TLS-17

895 85 7
                                    

༶•┈┈⛧┈♛ The Lil Servant ♛┈⛧┈┈•༶

" Anghhh... emphh! le-lepashh.."

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu yang dibuat oleh aliran sihir milik sistem Deus itu pun terdengar sampai ke telinganya.

"Ck! Pengganggu!" gerutunya, suaranya nyaris menggetarkan udara di sekitarnya.

Tanpa ragu, kaisar melepas ciumannya dengan ketegasan yang angkuh, melangkah ke pintu yang menghalangi dunia luar dari keintimannya. Dengan satu gerakan, pintu itu terbuka.

Ceklek.

Pemandangan yang disambutnya adalah sosok tegap Jenderal Reon, seorang prajurit setia yang selalu berdiri di ambang pintu seperti bayangan setia.

Mata kaisar menatapnya dengan tatapan yang bisa membekukan darah di pembuluh siapa pun.
"Apa yang kau lakukan di sini, Reon? Kau tahu, kau telah menggangguku!"

Jenderal Reon terkesiap. Dia dengan cepat menjatuhkan diri dalam salam hormat yang sempurna, hatinya berdegup kencang.

"Salam, Yang Mulia Kaisar. Saya datang hanya untuk melaporkan bahwa semua data yang Anda minta telah terkumpul."

Kaisar memutar matanya dengan keangkuhan.

"Bawa itu ke ruanganku. Kau ke sana terlebih dahulu. Aku masih punya urusan di sini," perintahnya dengan suara rendah yang tidak bisa dibantah, lalu menutup pintu itu dengan gerakan yang membuatnya bergemuruh.

Brak!

Pintu yang terbanting seakan menggema di lorong kosong istana. Jenderal Reon, yang belum sempat mengatur napas, kembali terkejut. Dia menghela napas panjang yang sarat dengan kelelahan, sebelum berbalik meninggalkan kamar sang kaisar dengan langkah yang terasa berat.

Di sebelah Jenderal Reon itu, bayangan tak kasat mata dari sistem Deus yang telah mengamati mereka sejak awal menarik napas lega.

Untunglah ciuman itu tidak berlangsung lama kepada tuan utama, aku tidak terima sialan! , pikirnya.

Begitu pintu tertutup dengan dentuman keras, kaisar berbalik dengan gerakan anggun namun mengintimidasi.

Matanya, yang berwarna merah darah, tertuju pada sosok muda di ruangan itu—Taro.

Napas Taro masih terengah-engah, keringat dingin mengalir dari dahinya hingga ke lehernya yang putih seperti porselen.

Jemari kecilnya gemetar saat mengusap bibirnya dengan rasa kesal, namun gerakan itulah yang entah bagaimana membuat kaisar semakin tertarik.

Kaisar melangkah mendekat, bayangannya yang tinggi dan gelap menutupi seluruh tubuh Taro.

Dia membungkukkan badan, dan dengan jemari tangan kirinya yang kokoh, ia menyelipkan surai hitam Taro dengan lembut namun tegas. Ibu jarinya yang lain meluncur perlahan ke bibir peach yang baru saja ia cicipi, menelusuri teksturnya dengan keakraban yang mengejutkan.

Mata mereka bertemu, mata merah kaisar dan mata kucing Taro yang memancarkan ketakutan bercampur rasa bingung.

"Jaga ini untukku," bisik kaisar, suaranya nyaris menggema dalam keheningan ruangan.
"Aku akan segera kembali."

Cup!

Kecupan itu datang dengan cepat, namun penuh makna. Bibir kaisar menyentuh bibir Taro sekali lagi sebelum ia berbalik dan pergi, meninggalkan ruangan dalam keheningan yang menggantung.

Pintu tertutup di belakangnya, membawa serta kehadirannya yang menakutkan.

"Tuan! Tuan utama! Bagaimana keadaanmu sekarang?!"

The Lil Servant (Slow up) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang