09. Penyesalan (1)

71 7 0
                                    

"Haikal berusaha membantu saya. Saya yang meminta dia menghajar anak-anak itu. Tolong, jangan salahkan Haikal."

"Kak Juni?" gumam Haikal.

Risa menatap heran seorang gadis berseragam sekolah lain, yang berjalan ke arahnya. Gadis itu berjalan dibantu dengan tongkat. Setelah dia berada di depan guru BK, Juni langsung menjulurkan ponselnya. Di ponsel itu terdapat video saat Kevin merampas paksa tongkat Juni. Remaja nakal itu kemudian meledek dan mendorong Juni hingga jatuh. Haikal yang melihat kejadian itu langsung berusaha mengambil tongkat milik Juni. Namun, karena Kevin tak kunjung menyerahkannya, akhirnya Haikal terpaksa menghajarnya.

Juni menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia melihat langsung ke arah Haikal, kemudian tersenyum. "Sejak dulu, Kevin senang mengganggu anak-anak yatim, yang sedang bermain di taman. Hal itu disebabkan kami saling berebut tempat untuk bermain."

"Puncaknya, Kevin dan teman-temannya menjaili saya. Jika saja, Haikal tak menolong saya, sudah pasti saya akan kesulitan berjalan menuju panti," jelas Juni.

Secercah harapan muncul di benak Risa. Risa menaikkan sudut bibirnya ke atas. Sekarang bukti siapa yang memulai lebih dahulu, sudah berada di tangan guru. Para guru mulai menatap tajam ke arah Kevin. Meskipun Kevin adalah anak orang kaya, tapi perlakuannya pada Juni tak bisa ditoleransi. Pada akhirnya, Kevin dimintai meminta maaf pada Juni, sekaligus berbaikan dengan Haikal.

Setelah permasalahan sekolah Haikal beres, pihak sekolah memutuskan untuk memaklumi perbuatan Haikal. Sekaligus memberi pesan, supaya Haikal menyelesaikan masalah dengan damai. Mereka mendapat peringatan dari Risa, jika masih membeda-bedakan perlakuan antar murid, Risa bisa saja membuat berita untuk diposting di media sosialnya.

"Kak Juni, dari mana Kakak tahu aku sedang dalam masalah? Bisa-bisanya Kakak datang, dengan memakai seragam sekolah lain," heran Haikal.

Begitu keluar dari ruang BK, Risa juga penasaran dengan sosok gadis yang berbicara dengan Haikal. Gadis itu tampak akrab dengan anaknya, terlihat dari sudut bibir Haikal yang naik saat melihatnya. Risa bisa menebak, jika anaknya nyaman berada di sekitar gadis yatim piatu itu.

Juni diam-diam melirik ke arah Risa. Dia tersenyum kikuk, kemudian memberitahu, "Aku tahu kau pasti sedang dalam masalah, setelah membantuku. Terlebih lagi, Kevin mengancam akan mengadukanmu."

"Aku jelas tak bisa tinggal diam. Apalagi kau begini karena menolongku," lanjut Juni. Gadis itu kemudian memberanikan diri menatap Risa. Dia berkata, "Tante, tolong maafkan Haikal. Lalu maafkan aku juga. Aku sama sekali tak bermaksud menyuruh Haikal untuk bertarung, tapi Haikal tak mau mendengar ucapanku."

"Tapi aku bisa bersumpah, jika Haikal tak melakukannya karena dia ingin menyakiti orang lain. Haikal bukan orang seperti itu," jelas Juni.

"Tidak. Tentu saja tidak. Aku harusnya berterima kasih padamu, karena sudah mau datang ke sekolah untuk membela Haikal," jelas Risa.

Bola mata Juni berbinar, mendengar apa yang Risa katakan. Di saat dia ingin membalas perkataan Risa, gadis itu tiba-tiba melambaikan tangannya. Tepat di belakang Risa, terdapat seorang pria yang berjalan ke arahnya. Pria itu tersenyum manis, menerima sapaan salah satu anak angkatnya.

"Papa!" panggil Juni.

Risa mengernyitkan kening. Haikal mengatakan jika gadis ini adalah yatim piatu, tapi waktu dia berbalik ke belakang, Risa malah menemukan sosok Kian dengan senyuman ramahnya. "Pak Kian?"

"Ternyata masalah yang Juni katakan padaku, berhubungan juga dengan masalah putramu. Syukurlah, jika Juni berhasil mendapatkan rekaman CCTV untuk membela Haikal," jelas Kian sembari mengusap lembut rambut Juni.

"Kau, kau benar-benar mempunyai anak?" tanya Risa memastikan.

Kian tertawa kecil. "Sudah kubilang, semua anak di panti asuhan adalah anakku. Aku tak pernah menganggap mereka orang asing sejak masuk ke dalam rumahku," balas Kian.

•••

DUA KELUARGA [Lisa ft Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang