TLS-9

1.9K 207 11
                                    

tiramisu cake~ tiramisu cake~

༶•┈┈⛧┈♛ The Lil Servant ♛┈⛧┈┈•༶

Lady Valeria melihat seseorang mendekat, mendengus sinis sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.
"Tch!"

Pemuda itu tertawa kecil, melihat kepergiannya dengan pandangan meremehkan.
"Hei? Tidak mau lanjut bermain bersamaku?"
"Hah.. Baik-baik."

Dengan gaya santai, ia menyibak rambut abu-abunya ke belakang, lalu mengarahkan tangan kanannya, teralir sebuah sihir ke pintu jeruji besi itu.

Zrrt! Klang!!

Pintu jeruji besi itu terbuka, menampilkan sosok Taro yang sedang menetralkan nafasnya.

"Hm, jadi kau yang sudah membuat wanita jelek tadi...marah?" tanyanya dengan nada mengejek, matanya bersinar penuh rasa ingin tahu.

Mata Taro bergulir cemas. Sial! Dia tak mau kejadian tadi terulang lagi kepadanya. Tangan kanannya meremat dada kirinya yang tiba-tiba terasa sakit.

Bahkan Lumiere pun hanya bisa memandangi mereka dengan tatapan cemas. Ia takut tuan utamanya itu diperlakukan lebih buruk.

"Tuan utama.. tuan utama mohon bertahan sebentar lagi. Ada seseorang yang akan menyelamatkanmu, tuan utama. Kumohon, bertahan...", ucapnya gemetar.

Taro mendengar itu. Sialan ni olang gila sapa lagi anying! Tubuh gue lasanya mo mati. Ini lagi dada gue kenapa tiba-tiba sesek, batinnya meremat sakit teramat kuat pada tubuhnya.

Pemuda itu semakin mendekat ke arahnya dengan tatapan menyelidik namun tajam. Bahkan ada secercah binaran di matanya. Entah itu kilatan obsesi atau apapun itu.

Berjongkok dengan memiringkan kepalanya, tak lupa senyuman miring yang ia sunggingkan. Melihat pemuda kecil dihadapannya beringsut ketakutan.

"Hm? Ternyata kuat juga dia sampai dindingnya retak begitu," tambahnya sambil melihat retakan yang ada di dinding.

"Ah, jangan bilang kau sampai patah tulang? Pfft", tawanya mengejek.

Bangsat! Siapapun singkilin wajah jelek ini di hadapan gue!, batin Taro kesal, mata kucingnya menatap waspada akan pemuda gila yang tengah menatapnya balik sekarang.

Pemuda itu mendekat, tangan kokohnya terangkat menelusuri— ralat, membelai wajah Taro. Hingga membuatnya bergidik ngeri dengan perlakuan mendadak dari pemuda gila dihadapan Taro saat ini.

Ia membelai dari ujung mata Taro hingga berakhir ibu jarinya menyapu bibir lembut milik Taro. Ia menjilat bibir bawahnya sendiri tatkala melihat bibir peach yang ia sentuh itu.

"Aku lihat-lihat wajahmu manis juga," katanya sambil tersenyum miring.

"Sebenarnya, aku tidak percaya kalau kau yang dirumorkan membunuh kakakku tadi."

Tapi, sambil memperhatikan mata Taro dengan seksama, ia bergumam, "Tapi jika dilihat dari pancaran matamu, sepertinya memang benar kau berencana untuk membunuh kakakku. "

Taro terus mengamati pemuda gila yang seenaknya menyentuh wajahnya itu dengan tatapan marah dan bercampur takut. Ia menelan salivanya takut.

Lumi! Setidaknya kalo lo gabisa bantuin gue, tolong kasih tau siapa olang gila yang ada di depan gue ini, batinnya mencoba berkomunikasi dengan Lumiere yang tengah terbang menatapnya cemas.

Lumiere mengangguk cepat lalu terbang segera mengitari pemuda itu dengan kedua matanya yang memindai tubuh pemuda gila itu.

Sebuah data hologram muncul dari matanya.
"T-tuan... Dia adalah adik dari Kaisar. D-dan... target yang harus tuan utama lenyapkan juga. "

Bangke! Kaisal aja belum gue lenyapin, telus ini nambah jadi dua! Gue ga yakin, gue yang bakalan mati kalo gini calanya!, batinnya menjerit.

Taro cemas. Target-target yang harus ia bunuh, ketiganya memiliki kekuatan yang kuat. Sedangkan dirinya? Hanya mempunyai Lumiere saja, itu pun tidak terlalu membantu.

Tanpa peringatan, ia mencengkeram dagu Taro dengan keras, memaksa mata mereka bertemu.

"Ssh... sialan, lepasin bangsat!"

Taro meronta, tetapi cengkeraman itu semakin kuat.

"Wow, wow. Kau berani denganku?"

Pemuda itu mendekatkan wajahnya ke wajah Taro, napasnya mengembus pelan di wajah Taro.
"Aku bahkan bisa membuat dirimu lebih parah dari yang wanita jelek tadi lakukan kepadamu."

"Argh!...S-sakittt...!"
Taro merintih saat cengkeraman itu semakin menyakitkan.

Sialan sakit! Hiks lumiiii.... tolongin guee..., batinnya merengek meminta pertolongan. Matanya telah berkaca-kaca.

Pemuda itu menatap mata Taro yang berkaca-kaca membuat ia tersenyum senang. Ia senang melihat pemuda kecil itu kesakitan. Raut wajah yang kesakitan itu sungguh sangat ia inginkan.

Tiba-tiba, tanpa Taro sadari, tubuhnya mengeluarkan aroma manis yang kuat. Hal itu tak pernah ia sadari, aroma manis yang keluar dari tubuhnya itu, hanya akan muncul jika dirinya ketakutan atau mengalami sesuatu hal yang mengancam nyawanya. Itu yang menyebabkan tubuhnya bereaksi mengeluarkan kelenjar aroma yang manis.

Wushh

Aroma manis menguar di udara, membuat pemuda itu berhenti sejenak.
"Aroma apa ini?" gumamnya, melepaskan cengkeraman dan meremas rambutnya dengan keras.

Ia menggeram tertahan, tiba-tiba taringnya memanjang dengan cepat.
"Arghh.. ", erangnya kuat.

"Grr... Erghh",  geramnya dengan seiring rahangnya yang mengeras menahan sesuatu.

Taro menatap itu dengan tatapan terkejut. Mata kucingnya masih menatap waspada. Ga lucu kalo dia lengah begitu saja langsung dilempar lagi ke dinding kaya beberapa menit yang lalu.

Pemuda itu berusaha menahan diri, tetapi matanya sudah berubah, dipenuhi nafsu.
"Sial!" serunya marah.

Ia menatap tajam ke arah Taro, kedua taringnya berkilat mengancam.
"Aroma ini...," jedanya sambil memejamkan matanya menghirup rakus aroma itu, "... dari tubuhmu ya? Sialan, aromamu membuatku kehilangan akal!", lanjutnya dengan tatapan berbinar yang berbeda, tak lupa senyuman lebarnya itu, yang membuat kedua taring panjangnya itu terlihat.

Lumi! Lo liat tadi kan? Taling! Jangan bilang seluluh kekaisalan ini semuanya vampil??!, batinnya berteriak terkejut dengan apa yang ia lihat tadi.

"Tuan utama..itu benar. Maafkan Lumi tidak memberitahu tuan utama dari awal. Data dari pusat baru saja masuk ke tubuh Lumi tadi", jawabnya dengan nada bersalah.

Ia mendekat, mengendus leher Taro dengan intens. "Sialan! Apa yang mau lo lakuin anjing! Pelgi asyuu!" Taro meronta, namun tubuhnya masih terasa sakit apalagi punggungnya itu, akibat hantaman keras tadi.

Dengan senyum senang, pemuda itu mengeluarkan sihirnya, membuat tubuh Taro menjadi kaku seketika.

"Anjil kenapa tubuh gue jadi ga bisa digelakkin!" Taro berteriak, matanya penuh ketakutan.

"Sialan! Apa yang lo lakuin sama tubuh gue!!", teriaknya dengan nada marah mendapati tubuhnya yang mendadak kaku.

Pemuda itu menyeringai, melanjutkan mengendus leher Taro, matanya semakin berkilat penuh nafsu. "Aroma manis ini... Hah..."

Ia menjilat tengkuk Taro, membuat Taro merintih geli.
"Ngghh.."

Bangke! Kenapa gue desah anying!, batinnya frustasi dengan segera menahan rasa geli yang tak nyaman pada tengkuknya itu.

Tap
Tap
Tap

Tanpa mereka ketahui, seseorang dengan tatapan mata merah menatap mereka dari kegelapan, matanya penuh kemarahan.
"Apa yang kau lakukan dengan milikku, Kadriel?" suara itu bergema, penuh ancaman dan kekuatan.

--

UP!

hehehe... nge-feel ga?

masih amburadul 🥲, semoga suka ya? TARO SAYANG KALIAN!

sangkyu sudah baca cerita Taro! ♡

The Lil Servant (Slow up) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang