Chapter 12

503 3 0
                                    

Aluna duduk di samping ranjang rumah sakit, memegang tangan adiknya yang kini telah sadar dari koma. Yura, yang masih terlihat lemah, tersenyum tipis pada Aluna.

"Kak... aku kangen banget sama kamu." Ucap Yura

"Aku juga kangen kamu,Yura syukurlah kamu udah sadar sekarang."tersenyum sambil mengusap rambut Yura.

"Terima kasih udah selalu ada buat aku, Kak."

"Gak usah mikirin itu. Yang penting sekarang kamu fokus sembuh, ya?"

Mereka berdua larut dalam kebersamaan yang hangat, mengingat kembali kenangan-kenangan indah yang mereka lewati bersama. Aluna merasa lega dan bahagia melihat adiknya yang perlahan pulih.

Sementara itu, di tempat lain, Xavier menerima kabar dari anak buahnya mengenai masalah dalam pengiriman senjata.

Xavier segera menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tahu lebih lanjut.

"Apa masalahnya? Kenapa pengiriman senjata kita tertunda?"kata Xavier ditelepon.

"Bos, ada masalah di pelabuhan. Barang kita ditahan karena ada pemeriksaan ketat dari pihak berwenang."

Xavier menghela napas."Sial... Oke, aku akan ke sana segera. Pastikan semua orang siap."

Xavier menutup telepon dengan ekspresi serius. Dia tahu bahwa masalah ini harus segera diselesaikan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

"Tidak ada pilihan lain. Aku harus urus ini sekarang."batinya.

Di rumah sakit, Aluna dan Yura terus berbicara dan tertawa, menikmati momen kebersamaan yang telah lama mereka rindukan. Meskipun ada masalah di tempat lain, Aluna berusaha untuk tetap fokus pada adiknya dan memberikan dukungan penuh.

"Kak, aku bener-bener seneng bisa liat kamu lagi."kata yura

"Aku juga, Yura. Kamu harus cepat sembuh, biar kita bisa pulang dan hidup normal lagi."

"Iya, Kak. Aku janji akan berusaha,"

Aluna dan Yura melanjutkan percakapan mereka,melepas rindu antar keduanya, Aluna bersyukur adiknya sudah sadar.

***
Di rumah sakit, Aluna masih duduk di samping ranjang Yura, merasa tenang dengan kehadiran adiknya yang sudah mulai pulih.

Tiba-tiba, Xavier muncul di pintu ruangan dengan wajah serius namun mencoba tersenyum saat melihat Aluna.

"Aluna...Gimana keadaan adikmu?" Ucapnya mendekati aluna.

"Dia udah jauh lebih baik, Xavier. Makasih udah nganterin aku kesini."

Xavier tersenyum sambil mengusap rambut Aluna."tidak masalah Aluna,kabari aku jika terjadi sesuatu,"

Xavier mendekat dan memandang Yura, lalu kembali memandang Aluna.

"Aluna, aku akan pergi beberapa hari. Ada urusan bisnis yang harus aku selesaikan."

Aluna terkejut."Sekarang? Urusan apa, Xavier? Aku pikir kamu akan di sini lebih lama."

"Ini memang mendadak. Ada sedikit masalah yang harus aku tangani secepatnya. Tapi tenang, aku akan kembali secepat mungkin."

Aluna menghela napas."baiklah, aku mengerti. Hati-hati ya."

"Pasti, kamu jaga diri berjanji untuk tidak kabur dari ku karna aku pasti akan menemukan mu. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku."

"Iya, Xavier."

Xavier tersenyum tipis."Aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti."

Sebelum meninggalkan ruangan tiba-tiba Aluna menyusul Xavier dan memanggilnya.

"Xavier... cepatlah kembali"katanya sambil memegang tangan Xavier.

Xavier mengangguk lalu mencium kening aluna. Ia sangat senang bahwa Aluna kini takut kehilangan dirinya.

Xavier meninggalkan ruangan dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa urusannya sedikit lebih rumit,ini akan membuat dirinya jauh dari aluna untuk beberapa hari.

Sambil berjalan cepat menuju mobilnya, pikiran Xavier dipenuhi oleh masalah pengiriman senjata yang harus segera diurus.

Saat di dalam mobil, Xavier memegang teleponnya dan menghubungi anak buahnya.

"Aku dalam perjalanan. Pastikan semuanya siap saat aku sampai. Jangan buang waktu lagi."

"Siap, Bos. Kami tunggu di lokasi."

Xavier melajukan mobilnya dengan cepat, meninggalkan rumah sakit di belakangnya. Meskipun hatinya berat meninggalkan Aluna, dia tahu bahwa tanggung jawab bisnisnya tidak bisa diabaikan. Dia bertekad untuk menyelesaikan masalah ini secepat mungkin dan kembali ke sisi Aluna.

***
Setelah berpamitan dengan Xavier, Aluna kembali ke ruangan adiknya untuk menjaganya. Yura, yang sudah lebih sadar, memandang Aluna dengan rasa ingin tahu.

"Kak, tadi siapa laki-laki itu? Yang datang terus pergi lagi?"ucap yura penuh tanda tanya.

Aluna tersenyum, mencoba meredakan kekhawatiran adiknya.

"Itu Xavier, Yura. Bos kakak dikantor,Dia yang bantu semua pengobatan kamu."

"Oh, jadi dia yang selama ini bantu kita? Sepertinya dia orang yang sangat sibuk."

"Iya, dia memang sering sibuk dengan urusannya. Tapi dia orang yang baik dan peduli sama kita."

"Jadi dia pacar Kakak?"

"Tidak, kita hanya rekan kerja Yura,"ucap aluna.

"Tapi kenapa dia mau bantu kita kalau bukan pacar Kakak dan sepertinya pria itu sangat menyayangi kakak aku bisa melihatnya,?"

"Husss...sudah lupakan,Tapi yang jelas, dia udah banyak banget bantu. Mungkin suatu saat aku akan tahu pasti kenapa dia melakukan semua ini." Ia tidak mungkin cerita,Belum saatnya adiknya mengetahui sikap Xavier terhadapnya, ia tidak mau adiknya kepikiran.

"Aku senang ada orang seperti dia yang bantu kita, Kak. Aku bener-bener berterima kasih."

"Aku juga, Yura. Aku sangat bersyukur ada Xavier di hidup kita. Dia memang sedikit misterius, tapi selama ini dia selalu di sisi kita."

Yura mengangguk, merasa sedikit lega mendengar penjelasan Aluna. Meskipun dia masih lemah, kehadiran Aluna memberinya kekuatan dan harapan.

"Terima kasih, Kak. Aku akan berusaha sembuh cepat supaya kita bisa kembali ke rumah."

Aluna terdiam sebentar mendengar ucapan Yura, Rumah! hatinya berdesir bahkan Yura lupa bahwa mereka sudah tidak punya rumah, rumah masa kecil mereka sudah hangus terbakar.

"Yura, jika sembuh nanti kamu tinggal di apartemen kakak ya,ngak kalah bagus kok dengan rumah kita dulu,"ucap Aluna sambil tersenyum mencoba menutupi perasaan nya agar adiknya tidak terlalu memikirkan kejadian yang membuat dirinya seperti ini.

"Kakak..aku ingat rumah kita kan,"

"Sudah..jangan pikirkan itu ya, fokus saja untuk kesembuhan mu,"jawab aluna mencoba mencairkan suasana Agar tidak ada ketegangan diantara kedua nya.

"Baik kak, terima kasih ya,"

"Iya, Yura. Cepatlah sembuh Kita akan segera pulang. Kamu istirahat yang cukup, ya. Aku selalu di sini buat kamu."

Ia memandang wajah Yura dengan penuh kesedihan dihatinya andai orang tuanya masih hidup mungkin keadaanya tidak sesulit ini. Ia merindukan dimana momen-momen kebersamaan mereka. Ia merasa bersalah pada dirinya sendiri, ia gagal menjaga keluarga nya.

Tidak sadar air mata Aluna terjatuh, ia memalingkan wajahnya mengusap nya pelan takut adiknya melihatnya dan membuat nya khawatir.

MR. XAVIER | 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang