Setelah sepuluh menit Abigail dan Byron berjalan-jalan, mereka memutuskan kembali ke gerbang masuk dan keluar taman. Keduanya menunggu Benedict dan Odette kembali.
"Kira-kira apa yang akan di lakukan Yang Mulia Pangeran Benedict setelah mendengar mimpi Lady Barrington?" Abigail melirik ke arah Byron, menunggunya menjawab pertanyaan Abigail.
"Biasanya kami memiliki pendapat yang sama, dan menurut saya Yang Mulia akan memajukan jadwal pernikahannya. Saya pikir hanya itulah satu-satunya cara untuk menghindari pertemuan Yang Mulia dengan wanita itu."
Abigail mengangguk, setuju dengan pendapat Benedict barusan, tapi masih ada yang menjanggal, sebenarnya siapa Pangeran Aldrich dan Nona Cassandra ini? Abigail sangat ingin mengenal mereka lebih dalam.
"Sejujurnya, saya baru tahu kalau Yang Mulia memiliki adik angkat..." Abigail memulai triknya.
"Ya, dia adalah anak angkat Yang Mulia Ratu, yang beliau angkat setelah kehilangan putra keduanya. Sudah hampir dua puluh tahun pangeran mengurung diri, tapi Pangeran Aldrich tiba-tiba muncul beberapa bulan terakhir untuk mendapatkan tahta." Abigail terbelalak, kini dia ingat kalau Ratu pernah kehilangan putri keduanya setelah melahirkan.
Tapi di novel, tidak di ceritakan kalau Ratu langsung mengangkat seorang anak. Apa terjadi perubahan alur cerita? Apa karena kedatangannya? Semua jadi tidak bisa di prediksi oleh Abigail.
"Lalu, siapa itu Nona Cassandra?"
"Nona Cassandra adalah istri muda Duke of North, adik dari Yang Mulia Raja Leonard Espen,"
"Duke of North merupakan pendukung paling besar bagi kami, jika Nona Cassandra tetap mengikuti siasat Pangeran Aldrich, dukungan Duke akan langsung lenyap dan pejabat yang lainnya juga akan mengikuti beliau."
Abigail kembali merasakan kekhawatiran dari Byron, pria ini sangat lembut, dia terus mengkhawatirkan orang lain.
Tidak ingin Byron terlalu memikirkannya, Abigail mengelus pundak Byron, membuat pria itu terkejut dan langsung menatap Abigail yang juga sedang menatapnya.
"Jangan terlalu mengkhawatirkannya, sekarang ada aku dan juga Lady Barrington, kami pasti akan selalu berada di sisi Yang Mulia, dan tentu saja juga di sisimu." apakah aneh jika Byron hanya mendengar beberapa perkataan Abigail?
Byron tersenyum, "Terima kasih, Nona Abigail."
"Oh saya tidak sadar sudah mulai berbicara dengan santai kepada anda, maafkan saya..." Abigail menarik tangannya dari pundak Byron, menunduk kecil meminta maaf.
Byron terkekeh, "Tidak apa-apa Nona Abigail, kita bisa berbicara santai mulai sekarang..."
"Apa anda tidak masalah?"
"Tentu saja, aku tidak masalah dengan hal itu." Abigail lantas tersenyum.
"Byron! Abigail!" teriakan Benedict berhasil membuat keduanya menoleh, terlihat Benedict yang melambaikan tangannya menyapa Abigail dan Byron.
"Salam dari kami Yang Mulia..." Byron dan Abigail menunduk memberi salam.
"Ada berita bahagia yang perlu aku sampaikan,"
"Kami akan melangsungkan pernikahan besok lusa!" Byron dan Abigail tersentak, mereka tidak menyangka akan secepat itu dia memajukan tanggal pernikahannya.
"Segera undang keluarga Odette, dan juga beberapa kerabat dekat ku, untuk Ayah dan Ibu biar aku yang urus..."
"Baik Yang Mulia..."
"Kalau begitu siapa yang lapar? Mari kita makan malam bersama!" Benedict mengajak Odette masuk, meninggalkan Abigail dan Byron.
"Luar biasa..." keluh Abigail karena masih tercengang, lalu segera menyusul Odette dan Benedict bersama Byron.
🪔🪔🪔
Setelah membantu Odette bersiap-siap untuk tidur, Abigail pergi menuju perpustakaan sendirian, dia berencana membuat surat undangan untuk keluarga Odette malam ini juga.
Dari dulu, Abigail memang tidak suka menunda pekerjaan, jika dia masih membuka matanya maka semua pekerjaan harus segera dikerjakan.
Saat membuka pintu perpustakaan, hawa dingin langsung menyambut seluruh badan Abigail, membuat gadis ini langsung merinding sekujur badan. Tapi Abigail menepis perasaan takutnya, karena dia melihat seseorang juga masih berada di perpustakaan, itu berarti dia tidak sendirian.
Saat akan melangkah masuk, seseorang malah menariknya dari belakang, Abigail tentu saja sangat terkejut. "Kamu membuatku terkejut, Tuan Byron!"
"Apa kamu memang suka mengejutkan orang?" tanpa menjawab pertanyaan Abigail, Byron malah menutup pintu perpustakaan lagi, lalu menarik Abigail menjauh dari sana.
"Tuan Byron, sebenarnya ada apa?"
"Nanti akan aku ceritakan, tapi kita perlu menjauh dulu..."
Setelah beberapa menit mereka melangkah menjauhi lorong perpustakaan, Byron dan Abigail menghentikan langkah mereka. Abigail yang sudah kesal hanya bisa diam sambil menatap Byron dengan tajam.
Abigail akan berani memukul pria ini jika dia hanya membicarakan sesuatu yang tidak penting, itu berarti Byron sudah membuang waktunya.
"Aku lupa memberitahumu kalau kita dilarang masuk ke perpustakaan setelah jam makan malam, karena di sanalah Pangeran biasa membaca buku sendirian. Pantang jika seseorang masuk, dia bisa merasa terganggu,"
"Aku pernah melanggar aturan tak tertulis ini, dan aku hampir saja kehilangan pekerjaanku."
"Jadi begitu, tapi aku membutuhkan kertas di sana, bukankah aku harus membuat undangan untuk Lord Barrington dan kerabatnya yang lain?"
"Oh jadi kamu membutuhkan kertas, akan aku bawakan, aku sudah menyimpan banyak kertas di kamarku, kamu bisa tunggu di kamarmu..." belum sempat Abigail menolak tawaran Byron, pria itu sudah pergi meninggalkan Abigail.
"Astaga pria ini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Abigail the Maid
FantastikBelum pernah terbayangkan tiba-tiba saja bangun di dunia novel online yang aku baca. Bahkan aku terbangun sebagai tokoh sampingan. Entah bagaimana caranya aku bisa terbangun di dunia ini, aku hanya berharap semuanya hanyalah mimpi. Yang mungkin meru...