Dua Belas.

584 62 18
                                    

"Kalau misalkan aku di posisi istrinya, kamu bakal ngelakuin hal yang sama ngga?"

Jake diam sejenak, Ia kemudian menjawab, "Aku ngga tau ya, Jay. Tapi itu bukan kamu, kan? Aku yakin kamu ngga akan sejahat itu buat ngambil pacarku."

"Berarti kalau itu orang lain, kamu ngga akan ragu buat ngelakuin in?"

"Iya mungkin? Kenapa kamu tanya ini? Kan kamu harusnya seneng aku mau nikah sama pacarku."

.

.

.

Jay tertawa miris mengingat percakapannya dengan Jake di café. Ia tidak tahu harus menyalahkan atau mengasihani siapa sekarang.

Haha, padahal Ia sengaja memilih café sepi untuk menyudutkan Jake karena merebut suami orang. Tapi rencananya berubah, melihat betapa polosnya Jake bercerita.

Tapi menurutnya, yang paling pantas untuk disalahkan adalah Heeseung. Lelaki itu, yang berani-beraninya menikahinya ditengah hubungannya dengan Jake, dan itu masih berlanjut sampai sekarang.

"Yah, sebentar lagi juga selesai," Jay mengatakannya sarkas.

Jay mendongak menatap langit, bibirnya melengkung dalam senyuman sendu yang ditujukan untuk dirinya. Mata terpejam, merasakan belaian angin sepoi-sepoi yang dengan lembut menyentuh wajahnya.

"Kau kelihatan baik," sebuah suara menyapa dengan hangat.

Jay berbalik, Ia kenal suara itu.

"Sunghoon," ujarnya. Ia tersenyum lembut.

Sunghoon tersenyum, melangkah mendekat dengan tenang.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu," kata Jay setelah Sunghoon berdiri di hadapannya.


* * *


Keduanya duduk berhadapan di kafe yang sudah menjadi tempat favorit mereka. Suasana terasa sedikit canggung. Jay mengaduk-aduk milkshake coklatnya tanpa minat, sementara Sunghoon mengamati lelaki manis di hadapannya.

"Sunghoon." Jay membuka suara.

"Hm?"

"Aku... ingin tahu maksud perkataanmu waktu itu."

Sunghoon diam, mencoba berpikir perkataannya yang mana yang dimaksud Jay.

"Tentang apakah aku sudah tahu."

"Ah..," Sunghoon mengangguk mengerti.

Jadi tentang itu.

"Aku tahu hubungan Jake dan suamimu, mungkin sekitar setahun yang lalu." Sunghoon mulai bercerita.


.

.

.


Setahun yang lalu; Musim dingin di Pyeongchang, Korea Selatan.

Malam ini terasa indah; jalanan sekitar yang tertutup salju, kedai-kedai kecil menawarkan makanan dan minuman hangat, serta toko-toko branded dengan lampu-lampu gemerlap yang memamerkan koleksi terbaru di jendela mereka.

Sunghoon menikmati malam ini, meski jujur sedikit iri melihat pasangan-pasangan yang bergandengan tangan atau berpelukan mesra di sekelilingnya. Pasalnya orang yang disukainya sudah menikah dan menjadi istri orang, sehingga mau tidak mau Ia harus mundur dan berusaha move on.

SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang