07 - Pria Keji

360 32 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Nona, terima kasih banyak."

"Ck! Aku bosan mendengarnya,"

Asraea memalingkan wajah namun Lethia tidak tersinggung, Lethia akhirnya bisa benar-benar meninggalkan lapas setelah merasa kuat karena baru selesai melahirkan bayinya. Dia tersenyum ke arah Asraea yang tetap memalingkan wajah, tatapannya beralih pada putri cantiknya yang bisa lahir atas bantuan Asraea.

"Laluna, say goodbye pada Nona Asraea yang sudah membantu Mama melahirkan dirimu ke dunia. Tanpa bantuan Nona Asraea, mungkin Mama gagal melahirkan dirimu." Lethia mengajak bayinya yang baru berusia 3 hari bicara, dia masuk ke dalam mobil yang sudah Asraea siapkan dan benar-benar pergi meninggalkan tempat penuh kenangan buruk untuknya.

Dalam perjalanan pulang, Lethia menghela napasnya berat. Dia tidak membunuh selingkuhan suaminya, semua tuduhan itu tidak benar tapi dirinya yang harus menanggung hukuman. Lethia ingin sekali pergi yang jauh membawa bayinya, tapi ingat jika masih ada anaknya yang lain, yang tinggal dengan pria itu, pria yang tidak lain suaminya sendiri namun suami yang tega menjebloskan istrinya ke penjara juga memberikan hukuman mati untuk dirinya yang tengah hamil anak pria itu.

"Saya harus mengantar Anda ke mana, Bu?"

Lethia menatap sopir, dia pun menyebutkan alamat rumah suaminya. Dia tahu kedatangannya nanti akan membawa kehebohan baru, tapi Lethia benar-benar tak bisa mengabaikan anaknya. Putrinya yang tinggal bersama dengan suaminya, jika pun harus pergi, Lethia harus membawa serta putrinya. Lethia tak ingin pergi hanya berdua dengan Laluna saja.

"Sudah tiba, Bu."

"Terima kasih, Pak."

Sopir mengangguk pelan, membantu membuka pintu dan membiarkan Lethia turun. Sembari berjalan memutari mobil menuju kursi pengemudi, sopir itu menekan pelan penyuara di telinganya. Menyebutkan alamat yang tadi Lethia katakan, di seberang sana tepatnya di dalam ruang Jaksa Agung, pengacara Higo yang mendengar ucapan sopir langsung mencari tahu.

"Nona, tahanan itu maksud saya, Bu Lethia meminta di antar ke alamat yang ternyata rumah suaminya."

Kening Asraea berkerut, gadis itu duduk di kursi kebesaran Jaksa Agung dengan kedua kaki di atas meja sedangkan si pemilik kursi, duduk di sofa dekat pengacara Higo. "Ke rumah suaminya? Apa wanita itu bodoh? Sudah tahu di jebloskan ke penjara oleh suaminya malah pulang ke rumah suaminya saat sudah bebas, apa dia memang ingin di penjara lagi?"

"Nona, di kediaman itu masih ada anak perempuannya yang berusia enam belas tahun. Mungkin Bu Lethia kembali ke rumah suaminya untuk membawa serta putrinya pergi dari rumah itu,"

Asraea Thalassa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang