kali ini gadis pintar itu mengecek dua kali apakah ada PR yang lain atau tidak. Dia tak ingin dihukum lagi. Walaupun pengalaman dihukum kemarin cukup berkesan, dia tetap tak ingin melanggar aturan.

"Oh, iya! Raya! Kayaknya dia baik. Apa besok aku coba ngajak dia ke kantin bareng, ya? Apa aku chat sekarang? Ah, besok aja pas ketemu langsung."

Zinnia Wafa - 1 Juli 2024

JannahmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang