"WOAH?!!! JADI INI TEMPATNYA?!!! INDAH SEKALI!!!" Dona, Sakura, Anna dan Siena berseru heboh. Wajah mereka benar-benar menampilkan keterkejutan yang tidak dibuat-buat. Dengan mata melotot dan bibir terbuka lebar, mereka menatap sekelilingnya dengan pandangan kagum.
Selama hampir seharian mereka terbang diangkasa dengan keadaan tubuh yang pegal, lalu lanjut menaiki mobil dan itu cukup melelahkan. Bahkan mereka menghabiskan hampir satu ton cemilan. Tapi kini, rasa lelah itu terbayarkan dengan pemandangan asri dan indah dihadapan mereka, bahkan lebih indah dari bayangan mereka.
Didepan mereka ada sebuah Villa, dengan gunung-gunung yang besar sebagai objek utama pemandangan. Juga perkebunan dibawah sana yang menjadi pelengkap pemandangan alam itu.
Varel menggiring mereka menuju Villa, memastikan mereka masuk sesuai barisan.
Siena mengeratkan genggamannya pada mantel tebalnya, udara pagi disini sangat dingin melebihi dinegaranya saat musim dingin. Sangat dingin dan menususk, bahkan Siena tanpa sadar merapat pada seseorang disamping kanannya, berupaya mencari sedikit kehangatan lebih.
"Dingin sekali." Gigi kelincinya saling beradu, menimbulkan suara gelutukan kecil yang hanya bisa Siena dengar dan seseorang disampingnya.
"Aku sudah menyuruhmu menggunakan pakaian tebal tadi, kenapa tidak menurut?"
Siena mendongak, matanya melotot sebelum kemudian menyengir kecil. "Aku kira tidak akan sedingin ini."
Diandra hanya melirik lewat ekor matanya, namun tangan kirinya meraih tangan mungil itu dan dimasukkan kedalam saku mantelnya dengan saling menggenggam, sama-sama mencari kehangatan tanpa pria itu sadari.
Mereka bersama-sama menuju Villa dan berhenti tepat disofa yang tersedia disana. Varel menarik Gisella semakin mendekat, merangkul pinggang rampingnya.
"Dikarenakan urutan kita ini sama dengan jumlah kamar, maka teman kamar kalian adalah teman kalian duduk saat dipesawat tadi."
Semuanya mengangguk setuju. Namun ada seorang perempuan yang mengangkat tangannya. "Bolehkan aku mengganti teman sekamarku? Maksudnya aku tidak mengenal dia," telunjuknya mengarah pada Yerin. "Aku ingin sekamar dengan seseorang yang aku kenal, bolehkan Kak?"
Varel tidak langsung setuju, pria itu bertanya lebih dulu. "Siapa yang kau inginkan menjadi teman sekamarmu?"
"Diandra atau Cleo!"
Para perempuan disana mengerutkan keningnya bingung kecuali Sakura, perempuan itu malah tersenyum manis mencoba membujuk Varel sebagai ketua diacara liburan ini.
"Cleo? Apa kau--"
"Aku menolak!" Cleo menjawab tanpa berpikir. Lalu pria itu menyelonong masuk begitu saja kedalam kamar yang sudah mereka sepakati sebelumnya.
Sakura memusatkan perhatian pada Diandra, berharap pria itu menyetujuinya.
"Bagai---"
"Diandra akan tetap bersama Siena, istrinya!" Sela Jelio dan Joshua dengan senyum manisnya. Kedua pria itu memang selalu menebar senyuman dalam keadaan apapun.
"Eh? Istri?" Sakura menatap kedua pria itu penuh tanda tanya. "Bukankah Diandra tidak jadi menikah?"
"Cih, itu bohong. Buktinya Diandra memiliki istri sekarang." Brian menyahuti perkataan itu dengan malas, banyak tanya sekali bunga Sakura yang berasal dari Jepang itu.
"Sudah-sudah, sekarang masuk kedalam kamar kalian masing-masing. Istirahatkan tubuh kalian dan nanti kita akan berkumpul diwaktu makan siang. Selamat beristirahat semuanya."
Semuanya bubar, memasuki kamar mereka masing-masing. Tersisa Diandra, Siena dan Sakura yang masih berdiri didepan kamar Diandra.
"Apa benar dia istrimu?" Sakura melirik pada Siena yang jauh lebih pendek darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Wife
Novela JuvenilSiena merasa senang akhirnya bisa menikah dengan seseorang yang ia sukai sejak lama. Namun rasa senangnya itu hilang saat seseorang yang merupakan calon istri dari suaminya yang menghilang, tiba-tiba kembali. "Walaupun Yena sudah kembali, aku tidak...