SZ.18

5 4 0
                                    

FOLLOW IG AKU:butterpen_ untuk info-info ceritaku & risssss_dd untuk kenali aku lebih dekat.

Jangan lupa follow akun wattpad ku sebelum baca💕

! koreksi taypo

Happy reading 💞

🤍🤍🤍

Zalynd mendengus kesal dengan kelasnya yang begitu berisik. Dari tadi ia tidak bisa fokus  mengerjakan tugasnya karena kelasnya yang susah diatur.

Terpaksa Zalynd beranjak keluar dari kelas untuk mencari tempat lain agar ia bisa mengerjakan tugas dengan tenang. Perpustakaan menjadi tempat pilihannya. Tidak terlalu ramai, cukup untuknya mengerjakan tugas dengan tenang.

"Hai," sapaan itu mengalihkan perhatian Zalynd dari buku. Ia mengangkat kepalanya, melihat cowok yang sudah menjadi salah satu temannya berdiri mejulang di hadapannya.

"Hai." balas Zalynd.

Widan duduk di sampingnya dan memperhatikan Zalynd yang menuliskan sederet angka-angka di bukunya."Serius banget."

"Terpaksa juga ini." Zalynd memelas.

Widan terkekeh. "Kasihan."

"Lo kok di sini sih? Gak belajar?" tanya Zalynd.

"Ada kok. tadi habis naruh buku, karena liat lo jadinya sekalian boloslah. Bosan gue dengar tu guru ngejelasin. Ngantuk." Widan mengeluarkan handphone-nya dari saku celana sekolahnya.

"Btw Dan, Rafan belum balik dari bandung?" Zalynd menutup bukunya. Menatap penasaran pada Widan.

Widan menghentikan kegiatannya lalu menatap Zalynd. "Belum. Dia gak ngasih kabar apa-apa juga."

Zalynd terdiam, sedetik kemudian ia kembali bersuara. "Mungkin dia memang masih butuh waktu aja. Teror itu bukan hal yang sepele loh."

Anggukan kepala Widan berikan sebagai balasan.

"Gue cuman pengen tau motif dari balik peneroran ini." Zalynd menyelonjorkan kakinya. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi karena teror ini.

Widan diam tidak menjawab. Dia pun sama bingungnya. Teori-teori mulai bersarang di kepalanya, menerka-nerka.

"Emang kalian gak tau sesuatu gitu soal Rafan? Maksud gue, hal sebelum dia kenal kalian?" Zalynd tiba-tiba bertanya.

Widan tampak berfikir sebelum menjawab."Ya ada sih. Tapi, gak juga deh kayaknya. Kenapa emang?" ia balik bertanya.

"Gapapa sih, yah, siapa tau ini ada hubungannya sama sesuatu dari masa-masa sebelumnya." Zalynd mulai mengeluarkan teori-teori yang terlintas dalam benarnya.

"Kalau pun ia, kita gak bisa ikut campur sejauh itukan? Tapia kalau pun emang benar, kenapa dia gak cerita aja?" timpal Widan kembali melempar tanya.

"Yah, mungkin itu hal pribadi buat dia."

Saat mereka berdua larut dengan obrolan,
suara notifikasi beruntun dari HP keduanya mengalihkan perhatian mereka.

Masing-masing melihat handphone. Notifikasi dari grub yang sama dari keduanya. Saat membaca pesan digrub mereka, Zalynd dan Widan saling manatap dengan wajah terlihat kaget. Sedetik kemudian mereka berlari keluar munuju lapangan basket.

Terkejut karena pesan dari teman-teman mereka yang mengatakan bahwa Rafan sedang memukuli Fian di lapangan basket.

🤍🤍🤍

"Brengsek lo!"

"Lo yang brengsek anjing!"

suara pukul demi pukulan yang beradu di wajah membuat orang-orang yang melihatnya meringis. Alika, Eva dan Vanka sudah ketakutan melihat Rafan dan Fian tidak berhenti melayangkan Bogeman yang didominasi oleh Rafan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She is Zalynda (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang