05: Misi

271 154 100
                                    

"Bismillah," tekad Dalia sembari menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan perlahan. Setelah perenungan semalam, dia akan mencoba untuk berbaur dengan teman-teman perempuan di kelasnya. Misi pertama, gadis introver itu akan menyapa semua teman perempuan di kelas yang berhadapan dengannya disertai senyuman manis.

Di koridor sekolah, mata Dalia tak sengaja menangkap manusia berbando merah yang menurutnya sangat mencolok, datang dari arah berlawanan. "Assalamualaikum, Citra," sapanya lembut. Citra memandang Dalia acuh tak acuh, menjawab salam dengan ketus, dan bersegera masuk kelas.

Astagfirullah, kok dia jutek gitu? Tentu saja Dalia mencoba untuk berpikir jernih, mungkin perasaanku saja.

Masih belum menyerah, kali ini dia menyapa Mawar yang tengah asyik melakukan swafoto, "Assalamualaikum, Mawar." Tak ada jawaban sesaat lalu dia menjawab dengan cepat tanpa menoleh pada yang memberi salam dan melanjutkan swafotonya.

Begitu pun dengan semua teman perempuan di kelas yang Dalia temui pagi ini. Ada yang melengos, ada yang memandang sinis, hanya beberapa yang menjawab salamnya, itu pun dengan nada ketus seperti Citra. Kini matanya berusaha mencari keberadaan Raya, makhluk cantik nan ceria yang mengajaknya ke ruang musik kemarin, dia ingin mencoba menyapanya pagi ini.

"Woi, Raya mana?" tanya seorang lelaki di depan pintu. Seakan bisa membaca pikiran Dalia yang sedang mencarinya juga.

"Pacarmu baru dateng, tuh," jawab salah seorang anak kelas itu sambil menunjuk ke luar jendela. Lelaki tadi pun menghilang dengan cepat seakan menemukan harta karun.

Oh, iya, Raya punya pacar, apa aku coba kasih tahu kalo pacaran itu haram? Tapi aku belum sedekat itu, sih. Nanti dia malah ilfeel sama aku gimana? Dalia bimbang dan mengembuskan napasnya panjang. Sekarang dia berganti ke misi keduanya, menawarkan bantuan pada teman perempuan yang piket hari ini.

"Halo, kamu mau buang sampah?" tanya Dalia memberanikan diri.

"Gak, mau makan sampah! Jelas-jelas mau buang sampah, pake nanya." Dalia terkejut dan berusaha tenang lalu langsung menawarkan bantuan. Namun, anak yang ditawari itu menolak mentah-mentah, "Apa sih, gabut? Gausah sok baik, deh." Lalu bergegas pergi dari hadapan Dalia.

Gadis berkerudung lebih dari siku itu kembali ke tempat duduknya. Dia mencoba menghibur dirinya bahwa masih ada misi ketiga sekaligus misi utama yaitu mengajak Raya ke kantin. Dikeluarkannya Al-Qur'an saku dari tas merah muda itu. Membacanya pelan sebagai obat hati dan pengikis waktu menanti bel masuk.

Dalia ingat ayat 28 dari Surah Ar-Ra'd yang artinya, "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

•••

Lagi-lagi langkahnya menuju masjid sekolah. Ketiga misinya gagal total. Sejak bel istirahat berbunyi, dia bahkan tak dapat melihat wajah Raya dengan jelas karena tertutup kepala-kepala yang mengerubunginya bak semut mengerubungi gula.

Iya, sih, dia kan emang sepopuler itu, kok aku lupa dan malah pengen ngajak ke kantin. Pikirnya sambil tersenyum kecut. Mata Dalia memandang kaki miliknya yang melangkah gontai menuju tempat favoritnya di sekolah. Kepalanya tertunduk lesu. Dari ekor mata Dalia, dia bisa melihat ada manusia yang keluar dari masjid dengan tergesa-gesa.

Tumben. Batin anak taat agama itu. Tapi apa peduli dia, hatinya sedang gelisah ingin segera curhat pada Sang Penguasa Langit dan Bumi. Dia segera berwudu dan masuk masjid.

Saat hendak mengenakan mukena, mata Dalia teralihkan pada sticky note biru muda yang menempel di tirai pembatas saf.

Kalau nangis dilap pake tisu, dong!

Tuh, aku kasih tisu lagi di atas kotak amal, harus kamu ambil!

Semangat, ya, jangan nangis mulu!

Tapi gapapa sih, nangis biar lega, hehe.

Pipi Dalia memerah setelah membaca sticky note itu. "Astagfirullah, malu banget, Ya Allah," ujarnya sedikit berteriak. Perasaan gadis itu malu bercampur geli melihat tulisan yang menurutnya sedikit aneh. Lalu dia berlari kecil menuju pintu masjid, melihat sekeliling. "Jangan-jangan orang yang cepet-cepetan tadi?" Tentu saja tak ada siapa pun. Langkahnya kini menuju kotak amal yang diatasnya terdapat sebungkus tisu 250 lembar.

Ini boleh diambil? Dalia bimbang sejenak lalu berpikir, ah, buat tisu masjid saja. Sepertinya lebih bermanfaat daripada dipakai aku sendiri. Akhirnya tisu itu dibiarkan di sana kemudian masuk ke masjid untuk salat duha empat rakaat. Dilanjut dengan menceritakan kejadian pagi tadi pada-Nya serta memohon agar mendapat teman menuju surga-Nya di sekolah itu. Atau minimal, dia dapat berbaur dengan teman perempuan di kelasnya.

Zinnia Wafa - 9 Juli 2024

JannahmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang