Chapter 11

932 7 0
                                        

Di keheninggan malam yang sunyi, aluna terbangun dari tidurnya karena merasakan lapar pada perutnya. ketika ia ingin bangun, terasa berat diperutnya ada seseorang yang memeluknya dari belakang dengan sangat erat, siapa lagi kalau bukan pria itu, xavier.

''dimana aku!'' tanyanya sambil melihat sekeliling.

Dengan hati-hati aluna mencoba melepaskan pelukan xavier, entah perasaanya, pelukan itu sangat erat seolah dirinya tidak boleh lepas dari gengaman pria itu sedikit pun.

usahanya membuahkan hasil akhirnya ia bisa bebas dari cengkraman xavier. dengan langkah pelan ia meninggalkan kamar itu dan menuju ke arah dapur.

'' duh kenapa lapar sekali..sepertinya terakhir aku makan siang tadi, pantas saja jika perutku terasa lapar ,'' ucapnya sambil merintih memegang perutnya.

ia melihat sekeliling dapur mencari bahan apa saja yang bisa ia masak, tersisa hanya mie dan telur yang ia lihat karena akhir bulan mungkin bibi rose belum berbelanja. tanpa pikir panjang akhirnya aluna memasak mie itu dengan ia buat ala mie kesukaanya yaitu mie nyemek. 

''baiklah mari kita eksekusi,'' ucap aluna dengan penuh semangat memasak makanan kesukaanya, dengan keahlian memasaknya yang sederhana namun handal.

***

Disisi lain, xavier terbangun dan mendapati aluna tidak ada di sampinya. rasa khawatir menyelimuti sejenak, tetapi ia segera bangkit dan mencari aluna di seluruh rumah. saat ia mendekati dapur, aroma mie instan yang harum tercium diudara, menuntunnya ke sumber kehangatan malam itu.

ketika memasuki dapur,xavier melihat aluna berdiri didepan kompor, sibuk dengan mie instan yang hampir siap. tanpa ragu, dia mendekat dan memeluknya dari belakang, meletakkan dagunya dibahu aluna.

'' kenapa bangun,aluna'' bisik xavier dengan lembut,suaranya penuh perhatian dan kehangatan.

Aluna tersenyum,meskipun masih terkejut oleh pelukan tiba-tiba itu. ''aku lapar,xavier,''

akhirnya aluna melepas pelukan xavier dan menuntunnya ke meja makan yang tidak jauh darinya, dengan xavier hanya melihat apa yang akan dilakukan oleh aluna.

'' ayo buka mulut kamu..ini enak kok, pasti kamu suka,'' kata aluna sambil memberi suapan pertama kepada xavier.

''kenapa kamu buat makanan tidak sehat ini aluna!'' balas xavier penuh penekanan.

''aku hanya melihat ini disini, jadi aku memasaknya! ayo cobain,'' dengan penuh keraguan akhirnya xavier mencoba masakan aluna. saat ia mencobanya ia merasa asing dengan rasa mie yang dimasak aluna, berbeda dari yang lain ada rasa ciri khas dari bumbu yang tidak ada dinegara ini. 

''enak kan,'' ucap aluna setelah melihat raut wajah pria itu yang tampaknya menyukai masakannya.

xavier mengangguk dan tersenyum sangat tipis, '' enak kamu pintar membuatnya,'' mengelus kepala aluna dengan lembut, menatap wajah cantik gadis yang ada didepannya.

''ini mie dari negara asia xavier..bumbunya sangat khas,aku suka?'' balas aluna penuh semangat saat merasakan masakannya.

''hmm..besok aku akan membeli pabriknya untukmu, agar kamu bisa memakan sepuasnya,'' ucap xavier ketika menyadari bahwa gadisnya menyukai makanan ini. ia akan melakukan apapun agar gadisnya selalu tersenyum seperti ini, rasa kenyamanan ini sangat jarang ia rasakan.

'' tidak perlu sampai membelinya xavier,itu berlebihan. bagaimana kapan-kapan kita liburan kesana saja,'' 

''baiklah apapun untukmu akan aku penuhi jika kamu menurut, dan tidak kabur dariku,'' ucap xavier. 

kini mereka saling menikmati kebersamaan mereka dengan penuh keheninggan yang nyaman, menikmati momen kebersamaan dengan penuh kehangatan.

***

kabar bahwa adik aluna telah sadar membuat hati aluna berdebar kencang dengan campuran antara kebahagiaan dan kegugupan.perjalanan terasa lebih panjang dari biasanya,meskipun mereka melaju secepat mungkin.

xavier menatap aluna yang duduk disebelahnya, melihat raut wajahnya yang penuh harap dan kecemasan. dia mengenggam tangan aluna dengan erat,memberikan dukungan tanpa kata-kata.

'' semua akan baik-baik saja, aluna,'' ucapnya lembut, mencoba menenangkan hatinya.

Aluna menoleh ke arah xavier, matanya yang penuh kecemasan bertemu dengan tatapan xavier yang menenangkan.

'' aku hanya...aku tidak percaya akhirnya dia sadar. aku begitu merindukannya,'' katanya dengan suara serak.

xavier mengangguk, memahami perasaan aluna.'' aku tahu,dan aku juga yakin dia merindukanmu. dia akan sangat senang melihatmu ketika kita sampai disana.''

setelah beberapa saat, mereka tiba dirumah saki. aluna bergegas ke luar dari mobil, diikuti oleh xavier yang tetap berada di sisinya. mereka berjalan cepat menuju ruang perawatan dimana adik aluna dirawat.

saat mereka tiba didepan pintu kamar, aluna menarik napas dalam-dalam sebelum masuk. di dalam, dia melihat adiknya yang terbaring ditempat tidur, matanya terbuka dan terlihat lebih baik dari terakhir kali dia melihatnya. air mata bahagia mengalir dipipi aluna.

'' Adik..'' panggil aluna dengan suara lembut, mendekati tempat tidur dengan hati-hati.

adikknya menoleh dan tersenyum lemah. '' Kak aluna..'' balasnya dengan suara yang pelan namun penuh kebahagiaan.

aluna segera memeluk adiknya, merasa lega dan bahagia. xavier berdiri di belakang mereka, tersenyum menyaksikan momen haru tersebut. di ruangan itu, rasa syukur dan kebahagiaan memenuhi udara, mengingatkan mereka akan kekuatan cinta dan dukungan keluarga.

***

Namun, di sisi lain kota, seseorang sedang menerima telepon yang membuatnya cemas. Orang itu berbicara dengan nada tegang dan berbisik.

"Apa? Adik aluna sudah sadar?" katanya, suaranya bergetar.

"Ya, dia baru saja sadar. Kamu tahu apa artinya ini, kan?" suara di ujung telepon terdengar serius.

Orang itu menghela napas panjang. "Ya, aku tahu. Adiknya adalah satu-satunya saksi yang tersisa dari kebakaran itu. Kita tidak bisa membiarkan dia membuka mulut tentang kejadian tersebut."

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan?" tanya suara di telepon.

"Kita harus memastikan dia tetap diam," jawabnya dengan suara dingin.

"Aku akan mengurus ini. Pastikan tidak ada yang mencurigai kita."

Sementara itu, di luar rumah sakit, orang yang menerima telepon tadi menatap gedung dengan tatapan dingin. Ia tahu bahwa kehadiran yura bisa mengancam semuanya. Dengan langkah tegap, ia berjalan menuju pintu masuk, siap untuk memastikan bahwa rahasia mereka tetap aman.

aluna tidak menyadari bahaya yang sedang mengintai di luar. Ia hanya fokus pada adiknya, berusaha memberikan semangat dan kasih sayang.

Namun, ia tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai. Banyak hal yang masih perlu diungkap, dan ia bertekad untuk melindungi adiknya dari segala bahaya yang mungkin datang.

MR. XAVIER | 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang