Bab 16. Dia?

11 4 0
                                    

Kamu layaknya senja. indah, namun memberikan warna hanya sesaat.

_Fheby Setianka Syariza.

Seorang gadis cantik yang mirip Zhouye, artis china tengah berdiri diatas rooftop asrama. Ia adalah Shee. Gadis itu memakan permen karet rasa bubblegum dan meletus letuskan permen itu di mulutnya. Dia bersama temannya yang ditemani Elsa dan Dea.

"Shee, senin besok katanya kakak asrama lo mau ikut Olimpiade sama Haga kan? " Tanya Elsa, gadis cantik itu menutupi wajahnya yang terkena cahaya matahari, dan menatap Shee seolah meminta jawaban.

"Katanya sih iya, gue juga sempet denger minggu kemaren. " Balas Shee seadanya.

Elsa mangut mangut saja, ia menatap kebawah yang banyaknya santri sedang mengantri untuk mandi. Mereka bertiga paling malas untuk mengantri, jadinya mereka memutuskan untuk pergi ke rooftop sebentar.

Senja mulai muncul, menandakan waktu maghrib akan segera tiba. Tapi mereka tak ada tanda tanda untuk beranjak turun dari sana.

"Eh, lo kemaren kemana ngilang? Untung bu Fitri gak nyariin karena berkunjung pulang kampung ke neneknya. " Tanya Elsa yang diangguki oleh Dea.

Shee tersenyum tipis. "Janji gak akan kasih tau ya. "

Mereka mengangguk. Shee membuang permen karet yang sudah hilang rasanya ke tong sampah. Ia menatap ragu mereka. Shee tidak mau salah bicara, sehingga ia kembali terdiam membuat Elsa mendengus kesal.

"Ish! Katanya mau ngasih tau! " Kesalnya sambil menekuk wajah.

Shee menghela nafas. "Huftt,iya iya, Kemaren gue ke Hospital bokap gue, dan meriksa Fheby. " Beritahu Shee seadanya.

Elsa yang mendengarkan penjelasan dari Shee lantas membulatkan mata. "Anjir, lo kabur dari asrama? " Tanya Elsa tak percaya.

Shee memutar bola matanya. "Ya enggak lah! Gue udah minta izin sama ketua pesantren. " Balas Shee tak terima, enak aja ia disebut kabur.

"Eh, btw kata lo, Fheby di bawa kerumah sakit. Emang dia sakit apa? " Tanya Dea yang sedari tadi diam. Akhirnya gadis yang mirip Han so hee itu bersuara.

"Keracunan."

"Haa! "

***
Malam ini Fheby tidak bisa tidur, karena sebelumnya ia melakukan panggilan audio sama Haga. Fheby senyum senyum sendiri kala kata kata Haga yang selalu terngiang-ngiang dikepalanya.

Fheby sudah berguling kesana kemari, tapi pikirannya selalu menangkap nama Haga. Entahlah, jantungnya saja bahkan susah dikendalikan jika sudah menyebut nama Haga.

"Arghh! Anjay gue gak bisa tidur gara-gara kang monas. " Grutunya kesal.

Fheby menarik selimutnya keatas, dan menenggelamkan seluruh tubuhnya pada selimut tersebut. Hembusan nafas berat lolos begitu saja dari mulutnya. Sudah berapa jam ia memejamkan mata untuk tidur. Tapi, gadis itu masih belum menemui alam mimpinya.

"Monzet! "Umpatnya kesal.

Gadis itu melirik jam dinding pink yang berdetak, pada jarum jam itu menunjukkan pukul 22:05, sudah cukup malam. Mengingat esok hari sabtu, yang dimana kelas sepuluh diadakan upacara pramuka terlebih dahulu sebelum belajar.

Luka yang kugenggamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang