Perlahan rasa ragu Risa pada Kian mulai memudar. Wanita itu tersenyum manis, melihat Juni menganggap Kian sebagai Ayahnya. Juni tersenyum manis, dia memberitahu Risa, "Tante Risa, walaupun Papaku masih muda, tapi pikirannya sudah tua. Pria ini terkadang melupakan beberapa hal, lalu aku dan saudara-saudaraku harus membantunya mencari sesuatu."
"Tapi walaupun dia berpikir kolot, tapi percayalah dia Papa yang baik bagi kami semua. Papa Kian orang yang menyekolahkan, dan memberikan kami semua kehidupan. Walaupun kami tak memiliki hubungan darah, tapi Papa Kian menjadikan kami semua keluarga kecil bahagia."
Juni menundukkan kepala. Gadis itu meremas jemari tangannya, kemudian memberitahu, "Jadi, tolong terima perasaannya. Sudah dari seminggu lalu, Papa tertidur sembari menyebut-nyebut nama Mamanya Haik---" Belum sempat Juni melanjutkan perkataannya, Kian sudah lebih dulu menutup mulut gadis itu dengan tangannya. Dia tersenyum kikuk, sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Anak ini terlalu banyak bicara. Padahal aku sudah menyuruhnya untuk membicarakan hal penting saja," kata Kian heran.
Juni menghempaskan tangan Kian pada bibirnya. "Tapi ini juga penting! Papa selalu curhat padaku, tentang wanita bernama Risa yang akhir-akhir ini menggantung perasaan Pa---"
"Juni, berhenti mengungkit aib Papa," pinta Kian.
Haikal terdiam, memerhatikan Kian dan juga Risa. Untuk beberapa saat, Haikal merasakan jantungnya terenyut. Dia ingin ibunya bahagia, memiliki kehidupan baru dengan orang lain. Namun, entah kenapa Haikal merasa keluarganya tak lengkap tanpa sang ayah kandung. Meskipun orang itu sudah lama meninggalkan Haikal tanpa tanggung jawab, tapi hubungan darah di antara keduanya tak bisa hilang begitu saja.
•••
Tak terasa, Hari persidangan telah datang. Risa menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk menguatkan diri. Di sampingnya ada Haikal, dan juga sang ibu. Hanya mereka berdua saja, yang selama ini ada di sisi Risa. Walaupun jantung Risa berdetak sangat kencang, tapi dia berharap semua hal ini bisa dia lewati.
Ketika Risa akan masuk ke dalam ruangan persidangan, dia bisa melihat sang suami berjalan tenang bersama istri keduanya. Mereka tersenyum senang, tanpa rasa bersalah sedikit pun. Hal itu membuat Haikal mengepalkan kedua tangannya. Meskipun Haikal sudah menyetujui perceraian, tapi anak itu tetap marah melihat ayahnya berduaan dengan wanita lain.
"Haikal?" panggil Risa.
Saat Risa memanggil, Haikal langsung melirik ke samping. Dia menyahut, "Ya?"
"Apa kau benar-benar tak keberatan dengan hal ini?" tanya Risa.
Haikal terpaksa menganggukkan kepala. "Tentu saja." Walaupun Haikal masih ingin keluarganya tetap utuh. Namun, sang ayah sudah dibutakan keluarga barunya. Pria itu tak pernah melihat ke arah Haikal sedikit pun. Jadi, untuk apa mempertahankan hubungan, yang membuat ibunya semakin menderita? Berat atau tidak, ini harus diterima Haikal.
Risa melirik ke samping, tepatnya ke arah sang ibu. Dia bertanya pada orang itu, "Ibu, apakah setelah aku bercerai dengan Wildan, Ayah akan menerimaku lagi sebagai anaknya? Hubungan kita akan terjalin lagi?"
Ibu Risa tersenyum manis. "Ayahmu mungkin marah padamu, tapi hubungan kalian akan selalu terjalin. Selama ini, tanpa sepengetahuan kita, ayahmu diam-diam membantumu. Dia terkadang membayar biaya kuliah, atau sekadar memastikan anaknya bekerja di tempat yang lebih baik lagi."
"Dia menjauhimu, supaya kau tahu beratnya hidup sendiri tanpa orang tua. Itu juga sebagai pelajaran, supaya kau tidak membantah ucapan orang tua lagi. Kau tahu jelas, bukan? Jika ayahmu sangat keras," jelas Ibu Risa.
Risa menganggukkan kepala. Bola matanya berkaca-kaca. "Semua yang kukerjakan selalu berjalan lancar, ketika Ayah dan Ibu merestuiku. Aku saja, yang terlalu buta oleh cinta, sampai mau menerima ajakan candaan untuk menikah."
"Jika saja, aku tak menerima lamaran pria itu, mungkin Ayah tak akan marah dan menjauhiku seperti ini," sesal Risa.
Penyesalan di mata Risa membuat Haikal menurunkan sudut bibirnya. Apa itu artinya, Risa menyesal memilikinya juga? Selama ini Haikal memang selalu menambah beban sang ibu. Remaja itu akhirnya memalingkan wajahnya ke arah lain. Penyebab semua penderitaan sang ibu adalah dirinya. Kini, hubungan ayah dan ibunya akan berakhir. Ayah Haikal sudah mempunyai keluarga baru, lalu Ibu Haikal akan memulai kehidupan barunya juga. Apa yang akan terjadi dengan Haikal selanjutnya? Haruskah Haikal pergi saja?
"Mama menyesal melahirkanku," batin Haikal.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA KELUARGA [Lisa ft Haruto]
Storie d'amore"Kenapa nama Ayah masih tertulis di dalam kartu keluarga?! Padahal dia sudah meninggalkan Ibu, demi berkeluarga dengan wanita lain!"