Hari ini hari minggu, semua orang menikmati hari libur, termasuk jay yang baru bangun pukul 9 tadi. Suaminya sendiri, Heeseung, sampai saat ini masih nyenyak di kasur.
Tapi mungkin tidak semua orang ditakdirkan untuk menikmati indahnya libur di hari minggu yang indah ini; contohnya Sunghoon.
Barusan tadi Ia merengek di telfon, mengeluh karena pelatihnya memaksanya datang latihan untuk nanti ditampilkan di TV nasional.
Jay hanya tertawa mendengarnya, Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Lagipula, Sunghoon memang atlet seluncur indah. Ia sudah memenangkan 1 perunggu dan 1 perak di kejuaraan dunia, menjadikannya kebanggaan karena berhasil mengharumkan nama negara.
Ditambah dengan visualnya yang tampan dan menarik banyak penggemar internasional, membuatnya mendapat tawaran model dari berbagai brand pakaian maupun perhiasan.
Sekali lagi, Jay tertawa mengingatnya. Siapa sangka lelaki dewasa dengan tubuh sebesar itu masih suka merengek seperti bocah.
"BAiklah, masak apa kita pagi ini?" Jay bermonolog sembari mengecek isi kulkas. "Sepertinya aku harus belanja."
Jay berdiri, Ia menoleh pada suaminya yang baru bangun, langkahnya gontai dan matanya setengah terpejam. Heeseung turun dari lantai dua, duduk di meja makan.
"Bahan makanan kita habis, bisakah kita pergi belanja?"
Heeseung mengangguk mendengarnya. Ia menguap, lantas berdiri dan dengan malas berjalan menuju kamar mandi. Jay hanya terkekeh melihatnya. Lucu sekali.
"Aku juga harus siap-siap."
* * *
Belanja kebutuhan adalah salah satu kegiatan favorit Jay semenjak Ia menikah. Mungkin karena Heeseung tidak pernah membawanya berkencan, jadi Ia merasa kegiatan sederhana ini sangat istimewa.
Belanja berdua bersama pasanganmu, bukankah itu terdengar manis?
Selama kegiatan belanja, yang Ia ingat selalu kesukaan Heeseung, berhubung suaminya adalah orang yang rewel soal makanan.
Ia juga butuh sedikit usaha untuk mencegah suaminya diam-diam menyelipkan terlalu banyak mie instan karena itu tidak baik untuk kesehatan.
Aku bisa masak, adalah senjata Jay untuk membuat Heeseung menurut dan mengembalikan semua mie instan yang tadi diambilnya. Meski sebenarnya Jay hanya menyuruhnya mengembalikan sebagian.
"Aku mau wagyu," kata Heeseung tiba-tiba.
"Akan kumasakkan nanti di rumah."
Setelah dirasa cukup, Heeseung membayar tagihan dan mengantar Jay pulang.
"Aku ada urusan, mungkin pulang malam," kata Heeseung memecah keheningan di dalam mobil.
"Urusan kantor?"
"Bukan," jawab Heeseung jujur, "aku harus ke suatu tempat."
Mungkin klien, Jay berpikir positif. Ia mengangguk, mengeluarkan belanjaan dari mobil dan memasukkannya ke rumah, sementara Heeseung langsung pergi dengan mobilnya.
Jay membuka belanjaannya, memasukkan satu persatu bahan makanan ke kulkas.
Di tengah kegiatan, Ia tiba-tiba berhenti. Entah kenapa Ia merasa ada sesuatu yang salah. Tapi apa? Kenapa juga Ia merasa harus mengikuti Heeseung?
Jay mengusir pikiran anehnya, kembali fokus memasukkan bahan makanan ke kulkas. Mungkin hanya pasangka, pikirnya.
.
.
.
.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita
Fanfiction- 𝒮𝓌𝒶𝓈𝓉𝒶𝓂𝒾𝓉𝒶 : berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti "senja"; sering kali diasosiasikan dengan perasaan tenang, melankolis, atau keindahan yang penuh kedamaian; menggambarikan situasi yang indah namun diiringi dengan keheningan dan...