Keesokan harinya, pasangan pengantin baru itu langsung pindah menuju apartemen Diandra. Pria itu tidak membiarkan Siena istirahat lebih lama setelah acara besar kemarin.
Suaminya itu benar-benar tidak sekamar dengannya tadi malam, bahkan Diandra malah bersama temannya dan tidak kembali ketempat dimana acara pernikahan kemarin diadakan.
Dan Kenapa Siena bisa tau? Ya Siena tau karna salah satu teman pria itu mengabarinya dan dia mengatakan 'Suamimu ada ditempatku, tidak usah khawatir' ditengah malam yang sangat menyedihkan baginya.
Tapi tidak apa, itu baru permulaan. Masih banyak waktu untuk bisa menjalankan misinya dalam menaklukkan pria dingin itu.
"Tidur dikamar sebelah dan jangan pernah berani masuk kedalam kamarku seizin atau tanpa izinku, mengerti?!"
Siena mengangguk kecil, berpura-pura menurut akan perintahnya. "Tapi bisa tidak ajak aku berkeliling di apartemen ini? Aku belum mengenal dan takut tersesat di apartemen sebesar ini." Pintanya dengan nada lembut, siapa tau saja suaminya itu langsung luluh.
Diandra berdecih sinis. "Jika kau benar-benar tersesat, maka aku akan sangat bersyukur." Dan setelahnya masuk kedalam kamarnya dengan membanting pintu kuat-kuat.
Brak!
Siena mengelus dadanya sabar, mungkin butuh waktu yang lumayan lama untuk meruntuhkan es didalam hati Diandra.
"Tunggu saja, dalam waktu kurang dari 6 bulan akan ku pastikan kau sudah luluh dan bucin padaku." Siena tertawa jahat setelahnya dan memilih masuk kedalam kamar yang berada disamping kamar Diandra. Biarlah saat ini Siena menurut saja dulu, tapi kapan-kapan ia akan menjadi perempuan pemberontak agar membuat Diandra sedikit demi sedikit luluh dengan caranya.
Setelah Siena masuk kedalam kamar dan langsung menuju balkon, ia terkejut saat menoleh kearah kanan dan terdapat seseorang tengah duduk nyaman diatas pembatas balkon dengan ponsel ditangannya.
"Hei, apa yang kau lakukan disana? Kau bisa terjatuh nanti!" Siena berseru lumayan kencang, agak was-was melihat Diandra malah dengan santainya mengangkat sebelah kakinya diatas pembatas itu.
"Cepat turun, nanti kau jatuh." Siena terus berseru menyuruhnya turun. Sangat mengerikan jika sampai terjatuh dari lantai 15 ini, jelas saja tidak akan bisa terselamatkan.
Pria itu berdecak kesal. "Tutup mulutmu! Masuk kedalam kamarmu dan jangan menggangguku!" Bentaknya dengan melotot tajam.
Siena sedikit terkejut dan terperanjat dengan bentakannya, apalagi pelototan tajam itu, sangat menakutkan.
Tanpa berkata lagi, Siena langsung masuk kedalam kamarnya, menguncinya dan menutup tirain itu dengan rapat.
"Menyeramkan sekali jika dia sedang marah seperti itu." Gumamnya dengan sedikit mengintip pada celah tirain dibelakang.
"Tapi jika aku tidak begitu, pria itu tidak akan mau berbicara. Hanya diam saja sampai bibirnya menyatu." Gerutunya dengan wajah tertekuk.
Sedangkan dibalkon kamar sebelah. Diandra mencoba menghubungi Yena yang sejak satu pekan lalu menghilang dan nomornya pun tidak bisa dihubungi.
Diandra menggeram frustasi, menjambak rambutnya dan membenturkan kepalan tangannya dipembatas balkon. Diandra masih bisa bersabar, ia juga masih bisa berfikir positif jika Yena pergi karna memiliki alasan yang pasti akan dirinya coba untuk mengerti. Diandra masih akan menunggu sampai batas kesabaran dan pikiran positifnya menghilang, ia akan melakukan itu semua demi Yena. Perempuan yang amat dicintainya setelah mendiang Ibu nya.
"Jika kau pergi karna alasan belum siap menikah, aku akan mencoba mengerti Yena. Namun jika kau pergi karna alasan pria lain, aku tidak akan pernah memaafkanmu dan akan terus membenci mu." menyugar rambutnya kebelakang, Diandra memandang langit pagi itu dengan pandangan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Wife
Teen FictionSiena merasa senang akhirnya bisa menikah dengan seseorang yang ia sukai sejak lama. Namun rasa senangnya itu hilang saat seseorang yang merupakan calon istri dari suaminya yang menghilang, tiba-tiba kembali. "Walaupun Yena sudah kembali, aku tidak...