03. His Attention

834 68 3
                                    

Dua hari setelahnya Abigail pergi menuju ruang kerja Tuan Barrington untuk mengumpulkan tugasnya kepada Tuan Barrington

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari setelahnya Abigail pergi menuju ruang kerja Tuan Barrington untuk mengumpulkan tugasnya kepada Tuan Barrington. Di sana ternyata Barrington sedang berbincang-bincang dengan Byron.

Tapi yang membuat dirinya tidak paham adalah, kenapa Byron menggunakan topeng? Apa ini yang dia maksud kemarin? Saat dia bilang akan mengusahakan sesuatu agar dia bisa lebih nyaman dengannya?

"Ternyata karakternya persis dengan di novel, dia perhatian..." batin Abigail.

"Kamu hebat, Nona Abigail. Tulisan anda rapi, laporanmu mudah di pahami dan juga surat-surat ini sangatlah indah!" mendengar pujian Barrington, Abigail tersenyum bangga, dia semakin senang lagi saat melihat Byron mengacungkan dua ibu jarinya.

"Senang rasanya saya memilih pelayan pribadi Odette dengan benar, kerja bagus Nona Abigail."

"Terima kasih banyak, Tuan Barrington. Kalau begitu saya akan undur diri..."

"Ya, silahkan!" Barrington masih saja mengagumi laporan keuangan yang di buat Abigail, bahkan saking kagumnya dia dengan tidak sadar mengabaikan Byron.

Setelah keluar dari ruang kerja Tuan Barrington, Abigail pergi menuju taman, berniat mengelilingi taman itu sambil menenangkan pikirannya.

Namun mimpinya semalam kembali teringat, di mimpinya dia melihat Abigail di dunia ini menangis sendu di temani hangatnya sinar kecil lilin yang dia miliki.

Mimpi itu berhasil membuat Abigail tidak bisa tidur lagi karena terpikirkan apa yang di maksud mimpinya itu, kenapa Abigail menangis? Ada apa yang sebenarnya terjadi dengan Abigail asli?

"Sebenarnya apa yang sedang kamu alami, Abigail?"

Abigail menghentikan langkahnya, dia duduk di atas rumput, membiarkan sejuknya angin melewati setiap lekuk wajahnya yang rupawan itu.

Beberapa menit diam, tanpa sengaja Abigail mendengar perbincangan antara tiga pelayan yang dia kenal sebagai pelayan baru Odette.

Mereka menatap sinis saat melihat dirinya sedang diam sendirian di taman, mereka bahkan mulai berbisik-bisik membicarakan Abigail.

Abigail menghela nafas, dia benar-benar bingung dengan tiga wanita yang barusan lewat itu, apakah mereka tidak mengerti konsep berbisik? Mana ada konsep berbisik dengan kencang sampai orang yang mereka bicarakan mendengar semua gosip tidak berdasar itu.

"Bisa-bisanya mereka bilang aku menggunakan jalur orang dalam? Apa aku terlihat bodoh? Abigail sangat layak menjadi Asisten Pribadi Lady Barrington!"

"Nyatanya kalian hanya ditugaskan sebagai pelayan bersih-bersih kan? Sangat jauh dengan Abigail, dia menjadi pelayan pribadi! Jauh dari kalian!" Abigail mulai menggurutu, masa bodoh jika ada seseorang yang mendengar semua perkataannya.

"Dan lagi, apa maksudnya mereka bilang kalau aku tengah mengincar Byron? Melihat wajahnya saja aku takut!"

"Jadi anda masih takut dengan saya, Nona Abigail?" mendengar suara Byron, mata Abigail langsung melebar, dia bahkan dengan buru-buru bangun tapi malah jatuh lagi karena lupa kalau dia menggunakan bawahan yang panjang dan menyusahkan.

"Astaga, apa anda baik-baik saja?" Byron membantu Abigail bangun.

"Apa anda mendengar semuanya?" Byron mengangguk.

"Demi tuhan itu sangat memalukan, dan ucapan yang tadi, saya tidak bermaksud seperti itu, saya–"

Byron terkekeh kecil, dia merasa jika Abigail sedang panik begini, dia semakin, "Manis."

"Tidak apa-apa, mohon lupakan perkataan mereka kepada anda, Nona Abigail. Gosip hanyalah gosip belaka, jangan terlalu di ambil ke hati..."

Abigail tersenyum, dia tiba-tiba ingat dengan pikirannya tadi pagi mengenai karakter Byron yang perhatian. "Kenapa anda tiba-tiba tersenyum, Nona Abigail?"

"Apa? Saya tidak tersenyum tuh.." Abigail membuang wajahnya, dia malu karena ketahuan senyum-senyum sendiri memikirkan pria di depannya itu.

"Anda tidak berbakat untuk berbohong, Nona Abigail..."

Abigail langsung menatap Byron dengan kesal, "Ya anda benar Tuan Whitney, saya sangat tidak pandai berbohong." Abigail dengan sengaja menekan setiap kata yang dia ucapkan, membuat Byron tersenyum dari balik topeng nya karena gemas.

"Tuan Whitney, Nona Roswell! Kalian berdua di panggil Lady Barrington!" Abigail dan Byron tampak terkejut, mereka pun langsung pergi mengikuti pengawal yang memanggil mereka berdua itu.

Setelah meminta izin untuk masuk, Abigail dan Byron masuk ke dalam kamar Odette. Di dalam, Odette sudah menyapa mereka dengan senyuman manis, gadis itu bahkan langsung mempersilahkan keduanya untuk duduk.

"Salam hangat kami, Lady Barrington..."

"Senang bertemu dengan kalian berdua, kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya memanggil kalian..." Byron dan Abigail mengangguk.

"Sebelum bertemu dengan kalian, saya sudah lebih dulu berbincang-bincang dengan Ayah saya, saya meminta izin untuk pergi lebih awal ke kerajaan,"

"Saya memiliki firasat buruk, jika saya tidak segera ke sana maka akan ada kejadian buruk yang akan menimpa saya dan juga Benedict."

Abigail the MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang