Sekarang mah, author teh bakal telat up terus, maap ya, soalnya sibuk ujian praktek, mana kepala ingin pecah lagi.
Yah, jadi curhat ☹️
Luv, buat kalian, jangan lupa kasih Vote ⭐
.
.
.
Happy reading 🌺Matahari sudah naik beberapa centi keatas langit, banyak orang lalu lalang dengan kendaraan masing-masing. Apalagi aktivitas dipagi hari membuat orang pecinta olahraga,mereka berbondong-bondong berlari kecil di pinggir jalanan. Berbeda dengan Fheby, gadis cantik itu melirik jam tangan pink yang menempel di pergelangan tangannya dengan perasaan khawatir.
Jam menunjukkan pukul 08.25, menandakan Fheby telat dua puluh menit yang lalu. Gadis itu mempercepat langkahnya, dikarenakan koridor maupun kelas lainnya sudah pada sepi.
"Duh, gimana ini, udah pada sepi lagi. " Keluh Fheby gelisah.
Dia membuka pintu kelas dengan pelan, setelah pintu terbuka, banyak pasang mata menatap kearahnya. Disana ada pak Jaher selaku guru PP (Pendidikan Pancasila). Dia menatap Fheby dari ujung kepala hingga ujung kaki, Fheby yang ditatap begitupun mendadak jadi kikuk.
"Dari mana aja kamu, jam segini baru nyampe ke sekolah? " Tanya Pak Jaher tegas.
Fheby menipiskan bibirnya. "Dari rumah pak. " Jawab Fheby santai.
Dapat dilihat pria paruh baya itu menepuk keningnya, bukan itu yang dirinya maksud. Tak heran semua temannya menertawakan jawaban yang Fheby berikan. Pak Jaher memijit pangkal idungnya yang tiba-tiba pegal.
"Maksud saya, kenapa kamu kesiangan hm? " Ulang pak Jaher membenarkan pertanyaan yang barusan dilontarkan.
Fheby sedikit menganggukkan kepala, gadis itu tersenyum simpul. "Diluar hujan gerimis pak, dan jalanan dari rumah saya ke sekolah licin, jadi agak susah bawa motornya pak. Berhubung aku sayang nyawa, jadinya aku teh bawa motornya pelan-pelan. Jadi, Ya...gitu. Daripada aku mati konyol nabrak tiang listrik, apa nabrak ayam, terus ke jurang, nyungsep di ruyuk. Kan gak lucu. " Papar Fheby panjang lebar, mimik wajahnya dibuat segelisah mungkin.
"Atuh jangan mikir yang enggak nggak kamu teh, aduh... Bapak capek dengrin penjelasan kamu. " Keluh Pak Jaher. Pria paruh baya itu cukup lelah menghadapi anak murid yang satu ini. Menyebalkan memang, itulah Fheby.
"Capek ya? Jika sakit kepala minum OB herbal, cepat redakan sakit mata. "
"Heh! Salah cok, mending Udah Fheb, kasian pak Jaher, wajahnya kek nahan berak, udah salah! percaya diri lagi.OB herbal mah pereda sakit budug" Ujar Elsa, dia adalah salah satu teman Fheby yang jarang bicara, sekalinya bicara bisa menusuk ulu hati sampai ke usus.
"Njir, budug, apa itu budug. " Kata siswa yang lain sambil tertawa terbahak bahak.
"Dih, lo juga salah, OB herbal mah pereda batuk berdahak. " Kata Arini membenarkan jawaban absrud mereka.
Dikelas bukannya belajar, mereka malah sibuk berdebat, gak mau kalah lagi. Fheby dan Elsa menoleh pada Arini secara bersamaan, memang benar jawaban Arini, terlihat mereka mengangguk membenarkan jawaban Arini.
"Hehe, maaf, salah ya. Kalo gitu bapa tinggal berak aja sono. " Suruh Fheby dengan polosnya.
"HEH! sembarangan. "
"Kan kata Elsa, bapak lagi nahan BERAK. "
"Kok, jadi gue. " Tunjuk Elsa pada dirinya sendiri. Fheby bergidik tanda tak peduli.
Pak Jaher geleng-geleng kepala mendengarnya, sebisa mungkin ia tak tertawa mendengar penuturan muridnya ini, dia berdehem sebentar. "Kalo gitu, kamu ke TU, ambil surat izin masuk, jika ingin belajar. Kamu ingatkan hari ini piket siapa. " Tanya Pak jaher memastikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/369198167-288-k136069.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka yang kugenggam
Fiksi Remaja"jika kamu tidak ingin memberiku kebahagiaan, seenggaknya jangan kasih aku harapan". fheby Setianka Syarizza, gadis ceria, kadang sifatnya suka berubah ubah layaknya bunglon. dia pertama kalinya jatuh cinta, terhadap seseorang yang terus mengisi pik...