25

603 75 67
                                    


Minji keluar dari kamarnya dengan tergesa-gesa, ia melirik jam yang melingkar ditangan kirinya. Jam 7 tepat, Hanni hari ini kembali mendapatkan shift pagi. Dan Minji berniat untuk mengantarnya bekerja.

Percakapan semalam Minji anggap hanya angin lalu, setelah Hanni berkata mereka harus putus, sambungan telepon Minji padamkan begitu saja. Gadis Kim memilih untuk tidur, dan mengabaikan semua panggilan juga pesan dari Hanni.

"mau kemana?"tanya Haerin begitu mendapati Minji keluar dari kamarnya.

"jemput Hanni"jawab Minji singkat, ia langsung saja turun, menyapa winter sejenak lalu segera keluar menuju motornya.

Winter sendiri hanya menggeleng melihat Minji seperti itu.

Dengan kecepatan tinggi, Minji mengebut menuju rumah Hanni. Tak peduli dengan apa yang terjadi, Minji hanya ingin melihat senyuman favoritnya.

Sekitar 10 menit, Minji sampai didepan rumah Hanni. Tepat Hanni baru saja keluar dari pekarangan rumahnya, namun Minji kebingungan begitu ada seseorang yang dengan menunggu Hanni diatas motornya.

"Yujin?"batin Minji.

Hanni yang melihat Minji pun terkejut, ia melirik ke arah rumahnya yang ternyata ada ayahnya tengah memantaunya. Hanni hendak segera menghampiri yujin, namun Minji langsung menahan lengannya.

"sayang, kamu berangkat sama aku."kata Minji sambil menarik Hanni menuju motornya, yujin yang melihat itu tertawa pelan.

"Hei Kim Minji, ga kasihan sama Hanni?"celetuk yujin turun dari motornya dan kembali menarik Hanni, kini posisinya lengan sebelah Hanni ditahan Minji, dan sebelahnya ditahan yujin. Tubuhnya yang mungil ada diantara tubuh bongsor Minji dan yujin.

"jangan ikut campur"balas Minji dengan tenang, ia melepas tangan yujin dari lengan Hanni.

Hanni masih diam, ia bingung harus bagaimana.

"Hanni bilang dia udah putus sama lo, ayahnya sendiri yang suruh gue berangkat bareng Hanni. Jadi Hanni harus sama gue"jelas yujin kembali menarik Hanni, namun Minji menahannya.

Kecewa, Minji kecewa karena Hanni menganggap mereka sudah benar-benar berakhir, dan untuk Minji belum. Minji tidak setuju, jadi Hanni masih miliknya.

"Hanni tetap sama gue"kata Minji dengan nada bergetar, ia menunduk untuk menatap Hanni yang juga menatapnya.

"ji... l-lepas"lirih Hanni sambil berusaha melepas pegangan Minji pada lengannya.

Mata itu, mata favorit Minji. Kini rasanya berbeda dari biasanya, pancarannya redup, tak seceria biasanya. Dan Minji benci itu.

"Hann, kita perlu ngomong."kata Minji meneguk ludahnya kasar, tenggorokannya terasa nyeri akibat mulai menahan tangisnya.

Hanni menggeleng,"k-kita putus, ji. A-Aku gabisa lagi"

Yujin yang mendengar itu tersenyum puas, ia menarik Hanni agar berdiri di sampingnya, lengannya melingkar dipinggang gadis Pham itu. Minji hendak protes, dan ingin kembali menarik Hanni kearahnya, namun sayangnya justru Hanni lah yang menghindar.

"a-aku telat, ayo kak"Hanni dengan tergesa-gesa menarik yujin agar segera pergi, yujin pun dengan senang hati langsung naik keatas motornya, begitu juga Hanni. Tak peduli Minji yang mengikutinya.

"sayang, please. Pulang kamu kerja aku jemput, okay?"kata Minji begitu disamping Hanni, namun Hanni hanya diam dan mengalihkan pandangannya.

"bye, Kim!"seru yujin tersenyum tipis kearah Minji lalu segera menjalankan motornya.

Bahu tegap Minji merosot, tanpa sadar airmata nya menetes. Tapi dengan cepat Minji mengusapnya kasar, ia berbalik kearah rumah Hanni. Disana masih ada ayah Hanni yang hanya melihat kearahnya sekilas lalu masuk kedalam rumah, dan tersisa ibu Hanni yang terdiam menunduk.



















Music In Love •BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang