Surrogate Wife : 05

4K 162 0
                                    

Didalam kamarnya, Siena bersenandung kecil seraya mengeringkan rambutnya. Mengingat hal kemarin, Siena berdecak kecil karna Diandra pergi lagi dan tidak pulang semalam. Itu memang hal biasa, tapi tetap saja Siena ingin Diandra berada di apartemen lebih lama dan menemaninya yang kesepian ini.

Siena sudah berhenti memasak berlebihan, yang ia lakukan adalah memesan makanan secara online. Tapi terkadang tetap membuat beberapa makanan untuk dirinya sendiri.

"Dari pada memikirkan hal yang tidak perlu, lebih baik memesan makanan yang super duper pedas!" Serunya dengan semangat, lalu meraih ponselnya yang berada diatas nakas dan benar-benar memesan apa yang di inginkannya.

Namun tanpa disangka, seseorang merebut ponselnya dan membatalkan semua pesanannya tepat didepan matanya. Siena melotot, lalu berbalik dengan cepat dan hendak memberikan omelannya. Namun saat melihat siapa yang memegangi ponselnya, membuat Siena mengurungkan niatnya.

"Hm? Marah?"

Siena menggeleng, perempuan itu sedikit mundur dan menjaga jarak darinya.

Diandra menaikkan sebelah alisnya, melipat tangannya didepan dada. Respon perempuan itu aneh, tidak terlihat excited seperti biasanya saat bertemu dengannya. Namun Diandra bersyukur, setidaknya gendang telinganya tidak mendengar suara cempreng berlebihan itu.

"Cepat bersiap, aku tunggu dibawah."

"Eh?" Siena bingung, apa maksudnya itu?

Diandra berdecak, memasang wajah jengah. "Cepat bersiap atau kau ku tinggal!" Ketusnya seraya melemparkan ponsel ditangannya kearah ranjang.

Mendengar nada tajam dan tegas pria itu membuat Siena gelagapan. Dengan cepat dan bingung Siena bersiap, meninggalkan Diandra yang masih berdiri ditempatnya.

Jujur saja Siena bingung, tapi tetap memilih pakaian terbaik yang akan ia kenakan untuk pergi bersama Diandra. Walaupun Siena sendiri tidak tau Diandra akan mengajaknya kemana, namun rasa senang Siena membuncah tanpa bisa ditahan.

Memandang isi kamar itu dengan tatapan datar, hidung mancungnya menghirup aroma manis dari kamar perempuan itu, sangat sejuk dan menenangkan. Tanpa Diandra sadari, matanya menutup menikmati aroma itu.

"Selera yang bagus." Gumamnya lalu melenggang pergi menuju kamarnya.

"Tapi selera Yena lebih bagus dan sempurna."

Diandra membuka pakaian formalnya, menggantinya dengan kaos hitam dilapisi jaket dan celana jeans hitam panjang. Lagipula ini hanya acara makan-makan saja diluar bersama teman-temannya, tidak harus formal dan rapi. Seperti janji mereka kemarin, mau tidak mau Diandra harus membawa istri penggantinya itu kali ini.

Setelah selesai, Diandra keluar dari kamarnya, berjalan kelantai dasar dan menunggu perempuan itu disana. bermain ponsel adalah pengalihannya dari rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang. Tubuhnya hari ini terasa sangat lelah, banyak menguras tenaga dan akal sehatnya. Padahal ia tidak melakukan apapun selain mengerjakan tugasnya dikantor.

"Ahhh, pikiranku sendiri yang membuatku kacau," kepalanya mengangguk, membenarkan perkataannya yang baru saja terlontar.

Otaknya terlalu banyak dipakai untuk berpikir. Memikirkan Yena, bagaimana mencari wanita itu dan apa alasannya pergi, serta kapan kiranya istri penggantinya itu pergi dari hidupnya.

"Harus berapa lama lagi aku menunggu?" Diandra sudah muak, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Haruskah ia membuat kontrak pernikahan? Setelah 1 tahun menikah, maka mereka akan berpisah.

"Sepertinya itu ide bagus." Diandra tersenyum miring, mengapa baru sekarang ia memiliki ide cemerlang seperti itu?

Baiklah, mari kita diskusikan dengan perempuan itu yang diam-diam mencoba mengejutkannya dari belakang. Setelah hari itu, Diandra selalu waspada dan mengetahui gerak-gerik disekitarnya.

Surrogate Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang