12: Toko Roti

184 99 103
                                    

"Hah? Pelukan?" Dalia terkejut bukan main. Dia menarik napas dan mengembuskannya perlahan, mencoba untuk tidak emosi. "Kerja bagus, Ra!" lanjutnya sambil mengacungkan jempol.

"Kok kerja bagus? Kan gak boleh?" protes Raya sambil menyuap dua buah cilok sekaligus. Mereka berdua duduk di ruang tamu rumah Dalia. Gadis riang itu ingin curhat pada Dalia tentang pacarnya saat istirahat tadi sekaligus belajar bersama untuk ujian besok.

"Ekhem, maksudku bukan pelukannya yang bagus. Tapi, kamu yang sudah berhasil menghindari kontak fisik dari Farhan. Mulai dari yang biasanya gandengan tangan, sentuh-sentuhan pas makan di kantin, sampe katamu tadi, di taman, kamu selalu menghindar sebisamu, kan? Aku bener-bener salut sama perubahan itu, Ra. Masyaallah." Pujian Dalia barusan membuat Raya melayang senang. Wajahnya sumringah seketika.

"Oh iya, aku mau nepatin janjiku buat bantu kamu putus sama Farhan," lanjut Dalia yang membuat senyum Raya memudar. "Aku coba tantang kamu, gak usah chat Farhan. Sehari aja, gimana?"

"Tidak!" tegas Raya sambil menggelengkan kepala dan menyilangkan kedua tangannya membentuk huruf x. "Tantangan ditolak! Tet tot!"

"Ra, kamu beneran gak mau putus?" tanya Dalia dengan nada khawatir.

"Mau, tapi, jangan dalam waktu dekat, Dal. Aku masih butuh waktu buat nyiapin hati," jawab Raya lemah. Mulutnya berhenti mengunyah.

"Oke, oke. Gapapa, memang butuh waktu. Tapi jangan kelamaan, kita gak tahu kapan ajal menjemput, kan?" Dalia berhasil membuat Raya melotot.

Raya mengunyah cilok terakhirnya dengan cepat. "Astagfirullah, iya juga, Dal! Kalau aku mati pas masih pacaran sama Farhan gimana? Atau lebih parahnya pas lagi berduaan tiba-tiba malaikat maut datang tanpa permisi! Duh, gimana ya?" tanyanya gelisah.

"Nah, itu. Nauzubillah aja." Tenang sekali Dalia mengucapkan itu, bahkan dia menyeruput es jeruk dengan nikmat setelahnya. Raya sudah tidak bersuara lagi. Dia menundukkan wajahnya, merenung. Ah, sepertinya aku salah ucap, deh, batin Dalia merasa bersalah.

Dalia berpikir sejenak, mencari cara agar Raya tidak sedih lagi. "Ra, kata umma, kamu pengen buat roti? Mau buat sekarang? Hitung-hitung refreshing dulu sebelum pusing belajar, gimana?"

Raya mendongakkan wajahnya dan menghadap Dalia dengan berseri-seri. Tangannya terkepal ke atas, "Ide bagus! Ayo!" Dalia tersenyum lega karena wajah ceria Raya telah kembali. Mereka berdua langsung menuju toko roti yang letaknya berada persis di samping rumah.

Raya terkagum-kagum begitu masuk bagian dalam dari toko roti sederhana itu. Sambil menunggu Dalia izin kepada orang tuanya, Raya melihat bahan-bahan dan alat-alat di sana. "Yang mengelola cuma aba sama ummanya Dalia tapi bahannya sebanyak ini? Keren banget!" gumamnya takjub. Matanya menyusuri tiap jengkal dapur roti itu.

Saat Raya sedang asyik-asyiknya terpesona, Dalia datang dengan kabar gembira; mereka diizinkan. Bahkan umma akan ikut mendampingi mereka. Raya sudah kegirangan sambil bertepuk tangan. Senyumnya melebar. Dia juga sempat meloncat-loncat kecil. Aba yang melihat dari ujung pintu tersenyum penuh makna seakan berkata, akhirnya Dalia punya teman di sekolah barunya. Lalu menghilang untuk berjaga di toko.

•••

Asap rokok dan asap vape beradu dalam satu ruangan karaoke yang cukup luas. Dentuman musik mengiringi lima belas anak SMA yang sudah menjelma menjadi penyanyi amatir. Mereka sudah lupa dengan tugasnya sebagai pelajar, padahal besok ada jadwal ujian.

"Tumben, Han, si Raya gak gabung?" tanya Danu yang biasa mengikuti Farhan kemana pun dia pergi, kecuali saat sedang pacaran.

"Lagi belajar bareng Dalia dia, Farhan dibuang hahaha," ejek Mawar sambil melirik yang diejek.

Farhan mendengus kesal. Disemburkannya asap vape itu secara kasar. Tak ada niatan menjawab atau membantah. Pacar Raya itu mengisap vape-nya lagi.

Danu bersungut-sungut tak percaya, "Tumben amat Raya mau belajar, dah. Biasanya dia paling semangat diajak karaoke. Bahkan dia yang lebih sering ngajak. Gak ada yang mentraktir dong jadinya kalau gak ada dia."

"Oh, Dalia yang murid baru itu? Omong-omong, dia lumayan juga, gak sih? Mawar, kamu kan sekelas sama dia, kasih nomornya, dong," timbrung Rangga, mendekat ke arah Mawar. Wajahnya memelas seperti anak kecil yang ingin permen.

"Cantikan juga aku," jawabnya jemawa, seolah-olah hanya dirinya yang cantik di sekolah. Rangga menggelengkan kepala tak setuju. Belum sempat Rangga berucap, Mawar sudah melanjutkan, "Lagian, nih, ya, Dalia itu gak bakal mau sama kamu. Sentuhan sama cowok aja gak pernah, apalagi bales chatmu. Hobinya cuma baca Al-Qur'an, mana kerudungnya gede banget pula, ewh, kampungan banget pokoknya." Tangannya kini disilangkan.

Rangga kemudian mengangguk-angguk kecewa sambil mengingat kejadian beberapa hari lalu, "Hahaha! Jadi ingat kejadian Farhan ditolak salaman sama Dalia!" Dia tertawa seketika sambil menunjuk Farhan.

Farhan memutar bola matanya malas. Kini dia meraih mikrofon, bergabung dengan lima orang lainnya, dan mulai bernyanyi asal. Suasana hatinya kacau jika dia terus mendengar nama Dalia disebut.

"Pantesan tadi di kantin Farhan sama Raya gak ada physical touch sama sekali, kayaknya sudah dihasut Dalia juga, deh," curiga Danu. Tangannya diletakkan di bawah dagu, pose berpikir pada umumnya.

"Bukan ngehasut, itu namanya menasihati! Ngehasut, mah, kamu. Sukanya ngehasut buat bolos, hu!" Rangga menimpali, tak setuju dengan argumen Danu.

"Dih, kok sewot? Naksir Dalia beneran?" komentar Danu sambil memasang wajah curiga. Rangga hampir salah tingkah jika Mawar tidak segera berucap.

"Hah? Masa iya gak gandengan tangan?" kaget Mawar menimpali percakapan dua sejoli itu. Wah bisa jadi bahan gosip, nih. Pikirnya sambil tersenyum miring.

"Asli! Kita semua kaget, kecuali Dalia, sih. Tiap Farhan mau megang tangannya, selalu ngehindar, pura-pura inilah, itulah. Terus, jarak duduknya juga gak terlalu deket kayak biasanya."

"Sumpah? Kayaknya Dalia suka sama Farhan, deh. Makanya dia nyuruh-nyuruh Raya gitu!" heboh Citra saat mendengar kabar itu dan berpindah dari obrolan sebelah. "Nyesel banget gak ikut ke kantin tadi, jadi gak bisa ngefoto mereka! Mawar, sih, ngajakin nge-vlog pas jam istirahat!" gerutunya sebal.

"Cih, mana mungkin Dalia suka sama orang macam Farhan. Palingan tipe Dalia, tuh, yang modelan ustaz," ucap Rangga lirih, nyaris tak terdengar. Tak ada yang menanggapi karena suaranya kalah dengan dentuman musik.

Untungnya, Farhan sedang fokus bernyanyi sehingga tidak mendengar percakapan yang menggosipkan dirinya, Raya, dan Dalia. Emosinya bisa memburuk jika dia mendengar gosip barusan.

"Guys, lihat Instagramnya Raya, deh!" seru Citra setelah melihat postingan carousel yang diunggah Raya. Foto pertama, Raya menggunakan celemek sambil membawa roti buatannya. Foto kedua, Raya dan Dalia asyik membuat roti sambil tertawa, tentu saja wajah Dalia ditutup stiker. Foto ketiga, kumpulan roti berbagai jenis. Foto keempat memperlihatkan bagian depan toko roti ABAkery. Slide akhir menampilkan video Raya mempromosikan toko roti tersebut. "Ternyata Dalia anak tukang roti! OMG! Mana tokonya kecil pula! Hahaha," lanjut Citra sambil menertawai Dalia.

Rangga mendekat lalu melihat foto Raya dari ponsel Citra. "Tapi kayaknya enak, deh," celetuk Rangga yang kemudian mendapat tatapan tajam dari Citra.

"Pft, Dalia lagi ngemanfaatin Raya ternyata, dia temenan sama Raya buat pansos doang." Mawar ikut berkomentar setelah melihat unggahan Raya di Instagram.

Meski begitu, postingan Raya mendapat banyak feedback positif. Pengikut setia Raya di Instagram bahkan langsung mengunjungi toko roti tersebut.

Zinnia Wafa - 27 Agustus 2024

JannahmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang