Matahari sudah terbit, Abigail lantas bergegas bersiap-siap, dia membawa semua tas besarnya menuju kereta barang, meminta para pelayan pria untuk memasukkan barangnya.
Setelah selesai, Abigail lantas pergi menuju kamar Odette, membantu nyonyanya bersiap-siap dan juga membawakan beberapa barang milik Odette.
"Apakah sudah semunya, Lady Barrington?"
"Iya sudah, Abigail. Tolong bawakan tas ku ya..." Abigail mengambil tas tangan milik Odette tidak lupa memerintahkan pelayan yang lain untuk membawa tas besar Odette. Setelah selesai, dia mengajak Odette keluar dari kamar menuju halaman depan karena sebentar lagi mereka akan berangkat.
Di sana sudah ada Tuan Barrington dan juga Byron. Odette yang melihat sang ayah lantas berpelukan, dia pamit pada ayahnya untuk kesekian kalinya dan juga berterima kasih telah mengizinkannya pergi lebih awal.
"Perjalanan ini akan memakan waktu seharian, maka dari itu tolong jaga dirimu, ya?"
Odette tertawa kecil, "Ayah aku pasti baik-baik saja, lihat pengawal yang kamu bawakan, mereka ada empat orang dan apa ayah lupa? Ada Tuan Byron dan juga Abigail yang akan menjagaku..."
"Iya, Ayah masih khawatir..."
Odette tersenyum, dia kembali memeluk sang ayah, "Terima kasih ayah, aku akan berangkat sekarang."
Barrington mengangguk, lalu melepaskan pelukannya membiarkan Odette naik ke kereta kudanya. Di ikuti Abigail di belakangnya, Odette dan Abigail naik, tapi yang tidak Abigail sangka adalah Byron juga naik di kereta yang sama, dia bahkan duduk bersebelahan dengan Abigail.
Hanya dengan ekspresi wajahnya, Byron tahu apa yang sedang dipikirkan Abigail, dia tersenyum sambil berbisik, "Ini perintah Lord Barrington, aku harus menjaga Lady Barrington bukan?"
"Hei, sejak kapan aku bertanya?" Abigail tersenyum tidak ikhlas, lalu membuang mukanya dari Byron.
"Lady Barrington, apa makanan yang saya sediakan kurang?" Abigail mencoba untuk mengacuhkan Byron.
"Sudah cukup, Abigail."
"Baiklah..." Abigail tersenyum pada Odette, namun dari sudut matanya Abigail bisa melihat kalau Byron masih saja memandanginya, bukankah itu tidak sopan? Dia terang-terangan melakukan itu di depan Odette.
Karena takut Odette akan menyadarinya, Abigail lantas menyenggol Byron, "Perhatikan matamu melihat, Tuan Byron." bisik Abigail.
"Tuan Byron, apa kemungkinan kita akan menginap? Mengingat perjalanan kita akan memakan waktu yang lama?" Abigail terjolak kaget, sedangkan Byron langsung menoleh ke arah Odette, membuat Odette heran melihat keduanya.
"Kenapa kalian berdua terkejut seperti itu?"
Dengan sedikit gugup Abigail membantah pertanyaan, "Tidak ada apa-apa, Lady Barrington." Abigail menunduk, di dalam hatinya kini sedang menyumpah serapahi pria di sampingnya itu.
"Maaf Lady Barrington, saya sedang melihat ke arah luar. Menjawab pertanyaan Lady, saya sudah menghubungi penginapan yang akan menjadi tempat singgah kita." Odette mengangguk puas, lalu mengambil kue kering yang sudah di siapkan Abigail.
🥀🥀🥀
Matahari sudah hampir tenggelam, dan sekarang rombongan Odette sudah memasuki jalanan desa. Melihat sebuah rombongan bangsawan melewati desa berhasil membuat para warga berhenti dari pekerjaan mereka, banyak dari mereka berhenti untuk memberi salam, begitu juga dengan anak-anak disana.
Anak-anak yang tertarik juga mulai berteriak kegirangan, mereka melambaikan tangan pada pengawal-pengawal dan juga kearah kereta kuda Odette.
Odyssey sebagai pengawal yang menggunakan kuda sendiri tersenyum pada anak-anak tersebut, dia jadi teringat masa kecilnya yang bermimpi menjadi ksatria kuat. Selain Odyssey yang senang melihat anak-anak tersebut, Odette juga ikut senang, dia membuka gorden jendela, melambaikan tangannya menyapa anak-anak tak lupa menjawab salam para warga.
"Mereka tumbuh dengan baik dan berani, Ayah berhasil menjaga mereka,"
"Andai saja aku juga bisa seperti ayah..."
Abigail tersenyum tipis, "Saya yakin anda bisa seperti Lord Barrington, Lady. Anda adalah calon ratu negeri ini."
Mendengar itu, Odette tersenyum kearah Abigail, dia menarik kedua tangan Abigail, berterima kasih karena telah menumbuhkan rasa percaya dirinya kembali. Odette sangat senang ada lagi yang bisa menyemangati dirinya selain mendiang ibunya.
"Berjanjilah, kamu harus terus berada di sisiku, Abigail."
"Saya berjanji, Lady Barrington."
Kini Matahari telah tenggelam di barat, pertanda rombongan Odette harus berhenti ke penginapan yang sudah di pesan Byron. Sesampainya di sana, Byron langsung menyapa sang pemilik penginapan, dia juga langsung mengantar Odette ke kamarnya.
Saat akan mengantarkan Abigail ke kamarnya, Byron dan Abigail di cegat oleh pemilik penginapan. "Em, Tuan Byron, saya baru saja mendapati kalau kasur di kamar 3-04 mengalami kerusakan, sepasang suami istri yang kemarin malam menginap tanpa sengaja merusak kasur tersebut."
Abigail langsung terbelalak, apa dia bilang sepasang suami istri telah merusak kasur? Apa yang mereka lakukan sampai-sampai bisa merusak kasur?
"Bagaimana bisa, Tuan Holland? Mereka merusak kasur? Tampaknya mereka sangat bergairah ya?" Abigail langsung menoleh ke arah Byron, ternyata mulut pria ini sangat blak blakkan.
"Mereka dari wilayah Lonwuis, Tuan Byron." Tuan Holland terkekeh.
"Pantas saja, apa ada kamar lain?"
"Sayangnya, tidak ada kamar kosong lagi, Tuan. Kebetulan ada pengunjung lain yang memesan kamar di lantai tiga."
"Begitu ya. Baiklah, Nona Abigail anda gunakan saja kamar saya, saya akan bergabung dengan para pengawal di lantai dua."
"Apa tidak apa-apa?"
Byron mengangguk, dia langsung mengangkat tas milik Abigail, lalu mengantar Abigail ke kamar yang ada. Setelah meletakkan tas Abigail di atas kasur, Byron langsung keluar dari kamar tanpa mengatakan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abigail the Maid
FantasyBelum pernah terbayangkan tiba-tiba saja bangun di dunia novel online yang aku baca. Bahkan aku terbangun sebagai tokoh sampingan. Entah bagaimana caranya aku bisa terbangun di dunia ini, aku hanya berharap semuanya hanyalah mimpi. Yang mungkin meru...