"Semangat latihan basketnya, My Baby." Raya menghubungi pacarnya melalui video call, tangannya mengepal ke atas lalu digoyangkan memberi semangat. Mereka tidak bisa kencan seperti biasanya.
"Makasih, Sayang. Kamu jadi main ke rumah Dalia? Beneran cuma berdua?"
"Jadi, dong! Ini udah siap tinggal gas aja, hehe." Gadis itu tertawa kecil. Lalu mengarahkan kamera kepada dirinya yang sudah berpakaian rapi.
"Tumben gak rame-rame?" tanya Farhan penasaran. Dia tahu betul bahwa Raya suka berada di tengah keramaian. Gadis itu selalu bermain bersama minimal lima orang, baru kali ini dia hanya berdua saja dengan temannya. Kalau berdua denganku, sih, sudah biasa, pikir Farhan.
"Emm, entahlah. Lagi gak pengen rame-rame." Lebih tepatnya Raya paham bahwa Dalia hanya mengundang dirinya. Dalia masih proses beradaptasi. Raya telah berniat untuk membantu Dalia agar nyaman di sekolah barunya.
"Oke, deh, aku berangkat dulu, ya, Sayang. Nanti jangan lupa pap!"
Raya mengangguk riang lalu diakhiri dengan kiss bye. Remaja dengan rambut panjang itu segera memanggil supirnya dan berangkat menuju ke rumah Dalia. Keinginannya untuk berkunjung ke rumah Dalia akhirnya terealisasi, bahkan kali ini Dalia yang mengajaknya.
"Dalia!" teriak Raya begitu sampai tujuan. Gadis itu sedikit berlari setelah keluar dari mobil dan menyuruh supirnya pulang. Dalia melambaikan tangan.
"Assalamualaikum, Raya," salamnya menyambut kedatangan remaja berpakaian rok di atas lutut dan kemeja lengan pendek.
"Waalaikumsalam, eh? Harusnya aku yang salam, gak sih? Ulang-ulang, assalamualaikum."
Dalia terkekeh pelan melihat kelakuan temannya. Setelah menjawab salam, Dalia mempersilakan Raya masuk ke rumahnya. Menjamu Raya dengan stik tahu dan teh susu.
Lalu umma datang menyambut teman pertama Dalia di sekolah barunya, yang datang ke rumah ini. Waduh, di rumah ini kenapa bajunya pada tertutup, ya? Kan jadi malu aku. Batin gadis berambut panjang itu sambil berusaha menurunkan roknya. Dia malu melihat pakaian Dalia dan umma berbanding terbalik dengan pakaiannya.
Sifat Raya yang mudah bergaul, membuatnya gampang akrab dengan siapa pun, termasuk umma. Dia melupakan roknya yang kependekan itu dan asyik berbincang bersama umma. Dalia masuk ke dalam kamarnya. "Mau ngambil sesuatu," katanya.
"Wah! Kapan-kapan saya mau belajar buat roti sama Tante, boleh?"
"Boleh banget, dong. Nanti Tante kasih bonus roti spesial kalau kamu berhasil."
"Yeay! Kalau gitu minggu depan aja gimana, Tan?" tanya Raya antusias. Matanya berbinar dan terbayang betapa serunya membuat roti seperti yang dia lihat di YouTube.
"Boleh, boleh. Maaf ya gak bisa lama-lama, Tante ke toko dulu, mau bantuin abanya Dalia. Assalamualaikum." Umma pergi lalu Dalia datang sambil membawa abaya hitam dan kerudung coklat susu.
Dalia menyuruh Raya berdiri dan langsung mengukur abaya itu dengan menempelkannya ke badan Raya. "Hmm, kepanjangan. Bentar ya, aku cari yang lain." Dalia berjalan cepat menghilang dari pandangan Raya yang kebingungan.
Kali keempat, akhirnya abaya itu pas di tubuh Raya. "Nah, alhamdulillah ada yang cocok. Sini, Ra, coba ganti di kamarku," titahnya.
"Hah? Bentar-bentar, kenapa ini? Ini baju siapa?" Jelas saja Raya kebingungan, Dalia melakukannya secara tiba-tiba tanpa penjelasan sedikit pun.
"Punyaku, tenang aja masih baru kok, soalnya kekecilan di aku. Wangi juga loh. Coba dulu, pasti kamu makin cantik pake model ini." Dalia menyodorkan abaya itu ke hidung Raya untuk meyakinkan bahwa abaya itu memang wangi.
Raya pun setuju bahwa abaya itu wangi. Gak ada ruginya juga nyoba model baju kayak Dalia, pikirnya lalu masuk ke kamar Dalia untuk berganti baju.
Saat Raya keluar, Dalia tertawa kecil. "Ih, aneh ya?" tanya Raya sambil berputar.
"Enggak aneh, hehehe. Lucu aja ini kayak Masha," ujar Dalia lembut sambil menunjuk dahi temannya yang poninya sengaja dikeluarkan. "Aku izin benerin, ya." Dia memasukkan rambut Raya dengan telaten. "Kalau pake kerudung itu, rambutnya gak boleh keluar sehelai pun, Ra," imbuh Dalia. "Nah, kalau gini kan cakep. Kamu keliatan cocok banget pake ini." Dalia menatap Raya kagum setelah rambutnya tertutup sempurna.
"Masa sih? Aku liat di Instagram, tuh, orang-orang pada ngeluarin poninya, Dal."
Dalia menggeleng dan menjelaskan, "Mungkin mereka belum paham. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan). Hadis Riwayat Abu Dawud dan Al-Baihaqi. Jadi, rambut itu termasuk bagian yang harus ditutupi, Ra. Walau hanya sehelai."
Kini Dalia merasa lega sudah menasihati Raya tentang aurat. Namun Raya gelisah dan bingung mendengar penjelasan Dalia barusan, "Berarti aku selama ini ... dapet dosa, dong?" Dia menyesal sering tidak memperhatikan pelajaran agama sejak SD, entah karena diajak bermain oleh teman-temannya atau karena sibuk pacaran. Orang tua Raya sibuk berbisnis, mengurus masalah agamanya saja tidak sempat, apalagi mengurus agama anaknya.
"Raya, kalau kamu belum tahu, terus kamu taubat dengan sungguh-sungguh saat kamu sudah mengetahuinya, insyaallah akan diampuni semua kesalahan kamu di masa lalu oleh Allah. Maafin aku juga ya, karena baru berani bilang gini ke kamu, aku takut dibilang sok suci."
"Jadi, karena aku sudah tahu, mulai sekarang aku harus pakai kerudung sama baju kayak kamu, Dal?"
Dalia mengangguk yakin. Gadis ceria itu langsung menelepon asisten rumah tangga yang mengurus perlengkapan Raya. Meminta tolong untuk dibelikan seragam baru.
Eh? Secepet ini? Batin Dalia heran tapi juga bersyukur karena hati Raya tidak sekeras yang dia bayangkan. "Kamu gak ikut ngukur seragamnya?"
Raya menggeleng dan menjelaskan bahwa asisten tersebut sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun, sehingga hafal seluk beluk Raya. "Lagian aku kan sudah ada janji sama kamu. Katanya kamu mau bawa aku ke tempat spesial, mana mungkin aku tinggal, kan?" jawab Raya dengan gembira tanpa bisa dia sembunyikan.
"Ah, iya! Sebentar, aku ambil tas dulu, oke? Abis itu langsung berangkat."
Raya mengangguk riang. Sambil menunggu Dalia, dia mengambil gambar dirinya dengan melakukan swafoto. Lalu dia kirim foto itu kepada pacarnya dengan caption, "Gimana, babe? Cocok gak, aku pake kerudung?" Merasa cantik dan elegan, dia pun ketagihan untuk mengambil foto lagi, lagi, dan lagi. Hingga Dalia muncul kembali.
"Dalia, ayo foto bareng!" Rupanya Raya belum puas berfoto.
Tampak Dalia berpikir sejenak. "Gak ditaroh di Instagram, kan?"
"Emang kenapa kalau aku upload di Instagram?" Raya justru bertanya balik. Alisnya dinaikkan sebelah karena heran.
"Aku malu, hehe."
"Hah? Malu kenapa? Kamu itu cantik, manis, adem kalo dilihat, bersinar, wah the best pokoknya. Apa yang bikin malu coba?" Raya membara tak setuju melihat Dalia insecure.
"Enggak, bukan masalah itu. Aku malu dilihat aja, gak tahu, deh. Intinya kalau mau foto gapapa, tapi jangan ditaroh di Instagram. Cukup jadi kenang-kenangan buat kita berdua, gimana?"
Raya terdiam beberapa detik lalu berkata, "Atau gini, deh, wajahmu aku tutupin stiker? Aku pengen banget upload ke Instagram, ya, ya? Please." Dalia mengembuskan napas, pasrah, dan akhirnya menyetujui saran Raya. Raya langsung ceria dan bersemangat.
Zinnia Wafa - 6 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannahmate
Teen Fiction"Aku ... jujur, aku belum terbiasa. Teman-temanku banyak yang berbuat maksiat. Banyak yang skip salat, pacaran, ngerayain ulang tahun, sentuh-sentuhan yang bukan mahram, banyak, deh. Aku takut, Ba. Takut keikut maksiat kalau berteman dengan mereka...