00. Sweet Dreams

1.8K 108 0
                                    

Pandangan kosong, kaki melangkah entah kemana, semuanya terlihat abu-abu di mata Abigail

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan kosong, kaki melangkah entah kemana, semuanya terlihat abu-abu di mata Abigail. Kenapa dia terdengar menyedihkan? Itu karena Abigail baru saja dipecat dari pekerjaannya.

Pekerjaan yang sudah dia impikan semenjak lulus perguruan tinggi kini hilang karena seorang penjahat yang memfitnahnya. "Sialan, bisa-bisanya aku kalah dengan wanita bertampang cantik?"

Abigail menghentikan langkahnya di sebuah taman, dia duduk sembarangan di atas tanah yang lebat rumput hijau itu. Melamun sambil menatap pilu barang-barang miliknya yang dulu biasa menghiasi meja kantornya di dalam kardus.

"Sekarang aku menganggur, aku harus apa?" Abigail mengambil bingkai foto, memperhatikan foto dimana saat itu dia sedang menerima penghargaan sebagai pegawai terbaik di tahun pertamanya bekerja, sebuah pencapaian yang sangat bagus.

"Bagaimana bisa dia percaya dengan fitnah Sunday? Apa dia tidak melihat seberapa besar potensi yang aku miliki?" Abigail mengeluh, menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya.

"Benar ya kata orang-orang, pria tampan itu bodoh!" Abigail mendorong jauh kardus yang dia bawa, emosinya kembali meluap saat mengingat wajah bosnya yang beberapa puluh menit yang lalu memecatnya.

"Sialan..." puncak emosi Abigail muncul, dia memeluk kedua kakinya, menenggelamkan wajahnya, menutup kesedihannya dari orang-orang yang lalu lalang di taman tersebut.

Sayangnya isakan tangisnya berhasil membuat orang-orang memperhatikannya, beberapa berbisik, beberapa hanya melirik lalu kembali ke dunia mereka. Namun seorang wanita paruh baya tidak seperti mereka, dia ikut duduk di sebelah Abigail, mengelus pundak Abigail.

Merasakan elusan dari seseorang jelas membuat Abigail langsung mengangkat kepalanya, dia memperhatikan wanita tua itu, lalu tersenyum.

"Halo, nek.." sapa Abigail dengan lembut.

Nenek itu juga tersenyum, "Wanita cantik sepertimu tidak pantas menangis di sini..."

"Dunia sedang kurang baik padaku nek, itulah kenapa aku menangis di sini..."

"Begitu ya? Mungkin aroma terapi ini bisa menenangkanmu di rumah, tidak baik menangis di tempat umum, cantik." Nenek itu memberikan lilin aroma terapi kepada Abigail.

Karena segan untuk menolak pemberian orang tua, Abigail menerima lilin itu sambil tersenyum, dia bahkan memeluk singkat Nenek tersebut. "Terima kasih ya, nek. Nenek orang pertama yang berhasil membuatku tersenyum..."

"Sama-sama, Cantik. Kalau begitu Nenek pamit..."

"Hati-hati, sekali lagi terima kasih ya, nek..." Mereka saling melempar senyum.

Karena emosinya mulai membaik, Abigail bangun dari duduknya, membawa kardus yang dia bawa ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Abigail langsung bersih-bersih, setelahnya menyiapkan makanan untuk dirinya dan juga teman kecilnya, "Ody, makan.." Abigail mengetok wadah makan kucingnya, memanggil Ody untuk datang.

Tak lama, suara mengeong Ody terdengar, kucing berambut Tabbies itu langsung mengelus sebagian tubuhnya ke kaki Abigail, seperti tengah mengeluarkan rasa rindunya kepada majikannya.

"Dasar manja, ayo makan." Abigail menyodorkan tempat makan Ody, lalu duduk di kursi meja makan menyantap makanan yang dia buat tadi.

Sudah menjadi kebiasaan setiap orang makan sambil memainkan ponsel, begitu juga Abigail. Dia makan sambil membaca cerita pendek yang dia baca di aplikasi baca gratis.

"Wah, karakter Putri Odette benar-benar bijak, bisa menyelesaikan masalah antara dia dan calon suaminya dengan baik. I love smart people..."

"Eh, namaku dengan pelayan ini sama, aku harus berkomentar..." Abigail menekan bagian pengenalan pelayan pribadi Putri Odette, lalu meninggalkan komentar di sana.

Karena asik membaca Abigail malah lupa menghabiskan makanannya, dan saat dia sadar dia meletakkan ponselnya lalu menghabiskan makanannya. Setelah selesai, tidak lupa Abigail membersihkan piring dan alat masak lainnya.

Dia beranjak ke kamar, membakar lilin aroma pemberian nenek tadi lalu memanggil Ody untuk menemaninya melanjutkan kegiatan malamnya membaca cerita pendek di ponsel.

"Ody lihat, penggambaran wajah Byron benar-benar tampan, dia juga sangat perhatian! Kalau dia ada di dunia nyata, aku bisa langsung memacarinya!" Abigail memeluk Ody karena salah tingkah, membuat Ody mengeong bahkan menggigit Abigail tapi untungnya gadis itu bisa menghindar.

"Ody nakal!" Ody yang mendengar itu lantas mengeong, seperti membalas omongan Abigail.

"Hahaha, maaf Ody, aku sedang salah tingkah tapi malah kamu yang kena..." Abigail membiarkan Ody keluar dari pelukannya, lalu menaruh ponselnya. Bersiap-siap untuk beristirahat, karena besok dia harus mencari pekerjaan baru.

"Selamat malam Ody, sweet dreams..."

🥀🥀🥀

"Abigail, bangun!" mata Abigail langsung terbuka, bukan hal yang biasa dia bisa mendengar seseorang membangunkannya, bukan apa dia hanya tinggal sendirian di apartemennya.

"Siapa kamu?" mata Abigail tidak bisa fokus, dia memperhatikan seisi ruangan, ruangan yang sangat asing baginya.

"Apa kamu sedang bergurau? Aku ibumu, Violetta Roswell."

Mata Abigail semakin lebar, "Roswell? Yang benar saja!"

Abigail the MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang