"Ini kamar kalian. Tidur diranjang yang sama tanpa ada salah satu yang tidur disofa," Varel menatap tegas pasangan itu. "Aku mengawasi kalian lewat cctv itu." Tangannya menunjuk sudut atas yang memang terdapat satu cctv.
Varel menaruh kartu akses kamar hotel ditelapak tangan Diandra. Malam ini memang Varel sengaja membooking restoran yang ada dihotel mewah ini, sekaligus membooking beberapa kamar untuk teman-temannya.
Salah satunya Diandra. Varel berniat mendekatkan pasangan itu lewat jalur ini, walaupun ada unsur ancaman dan pemaksaan, Varel tidak peduli. Dulu pun kisahnya dengan istrinya hampir sama seperti Diandra.
Ia yang menolak keras dan Gisella yang mengejar, namun semakin kesini Gisella berubah disaat dirinya mulai nyaman dan menerimanya dengan senang hati. Ada rasa penyesalan, kenapa dulu tidak langsung ia balas saja perasaan istrinya itu? Tanpa membuang waktu dan bersikeras menolak hanya karna berawal dari sebuah perjodohan.
"Selamat malam dan selamat menikmati malam kalian." Varel undur diri setelah berkata demikian, meninggalkan keheningan diantara Diandra dan Siena.
Menghela nafas pelan, Diandra mulai membuka pintu didepannya dengan lebar. "Masuk, aku tidak ingin Varel memusuhiku." Ujarnya tanpa menoleh sedikitpun.
Memgangguk kecil, Siena melangkah masuk diikuti Diandra dibelakang. Diam-diam pria itu memperhatikan punggung Siena, menatapnya dalam diam sampai kemudian perempuan itu berbalik dan dengan cepat Diandra menggulirkan bola matanya kesamping.
"Emm, mau mandi dulu atau langsung tidur?"
Diandra berjalan kearah ranjang, duduk diatasnya dan menatap Siena tanpa ekspresi. "Aku tidak suka mandi malam." Jelasnya yang langsung mendapat anggukan kecil dari Siena.
Tanpa berkata lagi Siena berjalan menuju kamar mandi, ia berniat mencuci muka dan gosok gigi sebelum tidur.
Sedangkan Diandra sudah merebahkan tubuhnya dengan melepaskan jaket dan celana jeans, menyisakan kaos putih dan celana pendek yang masih terpakai. Menatap langit-langit kamar dengan tatapan menerawang. Pikiran nya berkecamuk rumit, masalah yang ada masih belum terselesaikan.
Diandra takut jika Yena sebenarnya diculik dan dibawa jauh dari jangkauannya. Diandra tidak ingin menyesal dikemudian hari jika itu benar-benar terjadi, ia ingin menjadi orang pertama yang mengetahui keadan Yena dan membawanya kedekapannya kembali.
Dirasa ranjang samping kirinya bergerak, Diandra menolehkan kepalanya, menatap Siena yang tengah tersenyum kaku diposisinya yang baru saja menaiki ranjang.
"Bolehkan?"
Diandra tidak menjawab, pria itu malah menutup matanya menggunakan lengan.
Menghela nafas kecil, Siena kembali bergerak dan mencari posisi nyaman untuk tidur. Siena sengaja mengambil jarak lumayan jauh dari Diandra, yaitu diujung ranjang. Siena masih sadar diri, Diandra belum bisa menerimanya, jadi ia harus sabar sampai waktunya tiba nanti.
Walaupun Siena ingin sekali memeluknya, namun rasa takutnya lebih besar dan membuatnya hanya bisa berkhayal saja.
•••••••••
Pagi-pagi sekali Siena sudah bangun. Perempuan itu lebih dulu membersihkan diri sebelum nanti membangunkan Diandra untuk sarapan bersama ditempat yang sama seperti semalam.
Bibir Siena berkedut, menahan senyum karna mengingat semalam mereka benar-benar tidur satu ranjang, satu selimut dan lebih parahnya lagi satu bantal!
Siena tidak tau siapa yang memulai, namun saat matanya terbuka tadi, ia melihat wajah Diandra sangat dekat dengan wajahnya, bahkan menghadap padanya. Mata, hidung, bibir dan semuanya terlihat jelas didepan mata! Apalagi fokus Siena tertuju pada bibir ranum itu, bibir tipis yang membuatnya sedikit goyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Wife
Teen FictionSiena merasa senang akhirnya bisa menikah dengan seseorang yang ia sukai sejak lama. Namun rasa senangnya itu hilang saat seseorang yang merupakan calon istri dari suaminya yang menghilang, tiba-tiba kembali. "Walaupun Yena sudah kembali, aku tidak...