Seorang remaja laki-laki di samping Haikal menatap tak bersahabat ke arah Risa. Di sekujur tubuhnya terdapat beberapa luka yang dibalut perban. Selain itu, ada juga beberapa luka yang menggores kening dan hidung. Kevin berdecih, dia melihat ke arah sang ibu yang berdiri di sampingnya. Wanita paruh baya itu mengadu, "Anakmu telah melukai anakku? Apa kau tak lihat, luka-luka yang diderita anakku? Bagaimana bisa remaja bersifat preman sepertinya bersekolah di sekolah ini? Aku tak mau tahu, pokoknya dia harus dikeluarkan, lalu mengganti biaya pengobatan anakku!"
Kening Risa mengernyit. "Memangnya apa yang telah terjadi? Kenapa Haikal memukul anak ibu? Anakku tak mungkin melakukan semua ini dengan sengaja. Dia pasti memiliki alasannya tersendiri, " bela Risa.
Untuk pertama kalinya, Risa berada di pihak Haikal. Haikal memelototkan mata. Dia pikir ibunya akan marah, tapi ternyata wanita itu malah membelanya. Hal itu membuat Haikal semakin menurunkan sudut bibirnya.
"Mau apa pun alasannya. Kenyataannya, anakmu telah melukai anakku! Kenapa kau masih tetap membela anak itu juga! Dia mempunyai jiwa preman pasar! Tak seharusnya anak kurang adab dan bermasalah sepertinya, bersekolah di tempat ini!" jelas Ibu Kevin.
Risa langsung berjalan menuju Haikal. Dia menyentuh bahu Haikal kemudian berkata, "Haikal Mama tahu, kau selalu ingin mengurusi masalahmu sendiri. Tapi tolong, katakan pada Mama sebenarnya apa yang sudah terjadi?"
Mau tak mau Haikal akhirnya bersuara, meskipun pada kenyataannya dia juga yang tetap akan disalahkan. "Kevin sudah mengganggu salah satu temanku."
"Aku tak keberatan, jika Kevin membuliku. Tapi aku tak bisa tinggal diam, ketika Kevin juga mengganggu Kak Juni. Kak Juni adalah salah satu temanku yang paling sering menolongku. Dia saat ini sedang kesulitan berjalan, karena telah mengalami kecelakaan. Lalu Kevin? Kevin mengerjai Kak Juni dengan mencuri tongkat sekaligus menyembunyikannya!" ungkap Haikal kesal.
Kevin berusaha untuk membela diri. "Itu hanya sekadar bermain-main saja! Jangan melebih-lebihkan fakta!"
Ibu Kevin menimpali, "Mau bagaimana pun juga, anakku yang menjadi korban! Aku dengar, anak ini memang senang membuat masalah, jadi kenapa sekolah masih tetap memelihara preman pasar sepertinya?! Apa gunanya dia bersekolah, jika dia tak tahu adab dan sopan santun!"
"Cepat bertindaklah dengan tegas, Bu!" pinta Ibu Kevin pada guru BK.
Guru BK melihat cemas ke arah Risa. Dia akhirnya berucap, "Maaf, Bu. Sepertinya kami tak bisa menerima Haikal lagi di sekolah ini. Kecuali Ibu mau mengganti biaya ganti ru---"
Belum sempat guru BK mengakhiri ucapannya. Risa sudah lebih dulu menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Wanita itu tertawa kecil, sementara matanya melihat tajam ke arah guru BK. "Selalu seperti ini. Ibu selalu menawarkan bantuan, asal saya mengeluarkan uang."
"Mulai hari ini, saya putuskan Haikal tidak bersekolah di tempat ini lagi!"
"Saya selalu berpikir, jika sekolah besar yang sudah membantu banyak siswa masuk ke PTN favorit, adalah sekolah yang paling tepat bagi anak saya. Namun, ternyata tempat ini tak cocok untuk Haikal."
"Bagaimana bisa, semua guru menghakiminya begitu saja, tanpa tahu masalah yang sebenarnya terjadi. Kalian membela keluarga itu, karena mereka kaya raya bukan? Sudah cukup, aku tak tahan dengan semua ini."
"Haikal, Mama tak akan memaksamu untuk bersekolah di tempat seperti ini lagi. Mama berjanji akan mencarikan sekolah lain, yang kualitas akhlaknya jauh lebih baik dari tempat ini!" peringat Risa.
Haikal mendongak melihat wajah ibunya yang tak bersahabat. Dia mengernyitkan kening. Padahal sang ibu sudah susah payah memasukkannya ke sekolah ini. Lalu sekarang, wanita itu memilih untuk mengeluarkan Haikal dari sekolah.
Ketika para guru dan ibunya Kevin memojokkan Haikal. Tiba-tiba seorang gadis berjalan masuk ke ruangan, dengan menggunakan tongkat. Gadis itu bersusah payah masuk, sembari berkata, "Haikal berusaha membantu saya. Saya yang meminta dia menghajar anak-anak itu. Tolong, jangan salahkan Haikal."
"Kak Juni?" gumam Haikal.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA KELUARGA [Lisa ft Haruto]
Romance"Kenapa nama Ayah masih tertulis di dalam kartu keluarga?! Padahal dia sudah meninggalkan Ibu, demi berkeluarga dengan wanita lain!"