"Sayaang, tolong ambilkan handuk!" Varel berseru nyaring dari balik pintu kamar mandi, meminta bantuan pada Gisella yang tengah duduk manis diatas sofa.
"Sayanggggg..."
Gisella berdecak kecil, dengan malas melangkah mengambil handuk diatas ranjang dan menghampiri suaminya itu yang masih memanggilnya.
Tok... Tok...
"Buka pintunya."
Ceklek
Kepala Varel menyembul, rambutnya yang masih basah meneteskan air diwajahnya. Gisella sempat terpaku, ia mengakui bahwa Varel sangat tampan. Namun sifat brengseknya menutupi ketampanan itu.
"Ini," tangannya menyodorkan handuk putih, namun bukannya menerima handuk itu, Varel malah membuangnya dan menarik tangan Gisella masuk kedalam kamar mandi.
"Hey! Apa yang kau--- emph!!!"
Varel membungkam bibir tipis itu menggunakan bibir tebalnya, menekan tengkuk dan menahan kedua tangan Gisella agar berhenti memberontak. Sedikit mendorong tubuh mungil itu kearah dinding dan mengungkungnya. Kepalanya memiring, memperdalam ciumannya namun dengan tempo yang berangsur-angsur melembut. Tangannya yang menahan pergelangan tangan Gisella kini berpindah kearah pinggang perempuan itu, memeluknya erat dan merapatkan tubuh keduanya.
Gisella hanya diam, membiarkan Varel menikmati bibirnya seorang diri, tanpa ada niatan membalasnya sedikitpun. Rasa marah dan bencinya masih bersarang didalam hatinya, kepalanya mendidih saat mengingat kembali kejadian beberapa bulan lalu.
"Setelah menikmati tubuh jalang itu, kau juga memperkosaku!"
"Aku tidak sengaja dan aku tidak sadar! Dia datang sendiri dan menggodaku! Dan saat itu tubuhku sedang dalam kondisi tidak baik, ada orang yang dengan sengaja mencampurkan sesuatu kedalam minumanku! Gisella, percayalah padaku!"
"Walaupun aku istrimu, tapi aku tidak sudi disentuh setelah kau menyentuh perempuan lain disaat yang bersamaan! Kau brengsek Varel! Kau benar-benar brengsek!!"
Puk... Puk...
"Hey? Ada apa? Kenapa kau hanya diam saja?"
Gisella tersadar dari lamunannya saat pria didepannya menepuk kecil pipinya, menatapnya dengan khawatir dan terus bertanya ada apa.
Menggeleng singkat, Gisella mendorong tubuh kekar Varel yang hanya menggunakan handuk dibawah pinggangnya menjauh, lalu pergi begitu saja meninggalkan pria itu tanpa mengatakan sepatah katapun.
Menggeram marah, Varel menjambak rambut hitamnya kuat, melampiaskan emosi dan rasa benci pada dirinya sendiri. Kejadian beberapa bulan lalu adalah malapetaka besar bagi rumah tangganya. Gisella membencinya sekarang, selalu menghindar bahkan tidak lagi menganggapnya ada.
"ARGH!!! VAREL BRENGSEK!!!"
••••••••••••
Setelah mengemas dan membereskan barang bawaannya kedalam mobil, Siena beralih mengambil ponselnya dan menghubungi teman-temannya.
"Dona? Apa kau sudah ada dibandara?"
"Heum, aku sudah duduk manis dikursi tunggu bersama yang lain. Tinggal kau, suamimu dan ada satu orang lagi yang baru kemarin meminta ikut. Ayo cepat kesini, aku mempunyai banyak cemilan yang Marcel beli!"
Siena bergumam kecil. "Baiklah, sebentar lagi aku kesana." dan panggilan pun terputus. Siena menoleh saat mendengar suara langkah kaki. Itu Diandra, suaminya yang baru saja selesai dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Wife
Teen FictionSiena merasa senang akhirnya bisa menikah dengan seseorang yang ia sukai sejak lama. Namun rasa senangnya itu hilang saat seseorang yang merupakan calon istri dari suaminya yang menghilang, tiba-tiba kembali. "Walaupun Yena sudah kembali, aku tidak...