15: Marah

128 68 123
                                    

"Loh?" Yumna mematung beberapa detik. Pasalnya, Farhan telah berdiri di depan pintu klub masak untuk menunggu Dalia. Kini Farhan menarik paksa tangan Dalia menuju bagian sekolah yang sepi pengunjung, yaitu depan gudang.

Dalia sudah memberontak dan menarik tangannya, tapi tenaganya kalah saing dengan Farhan. "Yumna!" teriaknya sambil berharap Yumna mau mengejarnya.

Gadis yang sempat mematung itu akhirnya memutuskan pergi ke kelas sendiri dengan berbagai pertanyaan yang muncul di benaknya. Dia tak menghiraukan panggilan Dalia. Sesampainya di kelas pun, Yumna dikejutkan dengan kehebohan Citra, "Tuh! Yumna! Oh My God! Mana si Dalia? Lagi bareng Farhan, kan? Pasti cuma berdua, ya?"

Citra sudah mengetahui dari beberapa teman sekelasnya bahwa Yumna dan Dalia sedang pergi ke ruang klub masak. Namun, yang datang ke kelas hanya Yumna. Makin kuatlah prasangka gadis itu terhadap Dalia dan langsung menyerang Yumna dengan berbagai pertanyaan.

Yumna mengangguk ragu. Dari belakang Citra, Raya muncul dan bertanya padanya, "Yumna, mereka di mana sekarang?" Rautnya khawatir menunggu jawaban.

"Eh, aku gak tahu, gak ngikutin mereka. Kupikir mereka butuh waktu buat bicara berdua," jawab Yumna kikuk. Raya segera keluar kelas dan mencari keberadaan mereka berdua.

Sementara itu di depan gudang, Dalia protes, "Astagfirullah! Kamu kenapa narik-narik aku ke sini? Sudah mau bel, lebih baik kita kembali ke kelas masing-masing!"

Dalia berusaha melepaskan cengkraman kuat tangan Farhan. Dalam hatinya, dia terus beristigfar karena sudah bersentuhan dengan lelaki bukan mahram. Gadis itu menarik kuat-kuat tangannya, tapi usaha tersebut tak membuahkan hasil. Hanya sakit yang didapat.

Farhan justru mempererat pegangannya. Lalu menatap Dalia tajam. "Gara-gara kamu, Raya jadi berubah!" bentaknya. Jarak keduanya semakin dekat.

Dalia menundukkan kepalanya. Jantungnya berdegup kencang. Dia teringat larangan untuk berdua dengan yang bukan mahram, hadis tersebut berbunyi, "Janganlah seorang laki-laki itu berkhalwat (menyendiri) dengan seorang wanita kecuali ada mahram yang menyertai wanita tersebut." Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.

Astagfirullah, Ya Allah ampuni aku. Tolong aku, Ya Allah! Batinnya memohon pada Tuhan Semesta Alam, berdoa dalam takut. Tangannya gemetar.

Menyadari hal itu, Farhan melepaskan pegangannya secara kasar. "Maumu apa, sih?" tanya Farhan lagi dengan nada tinggi.

Dalia masih menunduk ketakutan. Dia sedang mengumpulkan keberanian untuk mengangkat kepalanya dan menjawab pertanyaan Farhan. Lalu melangkah sedikit menjauh dari Farhan.

"Ck, bisu apa gimana? Orang nanya bukannya dijawab malah diem! Kok bisa Raya jadi temennya orang kayak gini," ejek Farhan sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Gadis di hadapannya sedang menarik napas dalam, lalu mengeluarkannya perlahan.

Dalia menatap Farhan sekilas lalu pandangannya menatap ke arah lain, dia tak ingin memandang lelaki di sebelahnya. "Itu kemauan Raya sendiri," jawabnya datar.

Farhan menyunggingkan senyum miringnya. "Gak mungkin, pasti kamu ngehasut dia, kan? Kamu nyuruh Raya buat jauhi aku, terus kamu pikir kita bakal putus? Abis kita putus kamu mau manfaatin dia seorang diri? Gak segampang itu. Aku udah sering banget ngejaga Raya dari temen busuk yang cuma ada maunya, kayak kamu."

"Astagfirullah, aku gak bermaksud buruk. Aku cuma ngasih tau Raya tentang apa yang dilarang dalam islam, termasuk pacaran," bantah Dalia.

Farhan mendekat dan berbisik tepat di telinga Dalia, "Atau jangan-jangan, kamu suka ya sama aku?"

Gadis itu membelalakkan matanya dan langsung menjauh sambil berkata, "Dih?"

"Pokoknya jauhi Raya dan jangan hasut dia! Kalau kamu masih berani ngehasut dia, lihat aja akibatnya!" ancam Farhan dengan tatapan tajam.

JannahmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang