Chapter -28✍️

108 8 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Kita selalu bisa memaafkan, namun tidak harus melupakan"
-Anonim-

***

Sorot kemerah-merahan di awan mulai memudar pertanda malam akan berganti. Sayup-sayup hewan seperti burung hantu dan serigala mulai terdengar dari arah hutan.

Ditemani keheningan malam serta lentara yang berfungi sebagai pencahayaan itu. Suasana yang sangat mendukung untuk mengistirahatkan otak dan pikiran dari kenyataan yang ada.

Hari yang sangat melelahkan bagi shelena. Membaringkan diri ketempat favoritnya, shelena kembali teringat oleh pembahasan miliknya siang tadi.

"Kapan masalah ku bisa selesai. Jika yang lain terus saja bermunculan." Ungkap shelena dengan nada prustasinya.

Menutup mata ditengah remang-remangnya pengcahayaan.
"Aku harus mencari solusi, tidak lama lagi aku akan berangkat. Ada baiknya sedia payung sebelum hujan." Gadis itu kembali berbisik di sela-sela tidurnya.

Tok

Tok

Tok

Ketukan dari arah jendela membuat shelena yang awalnya akan terbuai oleh alam mimpinya kembali terbangun akibat aktivitas yang membuat telinganya menjadi sensitif.

Memposisikan tubuh yang darinya terbaring seketika bangkit untuk berjalan ke arah jendela yang sedari tadi terus berbunyi.

Jari-jari lentik shelena dengan tidak sabaran mengibas horden yang panjangnya sampai kelantai marmer itu.

"Burung?"

Diluar sana burung merpati yang rupanya tersangka dari asal bunyi jendela. Membuka dengan cepat sebelum kaca yang diketuk-ketuk menggunakan paruhnya itu menjadi retak.

Tangan miliknya meraih tubuh burung merpati secara perlahan "Ada apa?"

Iris orchit bulan shelena beralih menatap kearah kertas yang terikat di kaki burung. Membuka ikatan yang terlilit.

Obsidian bulannya dengan cermat mengamati bait demi bait huruf yang ditulis. Berbagai macam ekspresi muncul dari wajah shelena.

Kedua telapak tangannya meremas media berbahan kayu itu dengan geram. Ia kembali terduduk dengan memegang dahinya yang mulai dilanda sakit.

"Kenapa bisa serumit ini." Shelena kembali melirik kembali surat yang ia pegang.

***

Hewan beradarah dingin berkeliaran kesana kemari guna mencari mangsa untuk disantap. Malam yang mencekam di malam hari itu, sangat mendukung suasana di salah satu rumah yang terletak di hutan.

"Siap! Akhirnya dia sudah siap!" Laki-laki paruh baya itu menatap penuh kagum ke ciptaan miliknya.

Orang-orang yang melihat kejadian di depan mereka. Menggelengkan kepala sambil mencibir orang di depannya itu. Sepertinya pria itu telah gila.

Tetapi, segila apapun dirinya. Mereka membutuhkan sihir hitam, laki-laki yang mereka cap gila itu.

"Gunakan benda ini. Dengan adanya dia kita bisa menjalankan rencana dengan cepat dan efisien."

Shelena Another Villains ~Transmigrasi In Novel BL ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang