Hai! Selamat datang semua di ceritaku yang kesekian kalinya!
Tanpa berbasa-basi lagi, selamat membaca! ♡༶•┈┈⛧┈♛ The Lil Servant ♛┈⛧┈┈•༶
Waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB.
Seorang pemuda kecil berambut oranye cerah, seperti warna jeruk yang matang, melangkah pelan dengan kaos putih sebagai dalaman, jaket biru tua untuk luarannya, dan celana panjang biru tua yang ia kenakan. Ransel hitam mengayun di punggungnya.
Pemuda kecil itu bernama Ryuu Adi Pratama.
Ia baru saja pulang dari kampusnya, kakinya melangkah lemas ke arah rumahnya. Untung saja di jam segini masih ada bus yang mejeng. Kalau nggak, alamat jalan kaki dari kampus sampai rumah.
Ryuu mendongak ke atas, menatap langit yang mulai memunculkan aura senja. Ia menghela nafas pelan, menyentuh dahinya yang sedikit pusing lantaran tugas kuliah yang menumpuk dari dosen tercinta.
"Hahh.. Mumet banget pala gue. Mana tuh dosen ngasih tugas nggak ngotak banget!" keluhnya, melipat bibirnya kesal sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Mana bisa nyelesain penelitian itu hari ini, terus ditumpuk besok? Gue mana bisa sekilat itu anjir!" lanjutnya dengan kedua tangannya yang mengepal di depan dadanya, seakan ingin meninju bayangan dosen di depannya.
Ia menghela nafas lelah lagi, mengeratkan tali ranselnya, lalu berhenti sejenak menatap lapangan sepak bola yang tepat berada di depan rumahnya. Matanya menatap iri sekumpulan remaja yang tengah asik bermain sepak bola dengan riang.
Ia mengernyitkan dahi dan menggigit bibir bawahnya.
"Ini gue salah nggak sih buat ngeluh?" gumamnya dengan nada frustasi, menjambak rambutnya pelan.
"Dulu pas kecil, ngarep cepet gede biar bisa pegang duit banyak. Lah ini pas udah kesampaian, malah pengen jadi anak kecil lagi biar puas main," lanjutnya dengan wajah yang mencuatkan ekspresi frustasi, matanya berkedip cepat menahan air mata.
Ia menggelengkan kepalanya pelan, "Nggak boleh. Jangan kayak gini, Ryuu. Lo harus tetap semangat! Hmph!" ucapnya menyemangati diri sendiri dengan tangan kanan yang mengepal dan ekspresi lucunya yang penuh tekad.
Ia menuju halaman rumahnya, matanya menyipit mencoba melihat siapa yang berdiri di belakang motor besar itu.
Ia berlari kecil mendekati, kepalanya menelisik untuk melihat lebih jelas, mulutnya terbuka kecil.
"Oh, si Aldo, toh," pikirnya. Aldo Prasetya adalah adiknya yang sudah menginjak bangku SMK.
Aldo - yang tengah fokus memperbaiki motornya, menghentikan gerakannya sejenak. Ia menoleh saat merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Sudut bibirnya melengkung ke atas membentuk kurva kecil, matanya berkilat nakal.
"Wah~ Bocil udah pulang nih?" katanya dengan nada jahil, sambil mengusap tangannya yang berminyak ke lap kain.
"Gimana ngampusnya, cil? Cape?" lanjutnya dengan senyum meledek, sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
Ryuu mendengus kesal, lalu melipat bibirnya dengan ekspresi cemberut. Matanya menyipit tajam.
"Bocil matamu!" protes Ryuu sambil meletakkan tangan di pinggulnya, tubuhnya menegang.
"Cape dikit ga ngaruh," jawab Ryuu dengan nada tegas, lalu berjongkok mengamati Aldo yang masih sibuk mengutak-atik si kuda besi. Tangannya meraih salah satu baut yang tergeletak di dekat kaki Aldo.
"Motor lo kenapa, Al?" tanyanya, matanya mengerut mencoba memahami situasi.
Aldo terkekeh pelan, menggeleng sambil memutar obeng di tangannya.
"Aduh. Bocil mana tau hal beginian. Mending lo taruh tas dulu sana, keknya berat banget takut lo jadi makin pendek," lanjutnya seakan memancing emosi Ryuu, sambil melirik tas besar yang tergantung di bahu Ryuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lil Servant (Slow up)
Fantasyga bisa bikin deskripsi cerita yang bagus Intinya Ryuu yang tiba-tiba transmigrasi jiwa ke raga seorang pelayan kecil bernama Taro di sebuah pub (bar), tepatnya di wilayah Kekaisaran Petran dan lama kelamaan ia menjadi incaran sebuah orang penting n...