Chapter 4

1.2K 10 0
                                        

aluna duduk dibalik meja dikantor hukumnya, berkas-berkas tertata rapi di depannya. pikirannya terus melayang pada tawaran xavier alexander. keputusan besar yang dihadapinya membuatnya tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaanya. ia tahu bahwa hari ini ia harus bertemu dengan xavier untuk mendiskusikan tawaran tersebut.

dengan tekad yang semakin kuat demi kesembuhan adiknya, aluna akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran xavier.

ia mengangkat telepon dan menghubungi asisten xavier untuk mengatur pertemuan. setelah beberapa menit berbicara, pertemuan itu diatur di kantor xavier pada sore hari.

saat waktu pertemuan tiba, aluna memasuki gedung megah alexander corporation sekali lagi. ia disambut oleh asisten xavier dan diantarkan ke ruang pertemuan yang luas. xavier sudah menunggu disana, dengan senyuman menyambut yang terkesan ramah namun juga penuh perhitungan.

'' selamat datang kembali, aluna,'' sapa xavier sambil berdiri dan menjabat tangan aluna. '' saya senang anda memutuskan untuk datang.''

aluna duduk di kursi yang disediakan, mencoba menjaga ketenangannya

'' terima kasih, tuan alexander. saya telah mempertimbangkan tawaran anda dan memutuskan untuk menerimanya.''

senyum xavier semakin lebar. '' saya senang mendengarnya. sebelum kita melanjutkan, saya ingin memastikan bahwa semua persyaratan dan ketentuan dijelaskan dengan jelas. ini adalah kontrak perjanjian yang harus anda tangani.''

xavier menyerahkan sebuah dokumen tebal kepada aluna. ia membuka dokumen tersebut dan mulai membacanya dengan seksama. di dalamnya tertulis berbagai ketentuan mengenai tugas dan tanggung jawabnya sebagai sekretaris pribadinya xavier, serta detail mengenai gaji dan manfaat yang akan diterimanya.

namun, semakin membaca, semakin ia merasa bingung dan tidak nyaman. di antara ketentuan-ketentuan tersebut, ada sebuah klausul yang mengejutkan, bahwa ia diharapkan untuk tinggal bersama xavier selama dirinya menjadi sekretaris pribadinya.

'' luar biasa,'' batin aluna mengerutkan kening. '' apakah ini benar-benar relevan dengan peran saya sebagai sekretaris?''

'' tuan alexander,'' ujarnya setelah menemukan keberanian. '' saya memahami pentingnya kedekatan dalam bekerja, namun saya rasa sedikit bingung dengan persyaratan untuk tinggal bersama anda. bisakah anda menjelaskan maksud dari klausul ini,''

xavier tersenyum namun matanya menunjukkan ketegasan yang sedikit menakutkan.'' aluna saya menginginkan kerjasama yang erat dan efisien, tinggal bersama dan koordinasi antara kita.''

aluna merenung sejenak. meskipun ia merasa tidak nyaman dengan persyaratan tersebut, ia mengingat alasan kuat dibalik keputusannya untuk menerima tawaran ini. '' baiklah tuan alexander.

'' saya akan mencoba untuk memahaminya'' ucapnya akhirnya dengan ragu.

xavier mengangguk puas.'' terima kasih, aluna. saya yakin kita akan menemukan cara untuk bekerja dengan baik bersama.''

dengan perasaan campur aduk, aluna menandatangani kontrak tersebut. ia merasa lega bahwa keputusan sudah diambil, meskipun ia tahu bahwa tantangan dan misteri yang menantinya di alexander corporation mungkin lebih dari yang ia duga.

''baiklah semoga ini adalah langkah yang tepat,'' bisik aluna pada dirinya sendiri ketika ia meninggalkan ruang xavier .

sore itu, aluna meninggalkan gedung alexander corporation dengan perasaan yang tidak menentu. ia telah membuat keputusan besar yang mungkin akan mengubah hidupnya selamanya. hanya waktu yang akan menjawab apakah keputusan ini adalah sebuah perjalanan yang rumit dan penuh dengan tantangan

****

malam telah larut ketika aluna duduk di kamar apartemennya yang sederhana, merenungkan keputusan yang telah diambilnya. ia mencoba untuk membaca buku, namun pikirannya terus-menerus kembali pada kontrak yang baru saja di tanda tanganinya dan persyaratan yang tak terduga untuk tinggal bersama xavier.

teleponnya bergetar dimeja samping tempat tidur, menandakan pesan masuk. aluna meraihnya dan melihat pesan dari xavier.

''besok pagi aku akan menjemputmu, persiapkan barang apa saja yang akan kau bawa besok.''-xavier.

aluna membaca pesan itu berulang kali, perasaan gugup dan cemas bercampur aduk dalam dirinya. ia tahu bahwa ini adalah bagian dari kesepakatan yang telah dibuat, namun memikirkan kepindahan ke rumah xavier membuatnya merasa tak nyaman.

setelah menarik napas dalam-dalam, aluna mencoba menenangkan diri.'' ini demi adikku,'' bisiknya pada diri sendiri,'' aku harus melakukannya,''

malam itu, aluna mulai mengemasi barang-barangnya. ia memilih dengan hati-hati apa saja yang akan dibawanya ke rumah xavier, menyisakan beberapa barang yang dirasa tidak terlalu penting . sambil mengemas, pikirannya melayang pada adikknya yang sedang terbaring dirumah sakit. keputusan ini adalah demi kesembuhannya, dan aluna harus tetap kuat.

setelah beberapa jam, aluna akhirnya selesai mengemas. ia duduk ditepi tempat tidurnya,merenungkan perubahan besar yang akan terjadi dalam hidupnya. pikirannya penu dengan pertanyaan dan kekhawatiran, namun ia tahu bahwa besok adalah awal dari sesuatu yang baru, sesuatu yang mungkin membawa lebih banyak tantangan dari yang ia bayangkan.

'' apapun yang terjadi, aku harus siap,'' gumamnya pelan sebelum akhirnya merebahkan diri ditempat tidur dan mencoba untuk tidur.

MR. XAVIER | 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang