MR. XAVIER | 21+

Chapter 3

aluna duduk di kursi ruang tunggu rumah sakit, matanya terus tertuju pada pintu kamar tempat adiknya terbaring koma. suara mesin medis yang monoton semakin menambah keheningan yang mencekam. setiap detik yang berlalu seakan menambah beban di hatinya.

seorang dokter keluar dari kamar adiknya, mendekati aluna dengan ekspresi serius, '' Nona aluna, kondisi adik anda memerlukan penanganan segera kami perlu melakukan operasi transplantasi kulit sesegera mungkin untuk menyelamatkannya,'' ujar dokter itu.

aluna merasakan dadanya sesak mendengar berita tersebut,'' berapa biaya yang dibutuhkan untuk operasi itu, dok?'' tanyanya dengan suara bergetar.

dokter itu menarik nafas dalam-dalam. '' operasi ini cukup kompleks dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. kami akan memberikan rincian biayanya, namun anda harus siap dengan jumlah yang cukup besar.''

saat dokter pergi, aluna duduk kembali dan memandang ke arah jendela. di luar, kehidupan terus berjalan, seakan tidak peduli dengan penderitaan yang dirasakannya saat ini. ia tahu bahwa menyelamatkan adiknya adalah hal yang paling penting dalam hidupnya, namun biaya yang diperlukan jauh diluar kemampuannya saat ini.

pikiran aluna kembali pada tawaran Xavier Alexander. tawaran menjadi sekretaris pribadinya dengan gaji yang sangat tinggi. tawaran yang awalnya ia curigai memiliki maksud tersembunyi, kini tampak seperti satu-satunya jalan keluar dari situasi putus asa ini.

'' Apa aku harus menerima tawaran itu?'' aluna merenung dalam hati. jika ia menerima, ia bisa mendapatkan uang yang diperlukan untuk operasi adiknya. Namun, ia juga menyadari bahwa menerima tawaran tersebut berarti memasuki dunia Xavier, dunia yang penuh dengan misteri dan rencana tersembunyi.

aluna berdiri dan berjalan menuju kamar adiknya. melihat wajah adiknya yang lemah dan tak berdaya, ia merasa hatinya hancur. '' Aku akan melakukan apapun untukmu, adikku,'' bisiknya pelan.

keputusan berat itu mulai terbentuk dalam pikiraannya. demi menyelamatkan adiknya, aluna mungkin harus mengambil risiko besar dan menerima tawaran Xavier Alexander. tapi, seberapa besar harga yang harus dibayarnya untuk itu?

dengan tekad yang semakin kuat, aluna tahu apa yang harus dilakukannya. ia tidak punya pilihan lain.

'' aku akan menerima tawaran itu,'' katanya pada dirinya sendiri, mencoba menyakinkan hatinya yang masih bimbang.

sambil memegang tangan adiknya yang lemah, aluna bersumpah bahwa ia akan melakukan apapun demi kesembuhan adiknya, bahkan jika itu berarti memasuki perangkap yang mungkin sudah disiapkan oleh xavier alexander.

****

sementara itu, di dalam kantor megahnya, xavier alexander menerima laporan dari asistennya bahwa aluna mungkin akan menerima tawarannya, senyum tipis terukir diwajahnya.

'' bagus '' gumam xavier pelan. matanya bersinar dengan kilauan obsesi. ia sudah lama menginginkan aluna, bukan hanya karena kecerdasannya, tetapi juga karena pesonanya yang tak terbantahkan.

'' jika dia menerima tawaran ku, itu berarti rencanaku berjalan dengan sempurna,'' pikir xavier. ia telah merencanakan setiap langkah dengan hati-hati, memastikan bahwa aluna akan terperangkap dalam jebakannya dan perlahan menjadi miliknya sepenuhnya.

xavier menatap keluar jendela kantornya, membayangkan aluna yang berada di sisinya, tidak hanya sebagai sekretaris pribadi, tetapi sebagai miliknya. obsesinya semakin mendalam setiap hari. kini, ia hanya tinggal menunggu saat yang tepat untuk melaksanakan langkah berikutnya.

'' alunaku, sebentar lagi kau akan menjadi milikku sepenuhnya,'' gumam xavier pelan, tatapannya penuh dengan keyakinan dan ambisi. baginya ini bukan sekedar urusan bisnis atau profesi, ini adalah obsesi yang sudah lama ia pendam.

ia tahu bahwa dengan perlahan, aluna akan terperangkap dalam jaring rencana yang telah ia buat, dan pada akhirnya, ia akan memiliki wanita yang selama ini diinginkannya. semua sudah diatur dengan sempurna. kini, ia hanya perlu menunggu aluna masuk dalam perangkap yang telah ia siapkan.

'' segera, aluna,'' bisik xavier lagi, senyum puas mengembang di wajahnya.